Khutbah Idul Adha 1444 : Kekuatan Berjama’ah Untuk Pembebasan Al-Aqsa

Oleh : , Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهِ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَقَالَ وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي

وَقَالَ رَسُول االله رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ الله

Saudara-saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat, jama’ah shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah, Sang Pemilik jagat raya, pemelihara langit cakrawala, dan bumi seisinya. Karunia-Nya mengiringi derap langkah kaum Muslimin dan Muslimat semuanya, untuk berkumpul bersama menghadiri shalat Idul Adha, seraya berharap ridha Allah Ta’ala.

Selanjutnya shalawat teriring salam terkirimkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan membaca shalawat untuk Nabi ini akan mempermudah pengabulan doa munajat kita kepada Allah.

Di samping itu, dengan sering kita mengucapkan shalawat kepada baginda Nabi, akan mendatangkan pahala berlipat ganda, akan dapat mengangkat derajat kita, akan mendapatkan balasan sepuluh kebaikan dari setiap satu shalawat dan insya-Allah menjadi wasilah kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam.

Selanjutnya, khatib mewasiatkan kepada diri, keluarga dan hadirin hadirat sekalian, marilah kita memelihara takwa kepada Allah. Karena dengan takwa itulah, Allah akan memberikan kita jalan keluar atau solusi dari setiap problematika kehidupan, ampunan dan rezki dari arah yang tak terduga.

Ini seperti Allah sendiri janjikan di dalam Al-Quran:

…..وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣) ……  وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرً۬ا (٤)

Artinya: “….. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (3) …… Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (4) (QS Ath-Thalaq [65]: 2-4).

Allah juga menyebutkan, betapa keberkahan suatu masyarakat itu akan tumbuh seiring dengan iman dan takwa hamba-hamba-Nya.

Ini sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al-A’raf [7]: 96).

Hal ini menggambarkan betapa limpahan yang turun dari semua arah, dari semua lokasi, tanpa batas waktu, tempat dan jumlah.

Itulah keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa. Keberkahan itu adalah dapat memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan.

اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah

Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah kami menyampaikan tentang beberapa hikmah dari perayaan Idul Adha atau Idul Qurban yang kita rayakan saat ini. Sedikitnya ada tiga hikmah besar dari hari raya ini.

Hikmah Pertama, kita mulai dari hikmah Berqurban. Berqurban merupakan salah satu syariat Allah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Berqurban merupakan pelaksanaan perintah Allah:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 2).

Pada ayat ini, berqurban disandingkan dengan shalat, yang menunjukkan dua amal ibadah yang sangat penting. Tentang pahala berqurban terdapat kebaikan dari setiap helai rambut atau bulu hewan qurban tersebut.

Dampak berikutnya adalah, ibadah qurban mengajarkan agar kita dapat mengorbankan apa yang Allah karuniakan kepada kita, baik harta, ilmu, fasilitas, keluarga, hingga jiwa raga, untuk meraih ridha Allah.

Adapun tentang shalat yang disandingkan dengan qurban, karena memang shalat merupakan ibadah paling utama keseharian setiap Muslim, pembeda antara keimanan dan kekufuran, serta amal yang pertama kali dihitung di Hari Pembalasan akhirat kelak.

Tentang pentingnya shalat ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدّيْنِ

Artinya : “Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan shalat,maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR Bukhari Muslim).

Syaikh Sayyid Quthub menguraikan, memelihara shalat menjadi begitu penting mengingat shalat merupakan jalan pertemuan seorang hamba yang dha’if dengan Allah Yang Maha Besar. Dengan shalat, seorang hamba akan merasakan kedekatan dengan Allah, hati menjadi tenang, dan jiwa terbasuh kesejukan.

Shalat ibarat sumber mata air sejuk yang tak pernah kering oleh terik panas perjalanan dunia. Karenanya, orang yang berakal sehat pasti  gembira mencelupkan dirinya ke dalam mata air shalat lima waktu sehari semalam.

Shalat juga merupakan penghubung antara makhluk dengan Sang Khalik. Shalat merupakan sebesar-besar tanda keimanan seseorang dan seagung-agung syi’ar keislaman seseorang. Shalat merupakan tanda syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan merupakan tiang agama Islam.

Pada hadits lain dikatakan:

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ الله

Artinya : “Pokok persoalan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah.” (HR At-Tirmidzi).

Di dalam Al-Quran, Allah mengaitkan pertolongan-Nya dengan shalat :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS. Al-Baqarah: 45).

