Indonesia Impor Bahan Bakar Gas Dari Iran Pada 2017

Presiden Joko Widodo () dan Presiden . Foto: Kemenlu 

Tehran, 16 Rabi’ul Awwal 1438/16 Desember 2016 (MINA) – akan mengimpor bahan bakar cair () dari Iran sebesar kurang lebih 500 ribu metrik ton mulai tahun depan. Sementara Iran akan membangun mobile powerplant di Indonesia sebesar kurang lebih 5.000 megawatt.

“Dengan kerja sama energi ini maka efisiensi harga akan bisa dilakukan,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungannya ke Iran baru-baru ini.

Kerjasama disepakati setelah dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang energi yang dilakukan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri ESDM Iran.

Selain itu, keduanya membahas kemungkinan melakukan kerja sama pengelolaan dua ladang minyak di Ab-Teymoura dan Mansouri. Sebelumnya pada Agustus lalu, Pertamina dan National Iranian Oil Company (NIOC) telah menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan studi pendahuluan terhadap kedua lapangan minyak raksasa di Iran tersebut.

Pada kunjungan kali ini, Presiden Jokowi juga membawa serta sebanyak 60 CEO dan pengusaha dari Indonesia.

“Mereka bergerak di berbagai bidang (dan) mereka akan bertemu CEO counterpart mitra dan melakukan pertemuan bisnis peningkatan perdagangan antara Iran dan Indonesia,” terangnya.

Senada Jokowi, Presiden Hassan Rouhani menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan Indonesia. Rouhani juga menyambut baik usulan pemerintah Indonesia terkait pengelolaan ladang minyak di Iran.

“Kami siap untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit listrik, bendungan, saluran air, serta berbagai bantuan teknis kepada Republik Indonesia. Tentu saja Republik Indonesia juga dapat aktif dan berpartisipasi dalam industri migas di Republik Islam Iran,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, pemerintah Iran juga menganggap kerja sama di sektor energi antara kedua negara merupakan suatu hubungan strategis. Pihaknya pun menyatakan kesiapan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dalam bidang tersebut.

Selain soal energi, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Mutual Legal Assistance serta MoU Ekstradisi yang dari pihak Indonesia ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Juga ditandatangani MoU di bidang Investasi yang dari Indonesia ditandangani oleh Kepala BKPM Thomas Lembong.

Pendekatan Dialog

Selain isu di bidang ekonomi, menurut Jokowi, dalam pertemuan dengan Rouhani itu juga membahas mengenai situasi keamanan dunia saat ini. Ia menegaskan, Indonesia kembali menekankan pentingnya pendekatan dialog secara damai dalam menyelesaikan berbagai konflik di kawasan, baik di Timur Tengah, yaitu di Suriah dan Yaman, maupun di Myanmar.

“Indonesia ingin terus melanjutkan peran aktif untuk perdamaian dan kesejahteraan dunia,” kata Jokowi.

Menutup pernyataannya, Jokowi mengapresiasi dan berterima kasih atas sambutan hangat yang telah diberikan pihak tuan rumah dalam kunjungannya ini.

Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala BKPM Thomas Lembong, Ketua OJK Muliaman D. Hadad, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, serta Direktur Utama PLN Sofyan Basir.(L/R04/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.