Pameran Halal Dubai Diharapkan Dorong Impor UEA US$20 miliar

Foto: Khaleej Times (KT) Files

Dubai, MINA – Pameran Halal Dubai 2017  membuka pintu untuk meningkatkan impor Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$20 miliar (Rp265 triliun).

Pameran ini juga merupakan upaya memposisikan kembali Dubai sebagai pusat ekonomi Islam global.

Amina Ahmed Mohammed, Chief Executive Officer Emirates International Accreditation Center (EIAC), secara resmi membuka Pameran Halal ke-9 Dubai 2017, dalam sebuah upacara di Hotel Roda Al Bustan, Senin (18/9).

Ajang ini datang dua hari setelah Malaysia secara resmi mengakui sertifikat nasional ‘Sistem Kontrol Produk Halal UEA dan merek halal nasional yang dikeluarkan oleh Otoritas Emirat untuk Standardisasi dan Metrologi (ESMA).

ESMA akan meningkatkan impor halal UEA tahunan senilai US$20 miliar (Rp265 triliun), Zawya.com dan Khaleej Times melaporkan yang dikutip MINA.

Pengakuan tersebut akan memfasilitasi perdagangan produk halal UEA dan memastikan penerimaan di pasar Malaysia, serta 60 pasar global yang menerima sertifikasi sistem halal Malaysia.

“Prakarsa yang dipimpin UEA ini, adalah yang pertama dari jenisnya di Arab dan Timur Tengah. Ini akan membuka cakrawala ekspor ke produsen di negara ini, serta dukungan ekspor dan ekspor kembali ke belasan pasar baru, yang secara positif tercermin dalam dukungan dan dorongan industri internasional, terutama di pasar Asia Timur dan Asia Tenggara dan benua Australia.”

“Pameran ini juga berkontribusi pada ketahanan pangan di negara ini,” kata Abdullah Abdul Qader Al Maeeni, Direktur Jenderal ESMA, dalam sebuah pernyataan .

UEA adalah rumah bagi 5.000 importir, produsen, dan stok produk Halal. ESMA, otoritas standardisasi negara tersebut, diperkirakan akan menerbitkan 18.000 sertifikasi halal tahun ini – yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Penyelenggara berharap pameran dua hari ini menarik sekitar 4.000 pengunjung kebanyakan pembeli dan penjual produk dan layanan halal dari 40 negara. Lebih dari 75 perusahaan dari 15 negara, termasuk Kazakhstan, Malaysia, Spanyol, Pakistan, Swiss, India, Inggris, Brunei, Thailand, Cina, dan UEA berpartisipasi dalam ekspo tersebut.

Perkembangan ini merupakan akibat langsung dari visi pemerintah yang diimpikan oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan Penguasa Dubai, yang pada 2013 mengumumkan rencana mereka untuk mengubah Dubai menjadi ibu kota global ekonomi Islam.

Selanjutnya, pemerintah telah menciptakan Dubai Islamic Economy Development Center (DIEDC), yang mendukung Pameran Halal Dubai – sebuah pameran besar yang diikuti oleh lebih dari 75 perusahaan dari 15 negara termasuk paviliun nasional dari Malaysia, Kazakhstan, China dan Pakistan.

Ekonomi Halal global diperkirakan menyentuh angka US$6,4 triliun (Rp84.889 triliun) pada tahun 2018, naik dari US$3,2 triliun pada tahun 2012, menurut laporan terakhir.

Nilai impor produk halal dari negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mencapai US$50 miliar, menurut penelitian terbaru oleh Farrelly dan Mitchell, spesialis makanan dan agribisnis. Dari jumlah tersebut, tagihan impor halal UEA adalah US$ 20 miliar, atau sekitar 40% dari impor produk halal GCC.

Dubai Food Park, sebuah inisiatif pemerintah, baru-baru ini menandatangani kesepakatan AED1.35 miliar untuk mendirikan cluster industri pangan UEA-China yang pada akhirnya akan mendukung inisiatif ‘One Belt One Road’ senilai US$1 triliun di Cina dan membantu mempromosikan perluasan produk halal dan layanan di seluruh Asia, Eropa, dan Afrika. (T/R11/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Syauqi S

Editor: Ismet Rauf