Macron: Prancis Akan Tarik Diri dari Niger

Ilustrasi: Tentara Prancis di Afrika. (Foto: dok. WikiPedia)

Paris, MINA – akan menarik militer dan diplomatnya dari setelah kudeta yang berhasil dilakukan oleh pasukan anti-Prancis, kata Presiden pada Ahad (24/9).

Langkah ini akan menyebabkan sekitar 1.500 tentara meninggalkan Niger pada akhir tahun ini.

“Prancis telah memutuskan untuk menarik duta besarnya. Dalam beberapa jam ke depan duta besar kami dan beberapa diplomat akan kembali ke Prancis,” kata Macron kepada televisi France 2 pada Ahad. Rt.com melaporkan.

“Dan kami akan mengakhiri kerja sama militer kami dengan pihak berwenang Niger,” lanjutnya, seraya menambahkan bahwa pasukan Prancis akan kembali ke negaranya dalam “bulan-bulan mendatang.”

Presiden Niger yang pro-Prancis, Mohamed Bazoum, digulingkan dalam kudeta militer pada bulan Juli. Memanfaatkan ketidakpuasan publik yang luas terhadap operasi anti-pemberontak Perancis yang telah berlangsung selama satu dekade di wilayah tersebut, para pemimpin kudeta segera menangguhkan perjanjian kerja sama militer dengan pemerintah Perancis dan menuntut agar pasukan Perancis meninggalkan negara tersebut.

Para pemimpin militer Niger kemudian menuntut pada bulan Agustus agar Duta Besar Perancis Sylvain Itte pergi, mencabut kekebalan diplomatiknya ketika Pemerintah Paris menolak. Pekan lalu, Macron mengklaim bahwa militer Nigeria menyandera Itte dengan memblokir pengiriman makanan ke kedutaan Prancis.

Sekitar 1.500 tentara Prancis saat ini bermarkas di Niger, setelah Paris menghentikan operasi militer di Mali dan Burkina Faso menyusul kudeta serupa di kedua negara. Pangkalan Perancis di Niger adalah salah satu yang terbesar di wilayah Sahel, dan ketika penarikan selesai, hanya beberapa lusin tentara Perancis yang akan tetap berada di Chad.

Dengan berkurangnya pengaruh Prancis, Niger, Mali, dan Burkina Faso mengumumkan pembentukan aliansi militer pekan lalu. Mali dan Burkina Faso keduanya secara informal berkomitmen untuk mendukung Niger jika terjadi invasi oleh blok regional ECOWAS setelah kudeta, dan penandatanganan pakta pertahanan meresmikan perjanjian ini.

Meskipun menyetujui tuntutan para pelaku kudeta, Macron bersikeras bahwa Prancis terus mengakui Bazoum sebagai “satu-satunya otoritas sah” di Niger. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.