KAMPANYE BOIKOT AKIBATKAN PERUSAHAAN PRO ISRAEL PANIK

Produk kosmetik pro Israel diboikot dan dibuang (Foto: Arab News)
Produk kosmetik pro Israel diboikot dan dibuang. (Foto: Arab News)

Jeddah, 19 Syawwal 1435/15 Agustus 2014 (MINA) – Kampanye global untuk memboikot produk-produk dari perusahaan pendukung Israel menjadi momentum yang tepat setelah agresi brutal negara Zionis itu terhadap Jalur Gaza Palestina.

produk pro Israel kian marak di seluruh dunia tak terkecuali di Arab Saudi, demikian Arab News melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.

Kampanye boikot tersebut dipercaya sebagai salah satu cara yang efektif untuk melawani Zionis Israel dan para pendukungnya, setelah Dewan Keamanan PBB serta kekuatan dunia gagal menghentikan pembantaian warga Gaza oleh Israel, meski pun diprotes di seluruh dunia.

Peraturan usaha Saudi tidak mengizinkan setiap perusahaan untuk mengimpor produk-produk Israel, menjalin urusan bisnis atau perjanjian dengan perusahaan serta organisasi di negara Zionis itu.

Peraturan tersebut juga menyerukan boikot produk yang menjadi bagian dari barang produksi Israel.

Bahkan konsumen di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya banyak menghindari produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan pro-Israel.

Badr Almotawa, seorang pengamat bisnis internasional, menyerukan memboikot produk serta pendukung Israel di AS dan Inggris.

“Kami memboikot produk mereka untuk mengirim pesan bahwa mereka akan kehilangan bisnis dengan kami jika mereka mendukung Israel untuk membunuh rakyat Palestina,” katanya.

Badr mengatakan banyak orang di Inggris telah memutuskan untuk memboikot produk-produk dari perusahaan pro Israel.

“Ini sangat penting. Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah menyarankan masyarakat di negara-negara anggotanya untuk memboikot produk-produk Israel,” jelasnya.

Almotawa mengatakan, Israel telah menolak rencana perdamaian yang diajukan Liga Arab pada tahun 2002 lalu, menambahkan bahwa pada awalnya diusulkan Raja Abdullah Arab Saudi, ketika ia masih putra mahkota.

Dia menyoroti dampak dari keputusan yang diambil oleh Raja Abdullah untuk memboikot perusahaan-perusahaan Belanda, ketika itu seorang politisi sayap kanan di Belanda menyalahgunakan Islam dan bendera Saudi.

“Boikot itu masih berpengaruh. Arab Saudi telah menolak untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Belanda dalam masalah ini,” ujar Badr.

Hugh Lanning, Koordinator Kampanye Solidaritas Palestina yang berbasis di London, baru-baru ini juga mengatakan kepada International Business Times, bahwa ia melihat tanda-tanda kampanye boikot itu menjadi isu utama.

“Kami merasakan adanya orang-orang yang cemas. Orang marah dengan apa yang telah mereka lihat kemudian ingin secara pribadi dapat melakukan protes. Tindakan Boikot telah menjadi cara kebanyakan orang di jalanan dan mereka telah melakukan itu,” kata Hugh.

Starbucks, merupakan usaha waralaba kopi yang berbasis di Seattle, merasa banyak mendapat tekanan dengan adanya aksi boikot, sehingga terdorong untuk menanggapinya dengan memberi penjelasan.

Howard Schultz, sebagai pendiri perusahaan dan pemimpin perusahaan itu, membantah laporan bahwa ia menyumbangkan uang kepada tentara Zionis Israel.

Beberapa perusahaan yang melakukan bisnis dengan Israel juga telah meluncurkan kampanye kontra, diantaranya dengan menurunkan harga produk mereka untuk merayu konsumen di Inggris.

“Saya telah melihat beberapa merek populer produk Amerika yang menawarkan diskon besar. Ini menunjukkan mereka merasa terjepit,” kata Muhsinah, seorang warga di India.

“Saya telah memutuskan untuk memboikot produk susu bayi dan membeli merek lain untuk bayi saya,” katanya kepada Arab News.

Dia mengatakan sebagai kampanye boikot Israel telah menerbitkan daftar produk alternatif bagi orang untuk dibeli.

“Kita harus memboikot barang-barang pro Israel berapa pun harganya. Ini adalah cara yang bisa kita lakukan,” tegas Muhsinah.

Di negara India selatan, Kerala, sejumlah organisasi telah mengambil keputusan bersama untuk memboikot produk-produk Israel dan pendukungnya.

Di Mumbai, surat kabar India “The Hindu” melaporkan pada akhir Juli, lebih dari seribu hotel di kota itu bergabung memboikot Coca-Cola, Pepsi dan produk lainnya.

Harian Turki Zaman juga melaporkan, Istanbul dan sejumlah kota-kota kecil telah mendesak warga untuk tidak membeli produk yang dibuat di Israel atau yang memiliki hubungan dengan Israel, seperti Coca-Cola, dalam kampanye yang dimulai pada media sosial.

Tak ketinggalan pula Malaysia, telah melancarkan kampanye melawan McDonald, menuduhnya mendukung upaya perang Israel yang mengakibatkan ribuan warga sipil menjadi korban, termasuk anak-anak dan perempuan. (T/P07/P02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0