Khutbah Idul Fitri 1444 H : Peradaban Islam untuk Pembebasan Al-Aqsa (Ali Farkhan Tsani)

Oleh : , Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ

.  إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ , وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا  وَ مِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ , اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَمَنْ وَّالَهُ , مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَاءَ لَمْ يَكُنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ  إِلاَّ بِاللهِ ,

اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْسِيْنيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ,كَمَا قَالَ اللهُ وَتَعَالَى , أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ :  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ , وَقَالَ اللهُ فِيْ اَيَةٍ اُخَرُ , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغدٍ  وَّاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وَقَالَ

 Hadirin-hadirat jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Alhamdulillah, pagi ini, gema takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru negeri, menyambut dan mengiringi hari nan fitri, harinya umat Islam Hari Raya, Idul Fitri kembali pada jiwa yang suci.

Inilah hari tercurah penuh rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa. Bersyukur sebagai salah satu hasil dari ibadah puasa Ramadhan sebulan lamanya.

….. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya : “…..Dan hendaknya kalian mencukupkan bilangannya dan hendaknya kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, niscaya kalian bersyukur”. (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat takwa, untuk diri dan keluarga, serta kita semua. Marilah kita pertahankan dan tingkatkan terus kualitas takwa kita kepada Allah. Terutama usai bulan puasa Ramadhan yang baru saja kita lalui bersama. Menjaga takwa dalam keramaian maupun kesendirian, dalam suka maupun duka, ketika kaya maupun tak punya, sejak muda hingga tua, kita tetap dalam takwa kepada Allah.

Derajat mulianya manusia di sisi Tuhan-Nya, adalah karena takwanya semata, dan itulah yang menjadi tujuan utama ibadah puasa Ramadhan, “la’allakum tattaqun”, agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah.

Nasib dunia global saat ini masih dikuasai dan diatur oleh orang-orang yang jauh dari Al-Quran, jauh dari kebenaran, keadilan dan kejujuran. Mereka berusaha mengatur bangsa, negeri atau dunia dengan nafsu keserakahan, kapitalisme, liberalisme, dan produk ro’yu lainnya, bukan dengan wahyu ilahi.

Maka, yang dihasilkan tidak lain adalah kerusakan demi kerusakan di muka bumi, akibat perang adu senjata tercanggihnya. Kerusakan moral terjadi di mana-mana, kerusakan ekonomi kapitalisme yang penuh dengan ribawi, kerusakan pendidikan yang berorientasi duniawi semata, dan sebagainya. Juga adanya kerusakan media yang berisi kebanyakan acara-acara yang cenderung maksiat membuka aurat, hiburan yang melalaikan, dan sebagainya.

Allah memperingatkan di dalam Al-Quran :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar-Ruum [30]: 41).

Di dalam Tafsir Al-Quran Kementerian Agama RI dijelaskan, ayat ini menerangkan telah terjadi al-fasad di daratan dan lautan. Al-Fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat Allah. Perusakan itu bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami, atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan.

Di daratan, misalnya, hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya biota laut. Termasuk al-fasad adalah perompakan, pembunuhan dan sebagainya. Perusakan itu terjadi akibat prilaku manusia, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan sebagainya.

Belum lagi kerusakan moral di tengah masyarakat, pergaulan bebas generasi muda, perilaku oknum pejabat korup, dan berbagai perilaku maksiat dan kemungkaran. Dunia dikendalikan oleh sistem yang jauh dari aturan Allah.

Hal ini merupakan bukti nyata, bahwa sistem dan aturan yang diciptakan manusia, apalagi yang jauh dari syari’at Islam, tidaklah akan dapat membuat kesejahteraan dan kedamaian nyata. Apalagi mampu menciptakan peradaban manusia yang sesungguhnya.

Di sinilah sesungguhnya yang berlandaskan semangat Al Quran dan As-Sunnah, nila-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, persaudaraan dan kemanusiaan dapat tampil sebagai solusi terbaik dan sempurna.

Keunggulan peradaban Islam yang pokok terletak pada dasar tauhid secara mutlak kepada Allah atau Tauhidullah. Dari peradaban yang berlandaskan pada Tauhidullah ini mempunyai pengaruh yang jelas dalam mengubah semua bentuk pemujaan terhadap manusia menjadi pemujaan hanya kepada Allah. Sebuah peradaban yang memberikan sumbangsih dan kontribusi positif dalam perjalanan kemanusiaan.

Begitulah tugas risalah kenabian dengan tauhidullah sebagai garis lurusnya, tak bisa dibengkokkan dengan tujuan lainnya.

Allah menyebutkan di dalam Al-Quran:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدُونِ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan [yang hak] melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS Al-Anbiya [21]: 25).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Hadirin jamaah shalat Ied yang mulia

Selanjutnya, keunggulan peradaban Islam adalah adanya sifat universalitasnya nilai yang diterima secara global oleh bangsa manapun.

Peradaban Islam dikenal dengan ciri cakrawala yang tinggi dan luas, tidak dengan iklim, geografi, dan tidak terikat dengan jenis manusia. Ini karena peradaban Islam menaungi seluruh umat manusia, bahkan alam sekitarnya.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107).

