Oxfam: Penjualan Senjata Inggris ke Koalisi Saudi Naik Pesat

Amnesty International membawa replika jet Typon ke parlemen Maret 2019 untuk memperingati empat tahun kematian warga sipil akibat serangan udara yang dipimpin Arab Saudi di Yaman. (Foto: © Jon Cornejo / Amnesty International UK)

London, MINA – Sebuah badan amal yang berbasis di Inggris mengungkapkan, penjualan ke koalisi pimpinan Arab Saudi dalam agresi di Yaman telah meningkat pesat 45 persen selama lima tahun terakhir.

Pemerintah Inggris telah menjual sekitar 6,4 miliar poundsterling pesawat terbang, helikopter, drone dan senjata lainnya serta amunisi kepada koalisi yang dipimpin Saudi sejak 2015, demikian sebuah studi penelitian yang diterbitkan oleh pada Selasa (24/12).

Oxfam mengatakan, Inggris telah menandatangani dua miliar pound lebih banyak dalam ekspor senjata sejak Januari 2015 daripada yang disetujui selama lima tahun sebelumnya, demikian Press TV melaporkan.

Ruth Tanner, Kepala Kampanye Kemanusiaan Oxfam, mengecam peningkatan sebagai “noda” pada hati nurani Inggris, mengingat peran negara-negara pembeli dalam perang yang menghancurkan di Yaman.

“Hanya beberapa tahun yang lalu, Pemerintah Inggris dengan antusias mengejar pengenalan undang-undang untuk mengontrol transfer senjata dengan lebih baik untuk menghindari jenis kekerasan tanpa pandang bulu yang telah dilancarkan pada warga sipil di Yaman,” kata Tanner.

“Sekarang Inggris melakukan semua yang dapat dilakukan untuk menghindari penangguhan penjualan senjata ke Arab Saudi dan mitra koalisinya. Peningkatan penjualan senjata ini seharusnya menodai hati nurani kita. Rakyat Yaman yang harus mengungsi dari rumahnya, tanpa makanan dan air bersih, dan bertahan dari wabah penyakit perlu mengakhiri perang ini dan mendapat kesempatan untuk membangun kembali kehidupan mereka,” tambahnya.

Peningkatan penjualan itu terjadi meskipun Perjanjian Perdagangan Senjata (ATT) ditandatangani Inggris tahun 2014, sebuah perjanjian internasional yang melarang penjualan senjata jika ada risiko bahwa senjata tersebut dapat digunakan dalam pelanggaran hukum kemanusiaan internasional atau hukum hak asasi manusia.

Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan operasi militer yang menghancurkan terhadap Yaman pada Maret 2015, bertujuan membawa pemerintah mantan presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi kembali berkuasa dan menghancurkan gerakan Houthi Ansarullah.

Sejumlah negara Barat – khususnya AS, Perancis dan Inggris – dituduh terlibat dalam agresi yang sedang berlangsung saat mereka memasok Arab Saudi dengan senjata canggih dan peralatan militer serta bantuan logistik dan intelijen. (T/RI-1/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.