Non-Muslim di UEA Pun Ikut Berpuasa Ramadhan

Dubai, MINA – Menjadi pemeluk agama Kristen tidak menghalangi Jisha Kurian (40 th), seorang perawat rumah sakit swasta di Dubai, United Emirat Arab (UEA), untuk berpuasa selama Ramadhan dari fajar hingga senja.

Kurian, seorang perawat di bagian rawat jalan Rumah Sakit Aster, Qusais, telah berpuasa selama Ramadhan dalam enam tahun terakhir. Seperti diberitakan Al-Arabiya, Selasa (28/3/2023).

Dia pindah ke Dubai pada 2012, pertama kali mengambil inspirasi berpuasa dari salah satu seniornya yang biasa berpuasa Ramadhan meski non-Muslim.

“UEA adalah negara yang memperlakukan orang secara setara dengan hormat dan bermartabat,” katanya.

“Jadi, saya pikir ketika saya tinggal di negara ini, saya harus mengikuti tradisi dan budayanya,” ujarnya.

Dia mengatakan, dirinya juga berpuasa untuk menghormati rekan-rekannya.

“Saya berpuasa karena saya ingin menghormati kepercayaan dan budaya negara tempat saya berada. Kedua, banyak rekan saya yang beragama Islam dan semuanya berpuasa,” imbuhnya.

“Sebagai perawat di bagian rawat jalan, kami selalu sibuk melayani pasien.Sebagai manusia, kita lelah. Sulit untuk bekerja sepanjang hari tanpa makanan dan air,” ujarnya berkisah.

“Tapi menurut saya, tidak baik makan dan minum ketika banyak rekan saya bekerja sambil berpuasa.

Jadi, saya bergabung dengan mereka untuk puasa dan hanya berbuka puasa ketika waktu berbuka puasa,” lanjutnya.

Selama bulan Ramadhan, umat Islam menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga senja.

Ibadah puasa dapat membuat mereka yang berlatih merasa kurang bersemangat dan lemah di siang hari.

Namun, Kurian mengatakan bahwa berpuasa di bulan Ramadhan tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga “membantu manusia untuk melawan kecenderungan memanjakan diri dalam sesuatu.”

“Ini meningkatkan kekuatan mental Anda dan menjernihkan pikiran Anda.

Saya merasakannya mendetoksifikasi pikiran kita dan membawa kepositifan dalam hidup,” katanya.

Kurian mengatakan Ramadhan adalah kesempatan yang diberkati di mana keluarga dan teman berkumpul dan bersukacita dalam semangat yang baik.

“Banyak rekan Muslim saya telah mengundang saya ke rumah mereka untuk berbuka puasa dan sahur bersama.”

“Adalah baik untuk bersama keluarga mereka dan menjadi bagian dari pertemuan ini. Ini menanamkan semacam kebersamaan di antara kita,” katanya.

Di hari pertama Ramadhan, Kurian berbuka puasa di rumah sakit bersama rekan-rekannya saat shift malam.

Non-Muslim India Ikut Berpuasa

Dia bukan satu-satunya non-Muslim yang berpuasa selama bulan suci Ramadhan. Seorang ahli kesehatan dari India, Pranav Prasannakumar (30 th), telah berpuasa Ramadan selama lebih dari lima tahun.

Seorang Hindu di UEA, Prasannakumar mengatakan, Ramadhan adalah kesempatan yang menyatukan orang terlepas dari kasta, keyakinan, atau warna kulit mereka.

Itu membawa kedamaian dan kepositifan bagi kehidupan orang-orang.

“Saya telah berpuasa selama bertahun-tahun sekarang.”

“Saya pribadi merasa membuat saya tenang. Secara pribadi, ini juga merupakan latihan yang membantu kita mengendalikan pikiran dan melawan keinginan,” imbuhnya.

Ia menambahkan, dengan berpuasa dapat mendetoksifikasi tubuh dan pikiran dan mengubahnya menjadi orang baru di akhir Ramadhan.

Dia mendapat inspirasi untuk berpuasa selama Ramadhan dari teman-teman Muslimnya.

“Ketika saya pertama kali memulai, saya melakukannya hanya untuk bergabung dengan teman-teman Muslim saya.”

“Tapi begitu saya menyadari manfaat puasa selama Ramadhan, tidak ada yang bisa menghentikan saya,” ujarnya.

Dia pun berpuasa dari fajar hingga senja, dan berbuka puasa bersama teman-temannya. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.