Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dompet Dhuafa Bedah Buku “Rumah Bagi Muslim Indonesia Keturunan Tionghoa”

kurnia - Kamis, 27 Oktober 2016 - 11:03 WIB

Kamis, 27 Oktober 2016 - 11:03 WIB

456 Views ㅤ

Jakarta, 26 Muharram 1438 /27 Oktober 2016 (MINA) – Dompet Dhuafa dan Yayasan Haji Karim Oei menggelar bedah buku berjudul  “Rumah bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa

Penyunting Buku tersebut, Bambang Wiwoho mengatakan para sejarawan memang berbeda pendapat tentang siapa pihak yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Para sejarawan akan menjawab dengan tiga bangsa berbeda yang berasal dari luar kawasan Asia Tenggara bangsa Arab warga Gujarat di India dan orang Tionghoa dan ketiganya terbukti benar, kata Bambang dalam Bedah Buku yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu (26/10).

“Etnis Tionghoa juga memiliki peran yang siginifikan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Namun sayangnya kini muncul kesan bahwa masyarakat beretnis Tionghoa di Indonesia adalah “the others” sehingga kerap muncul jarak antara Islam dan Tionghoa,” kata Bambang.

Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan

Masih banyaknya orang yang memiliki padangan membeda-bedakan keturunan Tionghoa dengan etnik lainnya misalkan orang-orang Tionghoa hanya dikenal sebagai pedagang atau saudagar sehingga mereka hampir tidak umum dikenal sebagai karyawan ataupun ustadz.

Pemisahan atau segregasi ini tak benar-benar hilang sampai kini orang-orang Tionghoa dianggap eksklusif sebab hanya berkumpul dengan sesama mereka.

“Mereka menerima fasilitas istimewa di bidang ekonomi (di antaranya untuk memonopoli garam dan memungut pajak) dan ini kerap menimbulkan friksi dengan penduduk lokal,” ujar Bambang.

Sementara itu Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengungkapkan, Tionghoa jelas merupakan salah satu komponen bangsa di Indonesia, sebagai negara multietnik Indonesia terbentuk dari pertemuan berbagai suku dan ras.

Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan

Sejarawan lainnya Onghokham menyebutkan, “Indonesia bukanlah planet tersendiri yang terpisah dari komponen-komponen lainnya di muka bumi, mereka akhirnya bersama-sama menamakan diri Indonesia.

Bahkan, ada satu unsur pemersatu yang tak kalah efektif yaitu persatuan atau persaudaraan berdasarkan kesamaan agama (ukhuwah) yang masih harus melalui banyak tantangan dan cobaan.

Hadir sebagai narasumber yakni Bambang Wiwoho Penyunting Buku, Ridwan Saidi Budayawan Betawi, Kwik Kian Gie Pengamat Ekonomi, KH Ali Yafie Mantan Ketua MUI, dan Marzuki Usman Pengamat Ekonomi. (L/P002/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur