Laporan: Naik 950% Warga Israel Minta Bantuan Psikologis Sejak Perang

Yahudi-Ortodok
Ilustrasi: Warga orthodox Yahudi. (Foto: Occupied Palestine)

Tel Aviv, MINA – Asosiasi Kesehatan Mental Israel mengungkapkan peningkatan mengejutkan sebesar 950% jumlah yang mencari dukungan psikologis sejak dimulainya perang genosida rezim pendudukan di Jalur Gaza.

Dikutip dari MEMO pada Ahad (7/4), temuan organisasi Israel menunjukkan adanya lonjakan permintaan informasi ke call center mereka, mengutip laporan Perusahaan Penyiaran Publik Israel pada Jumat (5/4).

Jumlah pertanyaan mencapai sekitar 172.000, dengan sekitar 33.000 permintaan per bulan, termasuk 44.000 pada bulan awal, kata laporan itu.

Organisasi ini juga telah merekrut lebih dari 150 sukarelawan untuk memberikan dukungan psikologis yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang mencari bantuan.

Selain itu, dalam laporan lain dari hotline krisis kesehatan mental Eran, dilaporkan terjadi peningkatan tajam sebesar 950% dalam panggilan telepon yang melibatkan depresi, tekanan mental akut, dan kesepian.

Pada tanggal 7 Oktober saja, organisasi tersebut menangani lebih dari 3.500 panggilan masuk. Bandingkan dengan 500 panggilan pada hari rutin.

Jumlah anak-anak dan remaja di bawah usia 17 tahun yang menelepon juga meningkat sebesar 125% dibandingkan tahun lalu, dengan peningkatan signifikan yang terlihat pada pekan-pekan awal konflik.

Pada akhir Februari, Menteri Urusan Militer Israel, Yoav Gallant, menyoroti besarnya kerugian yang ditimbulkan perang terhadap militer rezim tersebut.

“Kami membayar harga yang sangat mahal bagi pasukan kami. Kerugian yang kami keluarkan dalam hal jumlah kematian dan cedera sangat tinggi,” katanya.

Statistik terbaru yang diungkapkan oleh departemen rehabilitasi kementerian menunjukkan bahwa lebih dari 11.000 tentara dan veteran Israel mengalami cedera psikologis (yaitu 1 dari 5 tentara yang terluka) dan sekitar 8.000 di antaranya mengalami gangguan stres pasca-trauma.

Pada hari Jumat, militer Israel mengakui bahwa 600 pasukannya telah tewas sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa.

Melaporkan korban jiwa, Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, mengatakan 3.193 tentara juga terluka sejak saat itu, 268 di antaranya masih dalam perawatan dan 26 lainnya dalam kondisi kritis.

Sejak rezim Tel Aviv melancarkan perang pada 7 Oktober tahun lalu sebagai respons terhadap Operasi Badai Al-Aqsa, sekitar 33.200 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 75.800 lainnya. (T/RI-1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.