Beirut, MINA – Menteri Pertanian Lebanon Abbas Mortada telah mengeluarkan peringatan, negara itu mungkin akan mennghadapi gelombang kelaparan yang parah karena devaluasi mata uang lokal terhadap dolar dan pembatasan yang diberlakukan oleh beberapa negara terhadap impor pertanian Lebanon.
Mortada pada Senin (12/7) menekankan pentingnya ekspor ke Arab Saudi yang merupakan penghasil mata uang asing utama negara itu.The New Arab melaporkan.
Ia juga mengatakan, penting memberikan jaminan ketat untuk mencegah penyelundupan zat ilegal yang memicu tindakan hukuman terhadap produk Lebanon dalam beberapa bulan terakhir.
“Ketakutan tumbuh setiap hari mengingat tidak adanya solusi untuk krisis ekonomi dan politik di negara ini,” kata Mortada.
Baca Juga: Warga Palestina di Luar Negeri: Jaga Persatuan Suriah
“Penurunan mata uang lokal terhadap dolar mengurangi kemampuan untuk mengimpor barang-barang pertanian yang tidak tersedia di Lebanon,” katanya.
Menurutnya, Pemerintah harus mengembangkan rencana mendesak untuk menghentikan jatuhnya lira sehingga Lebanon tidak hanyut ke dalam krisis kelaparan yang parah.
Negara-negara Arab adalah pasar ekspor utama Lebanon untuk produk pertanian, menyumbang hampir 80 persen dari lebih dari AS $190 juta total ekspor pada 2019, dengan Arab Saudi terbesar lebih dari 20 persen, diikuti oleh Qatar.
Pada bulan April, Arab Saudi mengeluarkan larangan terhadap produk buah dan sayuran Lebanon karena peningkatan operasi penyelundupan, setelah menggagalkan upaya penyelundupan 5,3 juta pil Captagon amfetamin ilegal yang disembunyikan dalam pengiriman buah delima di Pelabuhan Jeddah.
Baca Juga: Yordania Kecam Upaya Israel Duduki Wilayah Suriah
Duta Besar Saudi Waleed Bukhari mengatakan dalam sebuah tweet bahwa Kerajaan telah menemukan lebih dari 57 juta pil terlarang dari Lebanon, negara yang kekurangan uang sejak awal 2020. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Penjajah Israel Nyatakan Suriah sebagai Front Pertempuran Keempat