MASJID RASULULLAH: MEMFUNGSIKAN MASJID MENURUT RASULULLAH

Gambar Rancang Masjid Rasulullah. Photo By : Dok Panitia Pembangunan Masjid.
Gambar Rancang Masjid Rasulullah. Photo By : Dok Panitia Pembangunan Masjid.
Gambar Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Kompleks Pesantren Al-Fatah , Lampung. (Foto: Dok Panitia 2014).

Oleh: Nurhadis,

Wartawan Miraj Islamic News Agency (MINA)

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat berangkat hijrah dari Makkah ke Madinah tahun 1 Hijriyah (622 M), singgah dan menginap selama 14 hari di desa Quba, sekitar 5 km sebelum memasuki perbatasan Yatsrib (Madinah).

Nabi dan para sahabatnya tidak hanya bermalam, namun juga membangun sebuah , yang diberi nama Masjid Quba. Masjid ini doikenal pula dengan nama Masjid Taqwa, masjid yang didirikan atas dasar taqwa.

Allah mengabadikannya dalam ayat :

 لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ‌ۚ فِيهِ رِجَالٌ۬ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ‌ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ

Artinya : “……Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (Q.S. At-Taubah [9]: 108).

Sesampainya di Madinah, program utama yang dicanangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun membangun masjid, yang kemudian diberi nama Masjid Nabawi. Nabi tidak membangun benteng pertahanan, istana atau dinasti, tetapi masjid sebagai pusat ibadah kepada Allah.

Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim, selain Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil Aqsha di Palestina.

Pembangunan masjid menjadi isyarat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa tempat ini memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kaum Muslimin. Bahkan, dapat diumpamakan, masjid bagi kaum Muslimin seperti air bagi ikan. Sehingga apabila ikan berpisah dengan air, maka ikan itu tidak bisa bertahan lama.

Begitu juga dengan umat Muslim, bila terpisah dengan masjid, berarti jiwa keislamannya tidak akan mantap. Karena itu, jika ada seorang Muslim tidak aktif ke masjid, jiwa keislamannya tentu berada dalam kondisi memprihatinkan.

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat menganjurkan untuk membangun masjid sebagai tempat ibadah utama. Di antaranya termaktub di dalam beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan membangun masjid. Orang yang membangun masjid akan dibalas Allah dengan mendapatkan bangunan rumah yang megah di dalam surga.

Seperti dalam hadits disebutkan :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ 

Artinya : “Barangsiapa yang membangun masjid, maka Allah akan bangunkan baginya semisalnya di surga.” (HR Bukhari dan Muslim dari Utsman bin ‘Affan).

Pada hadits lain disebutkan :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ ، أوْ أَصْغَرَ ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ 

Artinya : “Barangsiapa membangun masjid karena Allah sebesar sarang burung atau lebih kecil. Maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” (H.R. Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah).

Selanjutnya, pahala bagi seseorang yang telah membangun masjid, akan terus mengalir, meskipun ia telah meninggal dunia.

Seperti disebutkan di dalam hadits :

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

Artinya : “Sesungguhnya di antara amal atau perbuatan-perbuatan baik seseorang mukmin yang akan menyusulnya setelah ia mati, adalah ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan, mushaf Al-Quran yang telah ia wariskan, masjid yang telah ia bangun, sebuah rumah untuk ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan) yang telah ia bangun, sungai yang telah ia alirkan, shadaqah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia masih sehat. Semua itu akan menyertainya setelah ia mati.” (H.R. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Masjid Rasulullah

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam mencontohkan bagaimana memfungsikan masjid, setelah masjid itu berdiri secara fisik.

Setidaknya  ada 20 , yaitu :