Dalam ayat lain Allah juga mengaitkan jaminan rezki untuk hamba-Nya dengan menjaga shalat :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Artinya : “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang bertakwa.” (QS. Thâhâ:132).

Maka, betul jika ada pepatah yang mengatakan, “Perbaikilah shalatmu, maka Allah akan memperbaiki kualitas hidupmu”. “Jangan menganggap shalat itu sebagai beban, karena Allah justru menjadikan shalat bagi kita itu untuk meringankan beban.” Juga pepatah, “Jika kaki yang kita miliki saja terasa berat untuk mendatangi shalat, lalu bagaimana kita mengharapkan kaki kita ini akan membawa ke surga?”

اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah

Hikmah Kedua, dari perayaan Idul Adha adalah keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya.

Gambaran sebuah keluarga yang taat lagi berbakti kepada Allah. Sebuah keluarga yang saling menguatkan dan saling melengkapi dalam beribadah kepada-Nya. Keluarga yang saling mengingatkan, saling menasihati, saling memberi dan saling menjaga agar senantiasa menjadi hamba-hamba-Nya.

Sebuah keluarga yang sabar, tabah, dan kuat dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Sekaligus keluarga yang mampu menghadapi godaan syaitan dengan penuh tawakkal kepada Allah. Gambaran keluarga yang mampu mengorbankan diri, jiwa dan raga untuk memenuhi perintah Allah.

Tentang peran dan pentingnya keluarga yang bertakwa ini, Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6).

Berkaitan dengan ayat ini, di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, makksud firman Allah “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” adalah agar orang tua mendidik dan mengajar anak-anak mereka tentang ketaatan kepada Allah dan menghaindari perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta memerintahkan kepada keluarga untuk ibadah dan berzikir kepada Allah, niscaya Allah akan menyelamatkan keluarga tersebut dari api neraka.

اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah

Hikmah Ketiga, momentum ibadah Haji yang beriringan waktunya dengan Hari Raya Idul Adha, adalah perwujudan persatuan, kesatuan dan persaudaraan umat Islam sedunia, dalam prosesi ibadah haji di tanah suci Makkah Al-Mukarromah.

Jutaan jamaah haji, dengan memakai kain ihram putih yang sama, thawaf mengitari Ka’bah yang sama, Wukuf di Padang Arafah yang sama, melempar jumrah pada tempat yang sama, hingga bertalbiyah dengan kalimat yang sama, “Labbaika allaahumma labbaika”.

Ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya umat Islam adalah umat yang satu. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya :

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku.” (QS Al-Mu’minun [23]: 52).

Ayat ini menegaskan bahwa semua agama Nabi dan Rasul utusan Allah adalah agama yang satu, yaitu agama Islam yang menyeru untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi­Nya.

Termasuk Nabi Ibrahim, Abul Anbiya, atau bapaknya para Nabi. Sebagaimana firman Allah :

مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS Ali Imran [3] : 67).

Menjelaskan ayat ini, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir Suriah, di dalam Tafsir Al-Wajiz menjelaskan, Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani. Sebab Nabi Ibrahim lebih dulu ada daripada dua agama yang berbeda ini.

Lebih dari itu, ajaran yang disampaikan Nabi Ibrahim adalah mengesakan Allah (tauhidullah) dan menjunjung kebenaran. Nabi Ibrahim juga adalah orang yang taat kepada Allah dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik, yang menyembah Tuhan lain selain Allah.

Bukti arkeologi yang ada hingga sekarang aadalah adanya kuburan Nabi Ibrahim di Hebron (al-Khalil atau Hebrew), Palestina. Hebron terletak di Tepi Barat, Palestina. Ia merupakan salah satu kota terbesar di Tepi Barat, atau sekitar 30 kilometer di selatan Masjidil Aqsa, Yerusalem.

Di kompleks makam Nabi Ibrahim inilah kemudian dibangun Masjid Ibrahimi. Selain makam Nabi Ibrahim, di dalamnya terdapat pula makam Nabi Ishaq (putera Nabi Ibrahim), dan makam Nabi Ya’qub (cucu Nabio Ibrahim). Di sebelahnya terdapat juga makam Sarah (istri Nabi Ibrahim), makam Ribka (istri Nabi Ishaq), dan makam Leah (istri Nabi Ya’qub).

