Ratusan Warga Eropa Dievakuasi dari Niger Setelah Terjadi Kudeta

Niamey, MINA – Ratusan warga negara Eropa dievakuasi dari setelah kudeta militer yang menjerumuskan negara Afrika Barat itu ke dalam krisis politik dan mengguncang kawasan.

Dua pesawat Airbus A330 yang dikirim oleh Prancis tiba di bandara di ibu kota Niamey pada Selasa sore (1/8). Setidaknya 262 orang, termasuk 12 bayi, telah meninggalkan negara itu dengan satu pesawat, kata Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna.

Di bandara, orang dewasa dan anak-anak Prancis mengantri dengan koper mereka di luar pintu masuk Bandara Internasional Diori Hamani, saat tentara Prancis mengatur operasi. CNN melaporkan.

Sementara itu, para pendukung militer Niger berkumpul di luar Kedutaan Besar Prancis di Niamey pada hari Selasa untuk berdemonstrasi menentang dugaan pengaruh pasca-kolonial Paris.

Prancis sangat kritis terhadap perebutan kekuasaan di Niger, yang baru memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1960.

Paris dengan tegas membantah rumor bahwa keamanan Kedutaan Prancis menggunakan tembakan langsung untuk membubarkan pengunjuk rasa saat akhir pekan.

Beberapa negara Eropa lainnya secara bersamaan bekerja untuk mengevakuasi warganya sendiri atau bekerja sama dalam upaya Prancis. Jerman dan Spanyol sama-sama bekerja untuk mengeluarkan warganya dari negara itu.

Inggris mengatakan bahwa mereka berhubungan dengan beberapa warga negara Inggris yang terdaftar di Niger dan bekerja sama dengan Prancis.

Sementara Italia telah menyelenggarakan penerbangan terpisah untuk mengevakuasi warganya – kurang dari 90 warga sipil di seluruh negeri dan lebih dari 300 personel militer, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Italia.

Amerika Serikat sejauh ini telah mempertahankan kedutaannya beroperasi “sesuai jadwal normal”,

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Mille.mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada indikasi “ancaman terhadap warga atau fasilitas AS”.

Namun, pasukan AS di Niger telah dibatasi di pangkalan militer Amerika di Agadez, Niger, karena pemerintahan Biden bekerja untuk mengembalikan Presiden Mohamed Bazoum yang terpilih secara demokratis ke tampuk kekuasaan setelah dikudeta. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.