  1. Tempat ibadah Mahdhah (utama), yaitu shalat lima waktu.
  2. Tempat pembinaan kedisiplinan umat.
  3. Pusat pendidikan umat, seperti dengan adanya ta’lim-ta’lim, taman pendidikan Al-Quran, dan lainnya.
  4. Tempat penenteram jiwa, yakni dengan memperbanyak dzikir dan doa di dalamnya, serta tempat beri’tikaf.
  5. Pusat kegiatan sosial/masyarakat, seperti pengelolaan zakat fitrah dan harta, panitia penyembelihan hewan qurban, dan gerakan infaq shadaqah untuk umat.
  6. Pengembangan budaya, seperti pembinaan menulis khath, ceramah, diskusi, dan lainnya.
  7. Tempat pembinaan keterampilan dan pembinaan fisik, di halaman masjid dapat digunakan untuk pelatihan beladiri, balap lari (atelik), dan lainnya.
  8. Pengiriman utusan, di masjid Nabawi pula Nabi mengirim utusan ke berbagai daerah, baik untuk melaksanakan misi dakwah, pengiriman pasukan maupun duta.
  9. Balai pengobatan, dapat juga sebagai pusat pembinaan kesehatan masyarakat, sehingga warga yang berobat fisik sekaligus secara tidak langsung berobat secara ruhani, dengan melaksanakan shalat sunah dan doa di dalamnya.
  10. Pusat kegiatan ekonomi, bukan untuk membangun pasar tentunya, tetapi menjadi pusat kebijakan perekonomian umat, seperti kantor baitul maal wat tamwil, kebijakan ekonomi syari’ah, dan lainnya.
  11. Tempat pendamaian sengketa, yaitu mempertemukan dua orang yang sedang berselisih, kemudian dipersaudarakan dan dipersatukan melalui masjid.
  12. Tempat musyawarah atau rapat-rapat tentang keumatan.
  13. Tempat penerimaan tamu.
  14. Cermin kebersihan, ini yang patut menjadi perhatian pihak pengelola masjid dan penggunanya.
  15. Pusat penerangan umat, misalnya dengan adanya papan pengumuman, pusat radio dan televisi dakwah.
  16. Pusat penegakkan syari’at, misalnya penyampaian kewajiban menegakkan kesatuan umat/khilafah, penyampaian kewajiban berbusana muslim, dan lainnya, diumumkan dan dimulai dari masjid.
  17. Pusat pembelaan agama, untuk membendung fitnah dari luar Islam, maka dari masjidlah disampaikan hal-hal penting pembelaan umat melalui mimbar-mimbar tausiyah.
  18. Sumber petunjuk, di masjidlah umat bukan hanya shalat berjama’ah, namun juga mendengarkan siraman ruhani, tausiyah-tausiyah pencerah jiwa, dan sebagainya.
  19. Pengembangan dakwah, baik dakwah bil lisan (seperti ceramah), maupun bil kutub (seperti penerbitan).
  20. Peningkatan derajat ummat, di sinilah maju mundurnya umat terlihat dari seberapa banyak jamaah shalat. Bahkan menjadi ukuran adalah manakala jamaah shalat shubuhnya sama dengan jamaah shalat jumatnya. Suasana seperti ini yang pernah ditakutkan oleh orang-orang Yahudi, jika ingin melihat kekuatan umat Islam.

Untuk memfungsikan masjid sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dibangunlah Masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, di Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Dusun Muhajirun, Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

Diharapkan dari masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini menjadi percontohan bagaimana memfungsikan masjid sesuai Sunnah.

Awal Pendirian

MASJID-DULU
Para perintis awal Kampung Islam Internasional Muhajirun, Lampung, dengan latar belakang masjid lama. (Foto : Dok Istimewa).

Pemilihan Muhajirun, Lampung, atau di kompleks Pesantren Al-Fatah, di kawasan seluas 100 hektar itu, tidak serta merta berdiri begitu saja.

Ada benang merah yang kuat ketika kampung itu awal dirintis awal tahun 1975. Ketika waktu itu kawasan hutan dan ilalang, didirikanlah masjid sederhana sebagai tempat ibadah utama, tempat warga yang baru berhijrah shalat berjama’ah.

Warga di kampung ini merupakan pendatang dari tetangga kampung dan dari berbagai daerah di wilayah Lampung, maka disebut kampung Muhajirun (orang-orang yang berpindah). Mereka semua bersepakat untuk menjadikan kampong itu sebagai tempat pelaksanaan syari’at Islam secara kaffah (menyeluruh).

“Masjid At-Taqwa” masyarakat menamakannya, seperti awal dibangun Rasulullah di Quba. Di masjid At-Taqwa ini pula berfungsi sebagai tempat tarbiyah (pendidikan) warga kampung Islam tersebut. Mulai dari pengajaran membaca Al-Quran, pengajian-pengajian dan tausiyah.

Bentuk bangunannya masih sangat sederhana, ukurannya memanjang seperti ‘bedeng’, berukuran 6 x 21 meter persegi. Masjid beratapkan ilalang, berdinding geribik bambu, berlantai tanah yang tidak rata. Bahkan salah satu tiangnya yang dari sebatang pohon, sempat tumbuh tunas.

