Kewajiban Bakti kepada Ayah Bunda

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (Qs. An-Nisa’: 36)

Di dalam ayat lainnya, Allah berfirman,

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Qs. Al-Ahqaf: 15)

Bahkan, dalam ayat yang lain, Allah juga menegaskan

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14)

Pada dua ayat tersebut, Allah menjelaskan betapa pentingnya kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengorba-nan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka, apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلّيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menja-wab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya,

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman: 15)

Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur, karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa kemung-karan tetap tidak boleh ditaati.

Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas cakupannya. Bisa dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.

Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang baik dan tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara kepadanya. Sedangkan berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu menyiapkan keperluan-keperluannya atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta memenuhi perintah-perintah-Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala. Sedangkan berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan menginfakkan sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan, di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia mengata-kan, “Disyariatkan berdoa kepada Allah untuk yang telah meninggal dunia, begitu pula bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu) seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan tersebut dan kemudian berdoa kepada Allah agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan ibunya atau selain keduanya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini karena Nabi bersabda (yang artinya), ‘Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa untuknya.’

Disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa ada seseorang bertanya kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ تُوْصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ لَتَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Benar.” (Muttafaqun ‘alaih)

Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia) amalan ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayar-kan utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil yang syar’i menunjukkan hal tersebut.” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 4/342)

Termasuk amalan berbakti kepada orangtua yang bisa dilakukan sepeninggal mereka adalah menghubungi kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga dengan menghubungi atau berbuat baik kepada keluarga dari teman-teman orang tua kita. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayat-kan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari sahabat Abdullah ibnu ‘Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma, bahwa beliau berjalan menuju kota Makkah dan mengendarai keledai yang ditungganginya untuk beristirahat di saat lelah. Ketika beliau sudah bosan duduk di atas kendaraannya, lewatlah di depan beliau seorang badui dan berkatalah beliau (kepada badui tersebut), “Apakah engkau Fulan ibnu Fulan?”

Orang badui tersebut menjawab, “Benar.” Maka, beliau (sahabat Abdullah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma) memberikan keledainya kepada badui tersebut seraya mengatakan, “Naikilah kendaraan ini.” Kemudian beliau juga memberikan kain surbannya yang sedang dipakai seraya mengatakan, “Pakailah kain ini untuk diikatkan sebagai penutup kepalamu.”

Maka, berkatalah orang-orang kepada sahabat Abdullah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, “Mudah-mudahan Allah mengampunimu. Engkau berikan kepadanya keledai yang engkau tunggangi di saat ingin beristirahat dari kelelahan dan engkau berikan imamah yang sedang engkau ikatkan di kepalamu.” Maka, ‘Abdullah ibn ‘Umar mengatakan, “Sesungguhnya dia adalah teman (orangtua saya) ‘Umar ibn Al-Khaththab’, dan sungguh saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya.” (HR. Muslim)

Lihatlah hadirin rahimakumullah, betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada orangtua. Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini? Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat dalam menjalankan kewajiban berbakti kepada orang tua. Maka bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita mengikuti jalan salafush shalih dalam amalan ini?

Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah bukan hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia. Di antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka akan berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang syar’i bahwa balasan seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Di samping itu, seseorang yang berbuat baik kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari kesulitan yang menimpanya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya yang menceritakan tentang kisah tiga orang yang ketika masuk untuk beristirahat di dalam gua. Tiba-tiba ada batu besar yang jatuh menutup pintu gua.

Maka dalam kesulitan tersebut, ketiga orang tadi bertawassul memohon pertolongan kepada Allah dengan menyebutkan amalan shalih yang pernah mereka lakukan. Pada akhirnya batu yang menutup pintu goa pun terbuka sehingga mereka bisa keluar dari gua tersebut. Di antara amal shalih yang disebutkan oleh salah satu dari mereka adalah perbuatan baiknya kepada orangtuanya.

Maka, di antara sebab yang akan menjadikan seseorang memperoleh jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya adalah dengan menjalankan amalan yang mulia ini. Begitu pula di antara balasan bagi seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya dalam mencari rezeki dan dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah rahimnya.” (HR. Muslim)

Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumu-man hadits ini karena termasuk penunaian silatura-him, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi orang tua. Akhirnya, mudah-mudahan Allah selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada orang-tua. (A/RS3/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)