Muhammad Al-Maturidi menjelaskan, ayat ini bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad dan menjadikannya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Makna alam di sini adalah jagat raya yang terdiri dari kumpulan makhluk hidup, baik alam manusia, alam malaikat, alam jin, alam hewan dan tumbuh-tumbuhan. Semua alam itu memperoleh rahmat dengan kehadiran Nabi terakhir, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasllam yang membawa ajaran Islam.

Dengan rahmat itulah, terpenuhilah keperluan jiwa manusia untuk meraih ketenangan, ketentraman, serta pengakuan atas hak dan fitrahnya, tanpa deskriminasi.Termasuk mendapatkan hak atas perlindungan, bimbingan dan pengawasan serta saling pengertian dan penghormatan.

Bahkan jauh sebelum Eropa dan dunia Barat mengkampanyekan organisasi pecinta lingkungan hidup, perlindungan binatang, pencegahan abrasi laut dengan tanaman penyangga, penghijauan untuk menghadang emisi karbon dan pulusi udara, ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, telah memperhatikan hal itu.

Maka, semua sifat rahmat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan ajaran kasih sayangnya, sepantasnya menjadi panutan dan ikutan seluruh umat Islam. Umat Islam harus menunjukkan ajaran Islam sesungguhnya sebagaimana yang telah Nabi contohkan.

Pada ayat lain Allah mengatakan :

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ

Artinya: ‘Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba: 28).

Karena itulah, ajaran Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia (HAM), seperti hak berkeyakinan tanpa paksaan dalam agama Islam, penuh toleransi dan penghormatan, hak berpikir mengadakan research atau penelitian ilmiah, serta hak berpendapat, sebagai manusia yang punya akal sehat dan dalam menjelajahi alam semesta. Di sinilah penghargaan utama Islam terhadap kemajuan berpikir manusia, sehingga timbullah kemajuan dari kejumudan, kebekuan dan ketertindasan, futuristik dan berkemajuan.

Dr. Aminuddin Hassan dalam tulisannya yang berjudul “The role of Islamic philosophy of education in aspiring holistic
learning,” (tahun 2010), menuliskan, berabad-abad setelah lahirnya Islam (632 M), para cendekiawan Muslim telah mendirikan sekolah, universitas dan perpustakaan.

Tempat-tempat itu telah menjadi pusat pembelajaran, bukan hanya ilmu-ilmu agama seperti akidah, fikih, tapi juga termasuk bidang astronomi, fisika, biologi, seni, filsafat, dan medis.

Mereka para ilmuwan Muslim menjadi pelopor dasar ilmu pengetahuan modern, yang kemudian diajarkan di universitas-universitas Eropa hingga abad ke-18. Kebangkitan umat Islam menuju peradaban dalam kurun waktu 40 dekade didasarkan pada penekanan Al-Islam pada pembelajaran ilmu pengetahuan.

Ayat pertama dari Al-Quran yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada bulan Ramadhan menunjukkan inspirasi dan referensi belajar, pendidikan, observasi, dan penggunaan akal.

Demikian pula, ajaran Islam menghormati hak kebebasan jiwa dan hak kepemilikan individu. Dalam pandangan Islam pada dasarnya seluruh manusia bebas untuk merdeka, tanpa terjajah, terzalimi atau terdiskriminasi. Maka, di sinilah mengapa kita memiliki kewajiban membela saudara-saudara kita di Palestina? Karena memang ajaran Islam membebaskan penjajahan satu bangsa atas bangsa lainnya.

Hal ini pula yang menjadi konsen perjuangan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wadah yang bersifat rahmatan lil ‘alamin. Ini tertuang dalam Maklumat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) I/72 tertanggal 10 Dzulhijjah 1372 H / 20 Agustus 1953 M yang menyatakan, “Tegak berdiri di dalam lingkungan kaum Muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedlaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa.”

اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Hadirin-hadirat hafidzakumullah

Nilai unggul peradaban Islam selain berbasiskan Tauhidullah, adalah adanya sentuhan akhlak yang merupakan pagar pembatas, serta dasar yang tegak di atas kejayaan Islam, dan membedakannya dengan peradaban dunia manapun. Sumber akhlak dalam peradaban Islam adalah Al-Quran, dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai uswatun hasanah, teladan terbaik.

Di antara akhlakul karimah hasil gemblengan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh antara lain : berkata jujur dan baik, suka memaafkan dan bersilaturahim di tengah perbedaan, gemar bersedekah dan membantu sesama yang memerlukan, menebarkan kasih sayang terhadap kaum dhuafa, serta suka membantu mereka yang memerlukan bantuan.

Inilah yang membedakan risalah Islam dengan konsep manusia pada umumnya. Selalu menyertakan sisi akhlak dalam segala dimensi kehidupan. Sehingga siapapun orangnya, apapun jabatannya, seberapapun harta kekayaannya, dan keunggulan materi lainnya, tetap akhlaklah penilaian utamanya.

