Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Sepuluh tahun lalu, pada tanggal 24 Sya’ban 1427 H. atau bertepatan dengan 17 September 2006 M. Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy Allahu yarham menyatakan dengan terbuka Maklumat Ghazwah Al-Aqsha, yang kemudian disempurnakan menjadi Ghazwah Fath Al-Aqsha (GFA).
Maklumat yang dibacakan pada Tabligh Akbar/ Ta’lim Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Masjid At-Taqwa Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia itu berisi pernyataan bahwa Masjid Al-Aqsha adalah hak milik umat Islam yang wajib dipertahakan oleh segenap kaum Muslimin.
Maklumat juga memperingatkan kepada Zionis Israel agar segera meninggalkan kawasan kiblat pertama umat Islam itu dan menyerahkannya ke tangan Muslimin.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Setelah itu, bergulirlah sosialisasi agenda GFA dengan maksud menyampaikan pesan kepada kaum Muslimin dan Dunia Internasional tentang urgensi keberadaan Masjid Al-Aqsha bagi Ummat Islam di seluruh dunia. Di samping itu juga guna menyamakan visi dan persepsi dengan kaum muslim lainnya tentang langkah-langkah strategis untuk mengembalikan Masjid Al-Aqsha yang sampai saat ini masih dijajah zionis yahudi
Enam tahun berikutnya, sosialisasi itu menggema ke dunia internasional dengan diselenggarakannya “Konferensi Internasional untuk Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina” di Bandung tanggal 4-5 Juli 2012, yang hasilnya, mengamanahkan kepada Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy umat Islam untuk memimpin mempercepat pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina serta pembelaan kepentingan umat Islam di dunia internasional.
Lalu, dalam skala internasional selanjutnya, diselenggarakanlah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (KTT LB OKI) yang membahas masalah Palestina dan Al-Quds Al-Sharif di JCC Jakarta Ahad-Senin, 6-7 Maret 2016 lalu.
Dan kini, pembahasan juang bagi pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, itu kembali mengemuka melalui rencana penyelenggaraan Konferensi Internasional Media Islam (International Conference of Islamic Media – ICIM) di Wisma ANTARA Ruang Adhyana Jakarta, pada Rabu-Kamis, 25-26 Mei mendatang.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Steering Committee (SC) ICIM, Agus Sudarmaji,M.Sc mengatakan bahwa Media memrang merupakan bagian penting dalam penyebaran berbagai informasi dunia, baik sosial, ekonomi maupun politik. Namun demikian saat ini media juga dimanfaatkan sebagai alat provokasi politik pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan informasi yang mendukung tujuan-tujuan politik mereka sehingga mempengaruhi opini masyarakat.
“Dalam kondisi permainan politik dunia saat ini, pihak-pihak yang lemah terutama Islam dan muslimin menjadi korbannya. Informasi media non-Islam, cenderung tidak berimbang dan tidak objektif. Sehingga merugikan pihak-pihak lain yang menjadi sasaran politik tertentu khususnya Islam dan muslimin,” ujar Agus Sudarmaji, yang juga Ketua Umum Aqsa Working Group (AWG) Sekretariat Internasional.
Menurutnya, umat Islam terus menjadi sasaran kecurigaan serta aksi terorisme di dunia. Korban nyata yang masih terbengkelai hingga saat ini adalah persoalan Palestina sebagai satu-satunya negara di dunia yang masih terjajah serta berlangsungnya pengrusakan tempat suci Masjid Al-Aqsha dikota Al-Quds Asy-Syarif.
Ia menambahkan, persoalan Palestina dan Al-Aqsha selama ini hanya dipandang sebagai pertikaian politik antara Israel dengan Palestina. Bahkan penduduk Palestina diposisikan sebagai biang pemicu pertikaian di antara kedua bangsa tersebut.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
“Hal ini menimbulkan persepsi keliru masyarakat dunia terhadap Palestina yang mengakibatkan lemahnya dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dalam mendapatkan kemerdekaan,” ujarnya, yang juga Amir Majelis Kutab Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), yang berpusat di Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Untuk itu, ia berharap, dengan penyelenggaraan Konferensi Media Islam Internasional ICIM ini dapat menjadi momen strategis di tengah semakin meningkatnya dukungan negara-negara di dunia terhadap kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al_Aqsha.
“Kami berharap dengan konferensi ICIM ini menghasilkan upaya nyata untuk pembelaan kepentingan umat Islam dan kemanusiaan di seluruh dunia, khususnya dukungan terhadap perjuangan pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina,” ujarnya.
Amanah Konstitusi
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Berkaitan dengan Konferensi ICIM tersebut, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik menyatakan dukungan penuh atas agenda yang dimotori media besar terkemuka Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Kantor Berita Nasional ANTARA dan Harian Republika, mengatakan dukungannya atas upaya itu.
“Komitmen ini termasuk upaya Indonesia mengeratkan hubungan dengan media dalam mendukung perjuangan Palestina untuk mencapai kemerdekaannya, tentunya pemerintah mendukung hal ini,” kata Esti Andayani Dirjen Informasi Publik Kemenlu saat melakukan audiensi dengan Panitia Konferensi ICIM di Kemenlu, beberapa waktu lalu.
Esti Andayani menyatakan, Kemenlu akan membantu pengurusan yang berhubungan dengan keprotokoleran dengan negara-negara asing yang diundang dan menambah jejaring dengan calon peserta, sesuai dengan komitmen pemerintah yang sudah berulang kali diungkapkan di khalayak internasional.
Pernyataan serupa disampaikan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Rosarita Niken Widiastuti, bahwa Konferensi ICIM sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang menolak penjajahan di manapun berada, serta mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Niken menyatakan, masyarakat perlu mengetahui berita secara objektif dan berimbang mengenai Palestina. Selama ini berita tentang perjuangan rakyat Palestina masih minim dibandingkan dengan isu-isu kemanusiaan di wilayah lain di Timur Tengah.
Apalagi jika ini dilakukan oleh media, sebagai second diplomacy bagi tercapainya kemerdekaan rakyat Palestina. Tentu akan semakin terbangun kesadaran publik dalam kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Quds Al-Sharief dari belenggu penjajahan Zionis Israel.
Tentu konferensi semacam ini semakin menguatkan dukungan Indonesia bagi upaya untuk mengembalikan perhatian dunia melalui media akan perjuangan Palestina yang merupakan satu-satunya negara yang masih dijajah.
Selain itu juga sesuai dengan amanah konstitusi bangsa Indonesia, serta merupakan upaya lanjutan dukungan dan semangat negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang belum lama ini melangsungkan perhelatan tingkat tinggi di Jakarta mengenai isu Palestina. Hanya kali ini lebih spesifik ke ranah perjuangan media.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Ada sebuah upaya persuasif kepada media-media Islam khususnya dan media umumnya untuk menyajikan berita-berita perjuangan bangsa Palestina dan Al-Aqsha serta berbagai ajian yang mencerminkan wajah Islam yang rahmatan lil’alamin.
Dan ini memang sangat erat kaitannya dengan berdirinya kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) yang mendorong kemajuan media-media Islam guna mengimbangi penguasaan opini global.
Dukungan Tokoh Ormas Islam
Dukungan dari para tokoh dari ormas-ormas dan lembaga keislaman tentu sangat diperlukan dalam upaya juang kemanusiaan melalui media.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Ini seperti dikemukakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Ma’ruf Amin yang mengatakan, pihaknya mengapresiasi Kantor Berita Islam MINA menyelenggarakannya Konferensi Media Islam Internasional (ICIM) 2016 yang digelar di Jakarta pada 25-26 Mei mendatang.
“Acara ini bagus sekali sebagai upaya untuk menyatukan kaum Muslimin tentang pembelaan terhadap Masjidil Aqhsa melalui media, yang saat ini dalam kondisi dijajah Israel,” ujarnya.
“Oleh karena itu, media Islam harus bersatu menyuarakan pembelaan atas Al-Aqsha dan Palestina.”
Dia juga menjelaskan, media Islam seluruh dunia juga harus menyuarakan hal yang sama dan mempengaruhi opini dunia agar Masjid Al-Aqsha bisa dikembalikan kepangkuan kaum Muslimin.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Dukungan senada disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak, menyebutnya sebagai usaha media Islam membangun koalisi besar, karena selama ini justru Islam selalu dipojokan melalu media yang berpihak ke kelompok tertentu.
“Membangun koalisi media Islam untuk membangun kepentingan Islam dan membela Islam, itu sangatlah penting, karena banyak sekali media-media yang umumnya menyudutkan Islam,” ujar Dahnil.
Ia menyebutkan, misalnya isu Palestina, dan isu terorisme, diksi-diksi yang digunakan adalah diksi negatif.