Kemudian pada November 1976, menurut kesaksian tokoh masyarakat yang masih hidup di sana, dimulailah pembangunan Masjid Taqwa di kampong pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung.

Jama’ah Muslimin (Hizbullah), merupakan wadah kesatuan umat Islam yang dipimpin oleh seorang Imaam/Khalifah, yang bertujuan ridha Allah. Hizbullah artinya “kaum yang berpihak kepada Allah”, mengacu pada surat Al-Maidah [5] : 56 dan Al-Mujadalah [58]: 22.

Hingga saat ini masjid seluas 960 m2  tersebut ini selalu padat dipenuhi jamaah shalat tiap waktu shalat. Bisa dibayangkan, santri-santri sejumlah lebih dari 1.300 anak saja sudah penuh sesak hingga ke teras-teras masjid di kanan kirinya. Belum lagi warga setempat sekitar 1.000 jiwa.

Belum lagi kalau ada acara-acara besar seperti tabligh akbar, penerimaan kunjungan tamu mancanegara, dengan mengundang jamaah dari daerah-daerah, mesti harus ditambah tenda-tenda besar di kanan, kiri, dan belakang masjid. Belum lagi sewa kursi, yang harus mengeluarkan biaya tidak sedikit.

Beberapa tamu mancanegara yang pernah hadir dan memberikan tausiyah di Masjid Taqwa Muhajirun, Provinsi Lampung, antara lain : Syaikh Dr. Mahmoud Shiyam (Imam Besar Masjidil Aqsha Palestina, Ketua Ulama Palestina di Yaman), Syaikh Dr. Abdurrahman Yusuf Al-Jamal (Mudir Tahfidz Daar Al-Quran was Sunnah Gaza), Syaikh Dr. Mahmoud al-Anbar (Dekan Ushuluddin Universitas Islam Gaza), Dr. Ahmed Abdul Malik (Aktivis pergerakan Islam Afrika), dsb.

Dari Pusat Jakarta, beberapa pejabau Muslim pernah berkunjung seperti : Abdullah al-Rahim al-Siddiq (Duta Besar Sudan untuk Indonesia), A.S. Hikam (Menteri Riset dan Teknologi era Gusdur), H.Harmoko (Menteri Penerangan, era Suharto), Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan era SBY), dan lainnya.

Di samping itu, beberapa dosen dan santrinyapun dating dari mancanegara, seperti dari : Malaysia, Maroko, Uganda, hingga China.

Maka mengingat perkembangan Muhajirun sebagai kampung Muslim internasional itulah, tercetus ide untuk membangun masjid baru dengan nama Masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, di tempat yang lebih luas. Sementara banguna lama dapat dugunakan untuk kegiatan belajar-mengajar. Tentu dengan pertimbangan, jika membangun lebih besar, dengan merenovasi apalagi sampai merobohkannya untuk pencanangan pondasi, justru menelan biaya lebih besar lagi.

Peletakan batu pertama Masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam direncakan pada tanggal 1 Muharram 1436 H/25 Oktober 2014 mendatang, bertepatan dengan awal tahun baru Islam 1436 Hijriyah.

Masjid dibangun di lahan seluas 8.632 m2, dengan bentuk persegi, panjang 40 m dan lebar 40, luas total 3.526 m2. Desain dua lantai, diharapkan mampu menampung jamaah sebanyak 5.876 orang.

Ustadz Mukhlasin, Bidang Publikasi dan Sosialisasi Panitia Pembangunan Masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Lampung, kepada wartawan Miraj Islamic News Agency (MINA) mengatakan, dinamakan Masjid Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam karena diharapkan masjid ini berfungsi sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam.

“Rasulullah mencontohkan, masjid tidak hanya digunakan untuk shalat saja, ada banyak fungsi masjid di zaman Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam, ini mengapa masjid ini diberi nama Masjid Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam, dengan harapan masjid ini nantinya benar-benar menjadi pusat kegiatan umat Islam,“ kata Mukhlasin.

Masjid Rasulullah dibangun untuk menggantikan Masjid At-Taqwa Pesantren Al-Fatah Muhajirun, Natar, Lampung Selatan yang sudah tidak memadai untuk keperluan Ibdah dan juga untuk menjalankan fungsi masjid lainnya.

Masjid Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam direncakan memiliki lima kubah, satu kubah besar (utama) dan empat kubah kecil.

Masjid juga memiliki lima menara, satu menara utama terpisah dari masjid, dan empat menara lainnya menyatu dengan bangunan masjid. (T/K08/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0