Tarakan, MINA – Staf Khusus Presiden RI Adamas Belva Syah Devara menerima lima poin rekomendasi dari Kelompok Kerja (Pokja) Literasi Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Pokja mendorong Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menyambut bonus demografi.
Presiden diminta membuat kebijakan konkrit untuk memastikan anak-anak Indonesia, paling lambat di kelas 3 SD, sudah tuntas kompetensi dasar membaca.
Dalam pernyataan tertulis Safril Efendi, Ketua Forum Guru Tapal Batas (FGTB) yang diterima MINA pada Kamis (30/1) menyebutkan, lima poin rekomendasi ini adalah sumbangsih pemikiran FGTB untuk Indonesia.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Safril mengungkapkan, Adamas Belva telah menerima rekomendasi ini pada Sabtu (18/1), saat ia hadir sebagai pembicara utama Kemah Literasi Kaltara 202.
Menurutnya, Adamas Belva merespon baik rekomendasi yang diberikan. Ia siap menjadi jembatan penghubung antara para pegiat literasi yang berkerja di lapangan dengan pemerintah pusat yang membuat kebijakan.
Adamas Belva menyatakan, menurut rilis tersebut, mengajukan kepada pemerintah agar fokus kepada peningkatan SDM, tentunya daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) menjadi salah satu titik fokus pembangunan.
Ketua 1 Pokja Literasi Kaltara, Thajuddin Noor mengatakan, untuk membangun SDM berkualitas, pemerintah harus memperbaiki keterampilan membaca mulai dari kelas awal (kelas 1-3 SD). Sejumlah penelitian sudah menunjukkan, rendahnya keterampilan membaca siswa SD menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu lulusan pendidikan.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Ia juga menambahkan, ketidakmampuan membaca di tingkat SD menjadi penyebab anak tidak mampu belajar dan berkembang di tingkat pendidikan selanjutnya.
”Usaha kita menuntaskan pencapaian kompetensi membaca dasar di tingkat SD harus menjadi gerakan arus utama (mainstreaming),” kata Thajuddin.
Hasil studi Bank Dunia bertajuk Learning Poverty tahun 2011, menunjukkan sepertiga anak Indonesia yang berusia 10 tahun tidak mampu membaca dan memahami cerita sederhana.
Hasil serupa ditunjukkan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) melalui test PISA (Program International Student Assessment) 2018. Hasilnya 7 dari 10 anak Indonesia berusia 15 tahun, kompetensi membacanya di bawah kompetensi minimal.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Usulan kelima poin yang harus Presiden Jokowi perbaiki pertama menuntaskan kompetensi dasar membaca, kedua penyediaan buku non teks pelajaran yang lebih banyak, ketiga peningkatan keterampilan mengajar guru, pegiat dan relawan melalui pelatihan, keempat meningkatkan kemampuan sinergi sekolah-orangtua-masyarakat, dan kelima kampanye literasi yang Lebih masif. (R/Mee/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia