“Dendam” Pasukan Tareq Jadi Ancaman Serius bagi Houthi Yaman

Tentara Pemerintah Yaman di Shabwa mengintai pergerakan militan di kota Bayhan. (Foto: Yemen Army)

Tak lama setelah pemberontak Houthi membunuh pemimpin sekutu mereka, mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada 4 Desember 2017, ribuan pendukung Saleh meninggalkan medan perang.

Timbul rencana balas dendam di pikiran pasukan Saleh. Namun, pertama-tama yang harus mereka lakukan adalah menemukan tempat sebagai basis berkumpul kembali, mendapatkan senjata untuk menyerang dan menetapkan medan tempur untuk melawan Houthi.

Pada bulan Januari, keponakan Saleh sekaligus komandan pengawal khususnya, Tareq Mohammad Abdullah Saleh, bersumpah untuk memimpin perang melawan Houthi. Itu adalah pesan publik kepada pendukung presiden terguling yang ingin membalas kematiannya.

Mereka kemudian menuju ke kota pelabuhan Aden, pangkalan Pemerintah Yaman yang digulingkan dari ibu kota Sanaa.

Ribuan tentara dan milisi suku menyelinap ke Aden, mereka bertemu dengan Tareq dan berkumpul di kamp militer yang disponsori oleh koalisi pimpinan Arab Saudi.

Seorang pembantu dekat Ali Abdullah Saleh mengatakan kepada Gulf News, para pembelot, termasuk ribuan tentara dari Pengawal Republik dan Pasukan Khusus, telah menopang gerakan Houthi selama tiga tahun dan memfasilitasi ekspansi cepat mereka pada tahun 2014 dan 2015.

“Pasukan itu tidak menghabiskan banyak waktu di kamp militer Aden, karena mereka adalah pasukan elit dan hanya membutuhkan senjata,” kata ajudan itu pada kondisi anonimitas, tidak ingin disebut namanya, karena dia tidak berwenang berbicara kepada wartawan.

Televisi Yaman Today, corong dari Kongres Rakyat Umum pimpinan mendiang Saleh, melaporkan, pasukan Tareq diorganisasikan dalam tiga brigade dan koalisi pimpinan Arab Saudi melengkapi mereka dengan senjata canggih, kendaraan tempur militer dan sistem pertahanan udara.

Para pembantu Saleh mengatakan, pasukan itu diangkut bersama senjatanya dengan kapal koalisi ke kota Laut Merah, Mokha.

Ketika pasukan mulai mendarat di pangkalan militer baru mereka, Houthi menembakkan rentetan peluru kendali balistik dan mortir ke kota itu untuk mencegah pasukan Tareq bergabung kembali.

Milisi Houthi yang menguasai Sanaa’ ibu kota Yaman. (Foto: Hani Mohammed/AP)

Pekan lalu, konvoi kendaraan bersenjata terlihat bergerak ke padang pasir dan daerah pegunungan di Taiz, membuka medan perang baru. Tareq muncul dalam sebuah video yang memimpin pertemuan para perwira di ruang komando.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengatakan, pasukan Tareq menuju ke timur untuk memukul mundur Houthi dari pegunungan strategis di perbatasan Taiz dan Hodeida. Saat yang sama, pasukan anti-Houthi lainnya mempersiapkan serangan baru di Hodeida di sepanjang garis pantai provinsi itu.

Pasukan Tareq akan memotong Houthi di Taiz dari provinsi lain dan mencegah mereka menyerang pasukan yang maju di sepanjang wilayah Laut Merah.

Tidak seperti pasukan Yaman lainnya yang bergabung dalam pertempuran melawan Houthi sejak hari pertama perang, pasukan Tareq justru bertempur bersama Houthi selama tiga tahun. Oleh karena itu, para pengamat yakin, mereka menimbulkan ancaman serius bagi Houthi karena mereka adalah pejuang yang sangat terlatih, yang tahu medan perang dengan sangat baik serta dapat mengidentifikasi lokasi dan gudang senjata Houthi.

Dalam upaya untuk menghadapi ancaman dari pasukan Tareq, Houthi mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat sosial dan militer di provinsi Hodeida, meminta mereka untuk menghasut orang agar bergabung dalam pertempuran.

Untuk meningkatkan moral pendukungnya, Houthi mengumumkan untuk mendorong balik serangan pasukan Tareq dan membuat keuntungan baru di Taiz. Namun, foto dan video yang dipasang di media sosial menunjukkan mayat-mayat militan Houthi yang ditinggalkan di medan perang, menceritakan kisah yang berbeda.

Mengingat keterampilan militer dan senjata canggih pasukan Tareq, pasukannya dapat membuat terobosan besar di medan perang, termasuk membebaskan kota selatan Taiz dan kota pelabuhan Hodeida, daerah pesisir utama terakhir di bawah kendali Houthi.

Mayor Mohsen Khasrouf, Kepala Departemen Bimbingan Moral Angkatan Bersenjata Yaman, mengatakan di Sky News Arabia bahwa meningkatnya serangan terhadap Houthi akan menyebabkan pecahnya pertahanan mereka dan memukul mundur mereka dari kota-kota utama seperti Taiz dan Hodeida.

“Ini adalah langkah penting menuju pembebasan Taiz dan kemudian bergerak ke utara menuju Hodeida,” kata Khasrouf.

(AT/RI-1/P1)

 

Sumber: tulisan Saeed Al Batati di Gulf News

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.