Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA
Menurut sejarah awal pemberian nama bulan Ramadhan, adalah ditetapkan berdasarkan keadaan musim yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu musim sangat panas atau ramdha (رمضاء)
Imam An-Nawawi dalam Kitab Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, menyebutkan beberapa pendapat ahli bahasa, terkait asal penamaan Ramadhan, di samping memiliki makna sangat panas, juga diambil dari kata ar-ramidh (الرميض), yang artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, memasuki musim gugur.
Hujan ini disebut ar-ramidh karena melunturkan pengaruh panasnya matahari. Sehingga bulan ini disebut Ramadhan, karena membersihakn badan dari berbagai dosa.
Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil
Pendapat lain menyebutkan, nama Ramadhan diambil dari pernyataan orang Arab ramdhan an-Nashl (رمضت النصل) yang artinya mengasah tombak dengan dua batu sehingga menjadi tajam. Ini karena masyarakat Arab pada masa silam mengasah senjata mereka di bulan ini, sebagai persiapan perang pada bulan Syawal, sebelum masuknya bulan haram.
Begitulah, dinamakan Ramadhan juga karena karena tenggorokan orang-orang yang berpusa terasa kering akibat hawa panas bulan tersebut.
Panas juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan dan minum seharian.
Panas membakar bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia.
Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak
Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan yang mulia ini jiwa umat Islam dibakar, ditempa, serta digembleng dengan berbagai amaliyah Ramadhan, agar hawa nafsu tertundukkan dan lumuran dosa-dosanya terkikis habis. Hingga seusai Ramadhan tercapailah derajat taqwa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hingga memperoleh ampunan Allah, seperti yang Rasul janjikan:
وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Barangsiapa berpuasa karena imannya (kepada Allah) dan hanya mengharapkan (ridha-Nya), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Pada hadits lain disebutkan:
Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : ”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan menjaga segala batas-batasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya puasanya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu).
Semoga kita dengan puasa Ramadhan ini dapat membakar dan menghapus dosa-dosa kita sepanjang setahun yang lalu. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing