Myanmar Bujuk Suku Buddha untuk Tempati Tanah Rohingya

Kamp pengungsi di Bangladesh. (Foto: AP/Dar Yasin)

Rakhine, MINA – Pemerintah membujuk dan mengiming-imingi puluhan keluarga suku Bangladesh yang mayoritas beragama Buddha agar mau menyeberangi perbatasan dan bermukim di tanah yang ditinggalkan oleh Muslim Rohingya yang melarikan diri, kata para pejabat, Senin (2/4).

Sekitar 50 keluarga dari bukit terpencil dan kawasan hutan di sisi Bangladesh, tertarik dengan tawaran tanah dan makanan gratis, telah pindah ke Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Rakhine adalah empat terjadinya penumpasan brutal Muslim Rohingya oleh pasukan keamanan Myanmar.

Keluarga-keluarga dari suku Marma dan Mro telah meninggalkan rumah mereka di distrik perbukitan Bandarban, kata anggota dewan setempat, Muing Swi Thwee. Demikian Daily Sabah melaporkan yang dikutip MINA, Selasa.

Dia mengatakan 22 keluarga berangkat dari desa mereka di  hutan lindung Sangu bulan lalu.

Keluarga-keluarga itu, yang sebagian besar beragama Buddha dan beberapa  Kristen, dibujuk oleh Myanmar untuk mau datang ke Rakhine. Di sana mereka dijanjikan tanah gratis, kewarganegaraan, dan makanan gratis selama lima tahun, kata Muing Swi Thwee.

“Mereka pergi ke Rakhine untuk mengisi tanah yang ditinggalkan oleh Rohingya yang telah meninggalkan Burma (Myanmar). Mereka sangat miskin,” kata dia.

Dua pejabat pemerintah di wilayah itu mengonfirmasi migrasi tersebut, mengatakan 55 keluarga suku mayoritas Buddhis telah pergi ke Myanmar.

“Mereka dibujuk oleh beberapa orang di Myanmar dengan imbalan rumah gratis, makanan gratis selama lima-tujuh tahun. Beberapa keluarga telah pindah ke sana setelah tertarik oleh tawaran tersebut,” kata Jahangir Alam, seorang administrator pemerintah distrik.

Dia mengatakan beberapa kelompok suku memiliki keluarga di Rakhine dan kerabat ini digunakan untuk merayu suku-suku Bangladesh.

“Orang-orang ini memiliki kesamaan agama dan bahasa dengan Myanmar. Beberapa leluhur mereka telah menetap di sana di masa lampau,” ujarnya.

Al Kaiser, pejabat pemerintah lainnya, mengatakan seorang pria suku tewas dan beberapa anggota keluarga terluka dalam ledakan ranjau ketika mereka menyeberang ke Myanmar dari Kota Ali Kadam.

Para pejabat mengatakan mereka menduga motif politik di belakang migrasi.

“Kami pikir mungkin mereka (Myanmar) ingin menciptakan berita menggunakan orang-orang ini, bahwa umat Buddha disiksa dan ditekan di Bangladesh dan itulah mengapa mereka meninggalkan negara itu,” kata seorang pejabat yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Seorang perwira keamanan Bangladesh mengatakan Myanmar telah memukimkan kembali ribuan umat Buddha di Rakhine dengan menggunakan skema rsettlement yang menawarkan makanan gratis, rumah, sapi, dan uang tunai.

Muing Swi Thwee mengatakan lebih dari 100 keluarga suku telah meninggalkan daerah mereka ke Myanmar dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu, para pengamat mengatakan pemerintah Myanmar sedang melaksanakan skema rekayasa sosial yang sistematis di utara Rakhine ketika orang-orang Rohingya tidak ada di sana.

Sementara itu, Bangladesh telah mulai merelokasi 100.000 pengungsi Rohingya ke tempat yang lebih aman sebelum musim hujan karena takut tanah longsor yang mematikan dan banjir di kamp-kamp padat, kata seorang pejabat, Ahad.

PBB mengatakan sekitar 150.000 pengungsi di tenggara Bangladesh – tempat hampir satu juta warga Rohingya tinggal di gubuk di lereng bukit – sangat rentan terhadap penyakit dan bencana di musim hujan.

Diperkirakan 700.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke perbatasan ke Bangladesh sejak tindakan keras militer Myanmar di Rakhine pada Agustus.

Setidaknya 9.000 Rohingya tewas di Rakhine dari 25 Agustus hingga 24 September, menurut Doctors without Borders. (T/R11/RS2)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.