Dalam pandangan Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Islam Indodnesia (DDII) Amlir Syaifa Yasin, konferensi media semacam ini tentunya diharapkan dapat menyatukan langkah perjuangan media Islam sehingga berita mengenai umat Islam dapat tersiar ke seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Tentu ada semacam harapan besar media-media Islam nantinya bisa menjadi rujukan bagi umat. Sebab, bagaimanapun media kini memang menjadi salah satu alat dakwah yang luar biasa yang dapat membentuk opini umat.
Karenanya, patut digarisbawahi apa yang dikemukakan Amlir Syaifa Yasin bahwa media Islam harus dikelola oleh orang yang basis ideologinya jelas, karena media merupakan pengganti peran para dai atau mubalig di era modern ini. Terlebih, masyarakat sudah banyak yang melek terhadap media.
Secara lebih luas, seperti dikatakan Muhammad Natsir Zubaidi, Ketua Bidang Sarana, Hukum dan Waqaf Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), bahwa konferensi sejenis ini tentu bukan sekedar pertemuan biasa. Namun ada makna lebih penting lagi yaitu untuk terus menjalin solidaritas dunia Islam, dan penyampaian secara kontinyu bahwa pendudukan atas wilayah Palestina oleh pihak Israel adalah sebagai penjajahan kepada negara lain. Dan ini sesuai dengan mukadimah UUD 1945 bahwa penajajahan di atas permukaan bumi ini harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan.
Pandangan lainnya dari Sekretaris Jenderal Persatuan Umat Islam (PUI) Nazarharis yang menyebut, umat Islam punya masalah di sisi informasi, di mana dunia media telah dikuasai oleh non-Muslim. Posisi umat Islam hanya sebagai konsumen. sebab produk pemikiran itu tergantung input data yang masuk ke otak atau akal mereka.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Maka, bisa dipastikan produk pemikiran umat Islam sudah disetting sedemikian rupa sesuai keinginan non muslim ini masalah. Masalah lain adalah doktrin pers “bad news is a good news”. ini konsep yang salah, karena akan lebih banyak menyebarkan kerusakan dan maksiyat dari pada kebaikan, ujarnya.
“Dunia makin rusak. Maka salah satu faktor sentral penyebab kerusakan dunia di abad informasi ini adalah pers. Karena itu adanya Konferensi Media Islam ICIM ini adalah kegiatan yang sangat bagus untuk ikut menanggapi masalah tersebut,” katanya.
Harapan serupa datang dari beberapa lembaga Non Goverment Organisation (NGO) di kawasan Asia. Seperti dibicarakan dalam Konferensi antar-NGO Islam kawasan Asia di Kuala Lumpur, 10 Mei kemarin. Delegasi NGO yang konses dalam perjuangan dunia Islam dari Malaysia, Thailand, Singapura, Myanmar, Filipina dan Kamboja, bersiap siap hadir untuk konferensi tersebut.
Sebuah Harapan
Panitia ICIM mengatakan telah meminta Presiden RI Joko Widodo untuk membuka konferensi, serta mengundang pemimpin redaksi kantor berita dan media massa dari 50 negara.
Panitia juga menjadwalkan beberapa pembicara dari berbagai negara, di antaranya Ahmad Ashaaf (Pemred Kantor Berita Palestina WAFA), Dr Daud Abdullah (Direktur Middle East Monitor, Inggris), Dr Shamsi Ali (Founder Nusantara Foundation, AS), Syaikh Ahmad Shoyyan (Pemred Majalah Al-Bayan, Arab Saudi) dan lainnya. Di samping beberapa pembicara dalam negeri dari unsur pejabat pemerintah, ulama, tokoh masyarakat dan aktivis kepalestinaan.
Peserta undangan terdiri dari unsur pimpinan redaksi kantor berita di negara-negara Islam, Duta Besar negara-negara Islam di Jakarta, pakar dan praktisi media massa, organisasi-organisasi wartawan Muslim, pimpinan perguruan tinggi Islam, LSM dan Ormas yang konsen dalam pembelaan Palestina dan kaum Muslimin, serta dosen, mahasiswa dan tokoh masyarakat
Panitia Konferensi ICIM menjalankan tugas sehari-hari di Kantor Redaksi MINA di Gedung MER-C lantai 1 Jalan Kramat Lontar J-157 Senen, Jakarta Pusat, Telp.: 021-3152322.
Kita berharap konferensi dapat berjalan dengan lancar dan baik serta memberikan solusi-solusi bagi pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan bangsa Palestina, melalui kekuatan media Islam. Allahu Akbar!. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)