Namun sangat menyedihkan, Masjid Ibrahimi sejak tahun 1994 telah dibagi dua oleh pendudukan Zionis Israel, sebagian untuk shalat bagi Umat Islam dan sebagian lagi untuk ritual Yahudi.

Pembagian Masjid Ibrahimi bermula dari sernagan berdarah pendudukan zionis Israel pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 25 Februari 1994.

Sebuah pembantaian mengerikan di Masjid Ibrahimi kala itu, yang menewaskan 29 warga Muslim dan melukai 125 lainnya, yang dimotori oleh warga Israel-AS bernama Baruch Goldstein. Ia berasal dari keluarga Yahudi Ortodoks, aktif di organisasi Yahudi militan Liga Pertahanan Yahudi  the Jewish Defence League (JDL).

Saat itu, sekitar 700 jamaah sedang menunaikan shalat shubuh berjama’ah di masjid, di mana di kompleks masjid yang usianya lebih dari 1.000 tahun tersebut.

Beberapa saat setelah shalat, tiba-tiba Goldstein masuk masjid dan melepaskan tembakan membabi buta, sementara tentara Israel berada di belakangnya. Pelaku sendiri akhirnya tewas di tempat setelah jamaah masjid segera beraksi, mengejar pelaku dan menghajarnya.

Kini, hal sama direncanakan oleh pendudukan yang hendak membelah Masjidil Aqsa di Yerusalem menjadi dua bagian. Rencana ini dicanangkan anggota Parlemen (Knesset) Israel dari Partai Likud Amit Halevy, yang mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menyerukan pembagian Masjid Al-Aqsa menjadi dua bagian. Sekitar 30% untuk warga Muslim, meliputi Masjid Al-Aqsa al-Qibli dan Musholla Marwani. Sementara 70% untuk Yahudi yang meliputi wilayah tengah dan utara, termasuk area Kubah Sakhrah.

Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena Kompleks Masjid Al-Aqsa seluas 14,4 hektar yang Allah berkahi sebagaimana pesan Surat Al-Isra ayat pertama, adalah milik umat Islam. Propaganda pembagian kompleks Masjid Al-Aqsa harus kita tolak sepenuhnya. Dan penolakan ini harus dilakukan oleh seluruh umat Islam secara bersama-sama, bersatu dan berjama’ah.

Ini karena persatuan dan kesatuan umat Islam adalah kekuatan, sementara bertikai dan berpecah-belah justru melemahkan perjuangan. Seperti pada ayat, Allah mengingatkan :

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya : “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal [8]: 46).

Allah pun menegaskan sekali lagi di dalam ayat:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya , dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103).

Ayat ini sebelumnya diawali dengan wasiat takwa :

يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran : 102).

Dilihat dari korelasi ayat di surah dalam Al-Quran (tanasubul ayat was-suwar), perintah berjama’ah ini datang setelah perintah bertakwa. Hal ini menunjukan betapa eratnya hubungan antara bertakwa dengan berjamaah.

Takwa secara umum bermakna menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Termasuk implementasi takwa adalah menjalankan perintah hidup berjamaah, dan melarang berpecah-belah.

Ketakwaan bermakna juga ketaatan dalam kehidupan berjama’ah, sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

 مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

Artinya : “Barangsiapa melepas tangannya dari ketaatan, maka ia akan menemui Allah di hari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah, dan barang siapa mati sedang dipundaknya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti mati jahiliyyah.” (H.R. Muslim).

Begitulah, dengan pola hidup berjama’ah, terpimpin dalam satu kesatuan, kaum Muslimin akan dapat merasakan nikmat bersaudara. Dengan persaudaraan yang kuat itulah, kaum Muslimin akan mampu menolong yang lemah, membantu yang tertindas dan teraniaya, menegakkan keadilan, menciptakan perdamaian dan membebaskan manusia dari perbudakan dan penjajahan. Termasuk membebaskan Masjidil Aqsa dan Palestina dari belenggu penjajahan.

Dengan hidup berjamaah, kaum Muslimin akan mendapatkan kasih saying Allah, sebagaimana ditegaskan dalam hadits :

 مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: “Barangsiapa tidak pandai bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia tidak dapat bersyukur atas nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka dia tidak bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR Ahmad).

الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد

Demikianlah Jama’ah ’Idul Adha yang dimuliakan Allah.

Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, meningkatkan bakti kepada suami, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta terus mendukung perjuangan di jalan Allah.

Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.

Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin ukhuwah islamiyah.

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ َفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً.

رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

(A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.