Kucing-Kucing Pun ‘Beribadah’ di Masjid Turki

İstanbul Üsküdar'daki Aziz Mahmud Hüdayi Camisi'nin kapılarını sokak kedilerine açarak, İslam dininin şefkat ve merhametine vurgu yapan imam Mustafa Efe, örnek davranışıyla hem cemaatin hem de sosyal medya takipçilerinin takdirini topladı. "Kedi dostu imam" olarak anılmaya başlananan Efe'nin görev yaptığı camiye sabah ezanıyla giren, namaz sırasında etrafta dolaşan ya da bir kenarda kıvrılarak uykuya dalan, hatta yavrularını tek tek minbere taşıyan kediler, cemaat tarafından da benimsendi. ( Arif Hüdaverdi Yaman - Anadolu Ajansı )
Kucing pun ikut ‘beribadah’ di Aziz Mahmud Hüdayi Istanbul, . (Daily Sabah)

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Ada yang suka, ada juga yang geli, ‘takut’ bahkan benci dengan hewan yang satu ini, kucing. Kadang binatang ini sampai diusir dari rumah, dipukul dengan keras, disiram air, hingga dilukai. Karena dianggap kotor, suka ‘mencuri’ lauk ikan dan kencing sembarangan tanpa aturan.

Namun, itu tidak berlaku di salah satu sudut kota Istanbul, Turki. Tepatnya di Masjid Aziz Mahmud Hudayi. Di masjid yang dibangun pada 1594 ini, kucing justru dibiarkan bahkan dipelihara oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat.

Media Middle East Eye (MEE) edisi 28 Januari 2016 lalu, mewawancarai Imam Masjid, Syaikh Mustafa Efe di masjid itu, saat bercengkerama dengan kucing-kucingnya.

“Selamat datang di Catstanbul bukan Konstantinopel, selamat datang di ibukota kucing dunia. sebuah kombinasi agama, budaya dan kepraktisan mengangkat kucing ke status sosial Istanbul,” ujarnya.

Pengurus masjid itu membuka pintu masjid untuk kucing-kucing dari lingkungan sekitar dan dekat sampah saat musim dingin melanda kota, untuk dipelihara dengan terawat. Puluhan kucing pun datang dan pergi ke masjid bersejarah di kota Istanbul itu.

Ia pun mengunggah gambar-gambar kucing itu ke media sosial, dan itu membuatnya menjadi populer.

Menurutnya, jika ada kontes ibukota kucing dunia, Istanbul pasti bisa menjadi pesaing utama untuk meraih mahkota juaranya.

“Ada kucing-kucing terawat hampir di gang-gang atau sudut-sudut jalan di sekitar sini. Ada hubungan cinta antara penduduk Istanbul dengan kucingnya,” imbuhnya.

Syaikh Mustafa Efe mengaku terkejut dengan foto-foto yang diunggahnya ternyata meraih begitu banyak perhatian, dan ia mengatakan bahwa apa yang dia lakukan adalah sesuatu yang Muslim pun wajib lakukan.

“Keyakinan kami adalah semua tentang kasih sayang dan belas kasihan. Hal ini berlaku juga untuk hewan. Islam mengajarkan kita untuk berbelas kasih terhadap segala sesuatu di muka bumi ini. Bahkan untuk hal-hal yang kita anggap sepele seperti menyediakan tempat penampungan untuk kucing,” papar Syaikh Efe.

Ia menyebutkan, kucing itu bukan binatang najis dalam Islam, sehingga membiarkan mereka tinggal di rumah atau masjid itu sendiri tidak masalah sama sekali.

Imam masjid itupun menjelaskan bagaimana kepedulian dan kasih sayang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terhadap kucing, tidak diragukan lagi.

“Bagaimana nabi memotong kain lengan jubahnya untuk menyelimuti kucing yang sedang tertidur di jalan, dan bagaimana kucing diselamatkan Nabi dari gigitan ular,” urainya.

kucing talim mosquecats.tumblr
Kucing ikut dalam kajian masjid. (Daily Sabah)

Ikut Beribadah

Kucing-kucing manis, berbulu terawat dan bersih, di Masjid Aziz Mahmud Hudayi, bukan hanya berdiam di tempatnya, bermain di halaman, berjemur di teras atau naik ke beberapa bagian masjid. Namun juga ikut masuk ke dalam masjid, seolah ia ingin ikut ‘beribadah’ shalat bersama jamaah kaum Muslimin.

Kucing-kucing pun dengan ‘rendah hati’ ikut berjalan menyusun shaf shalat, kadang ikut di antara kaki-kaki jamaah, atau duduk ‘khusyu’ mendengar tausiyah dari imam masjid atau syaikh yang memberikan ceramah di mimbar masjid.

Di luar masjid, di beberapa kedai kopi dan teh sekitar masjid, pun seringkali terlihat kucing-kucing itu duduk-duduk di kursi pemilik kedai. Pelanggan dan pemilik kedai pun sama sekali tidak ingin mengganggu keasyikan hewan-hewan itu.

“Kucing-kucing itu bersantai, itulah yang bisa saya layani di tempat ini,” kata Gulsun Sozeri, yang bekerja di kafe kecil kota, sambil menunjuk ke arah empat kucing yang sedang duduk santai di atas kursi.

“Kafe kami memiliki beberapa meja dan kursi. Kadang-kadang kucing mengambil satu atau dua kursi untuk berjemut di sinar matahari. Tidak ada yang berpikiran, baik pelanggan maupun kami yang mencoba untuk menggeser mereka. Mereka dibiarkan berada di sini,” ujar Sozeri.

Sozeri mengatakan meskipun kafenya telah kehilangan sejumlah pelanggan potensial yang memang alergi terhadap kucing. Namun ia mendapat pelanggan lainnya yang lebih banyak lagi.

Justru menurutnya, ketika kucing-kucing itu bermain-main, berada dalam suasana menyenangkan, itu menyediakan atraksi tersendiri untuk pelanggan. Banyak pecinta kucing sering tergoda untuk mampir ke sini untuk sekedar menikmati kopi sambil melihat kucing-kucing ‘berkelahi’ saling cakar.

Suleyman Akif, salah seorang relawan paruh waktu di penampungan hewan di Istanbul, mengatakan, beberapa penduduk lebih suka memelihara kucing daripada anjing.

Dia mengatakan salah satu alasan di balik itu adalah karena merawat kucing lebih mudah dan praktis daripada memelihara anjing.

“Ada orang-orang yang memiliki anjing sebagai hewan peliharaan atas desakan anak-anak mereka, tanpa menyadari berapa banyak pekerjaan yang diperlukan untuk menjaga anjing-anjing itu, di samping resiko penyakit rebies yang dapat ditularkannya. Sedangkan kucing cukup banyak mengurus diri sendiri dan tidak membutuhkan banyak perhatian,” kata Akif pada MEE.

Menurut Akif, alasan lain adalah kucing lebih sedikit di tempat penampungan daripada anjing, tapi tidak banyak yang mati ditabrak kendaraan, kucing-kucing lebih dapat menjaga diri mereka sendiri.

“Saya tidak tahu, apakah kucing lebih pintar, sehingga lebih banyak kasus anjing ditabrak mobil,” paparnya.

kucing imam masjid catlovers
Imam masjid dan kucing kesayangannya. (Catlovers)

Jasa Kucing

Selama berabad-abad Istanbul dikenal sebagai kota pelabuhan yang ramai dengan perdagangan ekspor dan impor tak terhitung untuk menghidupi warga kota. Namun, beberapa kapal yang tiba dari berbagai penjuru dunia seringkali membawa ancaman mematikan. Karena gudang kargo mereka kerap terdapat tikus-tikus yang dapat membawa wabah penyakit.

Saat itu, ‘pasukan’ kucing-kucing yang masih liarlah yang dianggap sebagai senjata terbaik untuk melawan mereka. Kucing-kucing ternyata memainkan peran besar dalam membentuk ikatan yang erat antara kucing dan kehidupan penduduk kota Istanbul, atas perang mereka. Dan penghormatan bersejarah penduduk terhadap kucing itu masih berlangsung sampai hari ini.

Imam Masjid Aziz Mahmud Hudayi Turki, Syaikh Mustafa Efe menyebutkan, ada pandangan negatif selama bertahun-tahun tentang kucing, seperti di layar film televisi.

Karenanya ia memposting gambar-gambar lucu kucing-kucing indah untuk menggambarkan betapa kucing binatang yang baik.

“Pesan utama kami sebenarnya adalah bahwa sikap belas kasih untuk semua makhluk hidup, itulah intinya,” ungkapnya.

Tapi tentu masjid yang ia bina bukan sekedar menyantuni kucing-kucing. Namun ia bersama staf juga mengadakan dapur umum di dalam kompleks untuk memberi makan bagi orang-orang miskin yang membutuhkan.

Masjid yang ia kelola sesuai fungsinya, terbuka untuk semua orang. Memberi makan semua yang lapar, dari kalangan tunawisma, pengungsi dan kepada siapa pun. Termasuk ke hewan-hewan.

“Kami tidak akan mengusir keluar setiap makhluk hidup yang datang ke pintu kami,” kata Syaikh usthafa Efe.

Media Daily Sabah merilis berita tentang akun-akun di jejaring sosial Facebook dan Instagram yang dipenuhi dengan foto-foto kucing lucu Istanbulites (Kucing dari Istanbul). Bahkan akun populer Instagram itu kini memiliki 8.000 pengikut.

Di layar lebar, sebuah film animasi di Turki sedang menyiapkan adegan “Kötü Kedi Şerafettin”, Kedi (dalam bahasa Inggris, cat), yang dirilis 5 Februari ini. sebuah animasi film kartun yang menceritakan petualangan heroik berbahaya kucing liar dari Istanbul. (P4/P2  )

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)