Selanjutnya hadirin rahimakumullah

Keunggulan peradaban Islam itu dibingkai dengan takwa dan berjama’ah, yakni takwa kepada Allah dan ikatan persaudaraan dengan sesama orang beriman.

Allah menyebutkan di dalam Al-Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kalian bercerai-berai……” (QS Ali Imran/3: 103).

Dengan kesatuan Jama’ah Muslimin dan kekompakan dunia Islam inilah, maka peradaban dunia akan tumbuh berkembang, terpimpin dan terarah dalam ridha Allah.

Terlebih jika menyangkut upaya pembebasan Masjidil Aqsa dan kemerdekaan Palestina dari cengkeraman penjajahan Zionis.

Kita sudah tahu, berdasarkan ayat dan hadits, Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam, tempat Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, masjid yang namanya tercantum di dalam ayat Al-Quran, tempat yang diberkahi, bumi para Nabi dan Rasul utusan Allah diturunkan di sana, tempat yang kita sangat dianjurkan untuk berziarah ke sana.

Maka, kalau Allah dan Rasul-Nya saja memuliakan, kitapun demikian.

Tindakan pendzaliman pasukan pendudukan terhadap jamaah yang hendak menjalankan ibadah di Masjidil Aqsa, harus dihentikan. Allah dan Rasul-Nya telah mengingatkan kita di dalam firman-Nya:

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَ‌ۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬

Artinya : “Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat”. (QS Al-Baqarah [2]: 114).

Pada hadits Nabi disebutkan :

مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه

Artinya : “Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat dimana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya.” (HR Abu Daud dan Ahmad).

Pada hadits lain, Rasul menegaskan :

فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ

Artinya : “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).

Juga peringatan khusus tentang pembelaan kita terhadap Al-Aqsa, baik langsung ke sana atau melalui pengiriman doa dan bantuan, seperti termuat dalam hadits,:

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ ، فَقَالَ : ” أَرْضُ الْمَنْشَرِ والْمَحْشَرِ، إَيتُوهُ، فَصَلُّوا فِيهِ ، فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ . قَالَتْ : أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ نُطِقْ أَنْ نَتَحَمَلَ إِلَيْهِ أَوْ نَأْتِيَهُ ؟ , قَالَ : ” فَأَهْدِينَ إِلَيْهِ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ ، فَإِنَّ مَنْ أَهْدَى لَهُ كَانَ كَمَنْ صَلَّى فِيهِ

Artinya : “Dari Maimunah maula Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Ya Nabi Allah, berikan fatwa kepadaku tentang Baitul Maqdis”. Nabi menjawab, “Tempat dikumpulkanya dan disebarkanya (manusia). Maka datangilah ia dan shalatlah di dalamnya. Karena shalat di dalamnya seperti shalat 1.000 rakaat di selainnya”. Maimunah bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak bisa”. “Maka berikanlah minyak untuk penerangannya. Barangsiapa yang memberikannya, maka seolah ia telah mendatanginya.” (HR Ahmad).

Hadirin rahimakumullah

Untuk itu, marilah tetap fokuskan dan prioritaskan dalam perjuangan umat Islam. Semua program dapat dikaitkan dengan Al-Aqsa, seperti pengokohan Tauhidullah, kaderisasi tarbiyah, ekonomi umat, silaturrahim antarkomponen kaum Muslimin, penggunaan media massa dan media sosial, sosialisasi dan donasi, dan sebagainya.

Sehingga potensi kaum Muslimin di seluruh dunia akan sangat mampu membebaskan Al-Aqsa dari belenggu penjajahan Zionis.

Semua itu tentu terangkai dan dirangkaikan oleh kesatuan umat Islam secara terpimpin di bawah ikatan dan komando seorang Imaamul Muslimin atau Khalifah bagi kaum Muslimin.

Inilah juga yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab kita bersama untuk berdakwah, mengajak dan menyantuni berbagai potensi kaum  Muslimin untuk berjama’ah, hiidup dan berjuang secara terpimpin.

Semoga kita terus tergerak dan bergerak berupaya  untuk membela Masjid Al-Aqsa dan saudara-saudara kita di Palestina dan kawasan Muslim lainnya, semata-mata karena mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Terakhir, terkhusus kepada kaum Muslimat

Tetap teguh hatilah menjaga kehormatan diri, karena Allah Maha Mengetahui. Jagalah perintah Allah, niscaya Allah akan menjaga kalian. Dan teruslah menuntut ilmu dan dan beramal sepanjang hayat, serta gemar berderma untuk kemaslahatan umat, serta patuh kepada suami selama hak.

Ikutlah dalam berbagai kegiatan solidaritas Al-Aqsa dan Palestina yang dapat dikerjakan. Wariskanlah nilai juang dan semangat Al-Aqsa kepada anak-anak generasi pelanjut perjuangan kita.

Semoga Allah menguatkan dan meridhai kita semuanya. Semoga pula Allah menerima ibadah Puasa Ramadhan dan amal-amal shalih kita semua. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Akhirnya, marilah kita akhiri dengan munajat doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .

أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ  اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ  وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .

رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ َفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً.

اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.

أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ.

رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

(A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.