Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Sejumlah 70 pemimpin negara di dunia menghadiri pemakaman Shimon Peres, salah satu pendiri dan mantan Presiden Israel, pada upacara di pemakaman nasional Gunung Herzl kawasan Kota Al-Quds, Jumat (30/9) waktu setempat.
Gunung Herzl, diambil dari nama pelopor Zionisme, Theodor Herzl, berada di ketinggian kurang lebih 834 meter di atas permukaan laut.
Seperti dilaporkan Daily Mail, tampak dalam upacara antara lain Presiden AS Barack Obama, mantan Presiden AS Bill Clinton, Presiden Perancis Francois Hollande, Presiden Jerman Joachim Gauck, Presiden Meksiko Enrique PeÒa Nieto, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson, mantan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, mantan PM Inggris Tony Blair, Pangeran Charles dan Raja Spanyol Felipe VI, yang semuanya mengenakan kopiah Yahudi.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Shimon Peres, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1994, bersama Pemimpin Palestina Yasser Arafat dan PM Israel Yithzak Rabin, meninggal Rabu (28/9) pada usia 93, karena serangan stroke berat selama dua pekan. Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Sheba Medical Center dan dinyatakan mengakami kerusakan otak, kegagalan fungsi organ dan stroke berat.
Pendukung utama ‘si tukang jagal’ Ariel Sharon, yang telah lebih dulu meninggal tahun 2013, akibat koma selama delapan tahun, Peres mendapatkan Nobel setelah menandatangani Perjanjian Oslo, dengan harapan solusi dua-negara yang dapat membawa perdamaian wilayah.
Peres dimakamkan dalam upacara terbesar di Israel selama 20 tahun terakhir.
Dalam pidatonya, Bill Clinton menyebut Peres sebagai ‘sang juara kemanusiaan’ dan ‘pemimpi terbesar Israel’.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Presiden AS Barack Obama dalam pidato sambutannya menyerukan diakhirinya permusuhan, dan mengatakan keputusan Abass untuk menghadiri acara itu sebagai ‘sikap dan pengingat dari usaha yang perdamaian yang belum selesai.’
Obama juga menyebut Peres, membandingkannya dengan Nelson Mandela, dan tokoh-tokoh besar lainnya abad ke-20, dan berharap pemakamannya bisa menjadi star proses perdamaian.
Sebelumnya, Netanyahu dalam sambutannya memuji Shimon Peres sebagai ‘orang besar dari dunia’, walaupun pernah menjadi lawan politiknya.
“Shimon hidup dengan tujuan,” kata Netanyahu. “Dia melambung ke ketinggian yang luar biasa. Dia adalah orang besar Israel, dia adalah orang besar dunia. Israel berduka untuknya, dunia berduka untuknya, tapi kami menemukan harapan pada warisannya, seperti halnya dunia,” lanjutnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Tampak juga pada pemakaman itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang hadir dan bersalaman dengan PM Israel Benjamin Netanyahu. Ini merupakan kunjungan pertama Abbas ke Israel dalam enam tahun, sejak tahun 2010. Sebuah jabat tangan yang Obama sebut sebagai ‘pertemuan simbolis dari usaha perdamaian yang belum selesai’.
Dalam pertemuan itu, Abbas mengatakan, “Ini merupakan waktu yang lama”. Netanyahu pun menjawab, “Ini adalah sesuatu yang sangat saya hargai atas nama orang-orang kami dan atas nama kita”.
Kehadiran Abbas telah menyebabkan beberapa kecaman di dunia Arab, karena berjabat tangan dengan orang yang pernah sepanjang 10 tahun membuat kebrutalan serangan Israel di Jalur Gaza.
Juga karena Peres merupakan arsitek program persenjataan nuklir Israel diam-diam, yang tak terjamah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Bukan hanya itu, pada tahun 2005, dia juga mendorong lebih banyaknya penempatan orang-orang Yahudi Israel di tanah Palestina. Sementara mendesak rakyat Palestina untuk mengungsi. Termasuk kejahatan perang lainnya adalah pembantaian di Qana, Lebanon tahun 1966.
Memang terlihat pada pemakaman itu, operasi keamanan terbesar setidaknya dalam dua dekade dengan melinatkan 8.000 polisi dan tentara berbaris di jalan-jalan mengawal mantan presiden dan mantan perdana menteri Israel itu, berbaring di pemakamannya.
Jalan-jalan utama ke Kota Al-Quds pun tertutup untuk umum pada jam-jam sebelum dan sesudah pemakaman kenegaraan.
Shimon Peres dimakamkan di samping mitranya, Yitzhak Rabin, yang dibunuh oleh seorang nasionalis Yahudi pada tahun 1995.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Simon Peres, seperti disebutkan Ketua Umum Aqsa Working Group (AWG), Agus Sudarmaji, sejak remaja tangannya sudah berlumur darah saat bergabung dalam wajib militer Haganah tahun 1947.
Dialah yang bertanggung jawab atas pembersihan etnis di desa-desa Palestina. Juga berdirinya Israel di atas tanah yang dirampas dengan keji dari warga Palestina, tidak lepas dari sepak terjang Peres.
Meskipun ia telah diberi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1994 bersama Yitzak Rabin, dan disebut Barat sebagai ‘Merpati yang tidak pernah lelah bekerja untuk perdamain’. Namun jejak tangannya yang penuh darah tidak bisa dibersihkan dari sejarah.
Sebuah pelajaran berharga, bagaimana pada akhirnya, siapa pun akan menghadap Allah dan akan mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya masing-masing.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Semoga menjadi ibrah (peringatan) buat kita semua untuk lebih serius dan sungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan (amal shalih), berjihad menegakkan kalimah Allah, wabil khusus untuk pembebasan Al-Aqsha dan Palestina. (P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel