Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim
Tak jarang kita mendengar seseorang atau bahkan kita sendiri dibanding-bandingkan dengan orang lain. Biasanya atasan, teman, guru, dosen, kerabat dekat, bahkan orang tua kita sendiri membanding-bandingkan kita dengan yang lainnya. Kadang merasa minder, malu, sakit hati dan berbagai macam perasaan negatif dalam diri kita.
Di Hadapan Allah Derajat Manusia Sama
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Allah menciptakan manusia itu berbeda-beda dan Allah pun memberikan kekurangan serta kelebihan pada setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Akal, pikiran, fisik, dan semuanya telah Allah berikan dalam porsi masing-masing manusia.
Dimata Allah semua manusia itu sama derajatnya, yang membedakan hanyalah keimanannya. Allah akan menaikkan derajat sedikit lebih tinggi dihadapan Allah kepada orang-orang yang beriman daripada orang yang durhaka kepada Allah, seperti dalam firman-Nya:
أُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٤﴾
“ Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal: 4).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Adapun perbedaan keutamaan dan posisi di sisi Allah, maka tidak dihalalkan seorang pun berani mengatakan hal itu. Karena hal itu termasuk perkara gaib yang Allah tidak perlihatkan kepada orang yang diberi keutamaan. Sehingga perkara itu diserahkan kepada (Allah) yang paling mengetahui terhadap makhluknya. Dia yang paling tahu akan keikhlasan dan kejujuran makhluk. Dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang paling dekat dengan-Nya Subhanahu Wata’ala.
Sombong Menggugurkan Pahala
Dahulu kalangan ulama yang berakal, telah mengetahui kedudukan para ulama, khususnya ulama salaf terdahulu, dari sisi keutamaan maupun ilmunya. Mereka tidak ikut-ikutan bertindak seperti orang awam yang suka mebeda-bedakan. Mereka rendah hati dan menghormati kedudukan orang yang telah mendahuluinya dari kalangan ahli ilmu. Karena sesungguhnya orang yang sombong itu akan menggugurkan amal perbuatannya sendiri, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٢﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujaraat :2)
Alangkah indahnya ungkapan Abu Hanifah, ketika beliau ditanya tentang Al-Qomah dan Al-Aswad siapa di antara keduanya yang lebih mulia? Beliau menjawab, “Demi Allah kita tidak layak untuk menyebutkannya, bagaimana mungkin kita membedakan keutamaan di antara keduanya.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Bahayanya Orang Tua yang Suka membanding-bandingkan anak
Hati-hati untuk orangtua yang suka membanding-bandingkan anak-anaknya, baik membandingkan dengan saudara sendiri, maupun dengan anak orang lain. Jika anak sering dibanding-bandingkan, ia bisa menjadi pribadi yang ragu-ragu. Sebaliknya, anak yang jadi bahan pembanding akan selalu merasa dirinya sempurna hingga sering salah arah.
Tak mustahil akan muncul persaingan tidak sehat diantara anak, apabila sering dibanding-bandingkan. Akibatnya, bisa jadi anak yang dibandingkan terus akan mencari cara untuk menyingkirkan lawan bandingnya.
Jika hal ini terjadi dirumah, tentunya akan merusak tatanan lingkungan keluarga, termasuk kepribadian anak dan hubungan persaudaraan jika orang tua tak mencermati persaingan yang menyakitkan ini dan membiarkannya terus berlarut. Terlebih bila anak yang dibandingkan tak pernah mendapat kesempatan untuk mengekspresikan kekecewaan dan kemarahannya, bukan tak mungkin ia akan melakukan agresivitas dengan merusak atau menyakiti saudaranya yang dianggap pesaingnya.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Sebagai orangtua yang baik dan sebagai orang muslim kita tidak boleh mebanding-bandingkan anak-anak kita dan membanding-banding orang-orang disekitar kita. Membanding-bandingkan orang hanyalah membuang-buang waktu dan itu sangat merugi, karena akan menimbulkan dampak yang negatif. Orangtua harusnya memotivasi anak dengan tidak mebanding-bandingkan dengan yang lainnya, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Setiap anak pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.(Fauziah/P04/E02)
(Disarikan dari berbagai sumber)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)