Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan wartawan Sarbaz Yousef dari ARA News, Abu Salah, seorang pembelot dari jajaran kelompok Islamic State atau ISIS yang baru tiba di Turki, mengungkapkan kesaksian dan pengalamannya selama bergabung dengan kelompok militan yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah itu.
Wawancara itu dipublis di ARA News pada Ahad, 26 April 2015 yang dikutip oleh Mi’raj Islamic News Agency (MINA) pada hari yang sama.
Abu Salah aktif di ISIS di kota Shaddadi selatan kota Hasakah, Suriah, selama hampir satu tahun.
Abu Salah mengatakan, kelompok pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi mengandalkan aktivis untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai isu yang berhubungan dengan konflik.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Dia mengatakan, kelompok militan telah merekrut ratusan mantan anggota Partai Baath untuk bekerja sebagai “sel rahasia” atas nama kelompok di berbagai wilayah di luar kontrol ISIS.
“Anggota kelompok mereka berhati-hati tentang pakaian dan perilaku agar mereka tidak terlihat seperti pengikut ISIS, karena kegiatan mereka bergantung pada kerahasiaan. Jika hubungan mereka dengan kelompok terungkap, mereka dilaporkan ke pimpinan kelompok,” kata Abu Salah kepada ARA News.
“Dalam bergerak, mereka menggunakan sepeda motor dan mobil, agen ini berkeliaran di seluruh wilayah untuk mengumpulkan informasi yang relevan.”
Mantan anggota Partai Baath yang direkrut ISIS akan menunjukkan penentangan mereka terhadap ISIS di depan umum.
“Tetapi pada saat yang sama, mereka memfasilitasi penyebaran kontrol ISIS di daerah baru dengan membocorkan informasi tentang status pos pemeriksaan keamanan yang dibuat oleh angkatan bersenjata anti-ISIS, termasuk pintu masuk dan keluar dari kota-kota serta kota-kota yang berencana diserang. Mereka juga melaporkan pelanggaran terhadap peraturan kekhalifahan,” ujar Abu Salah.
Pejuang pembangkang itu mengungkapkan, beberapa agen keamanan kelompok adalah penduduk lokal yang telah mengabdikan diri untuk melayani ISIS dengan imbalan upah bulanan.
“Dalam beberapa kasus, mereka ditugaskan mengejar aktivis yang memiliki link kepada faksi oposisi Suriah atau rezim, untuk mengumpulkan informasi intelijen atas nama ISIS dan mereka kemudian mengajukan aktivis tersebut kepada kelompok (ISIS) untuk ditangkap dan dieksekusi,” kata Abu Salah.
Agen-agen ini dikenal sebagai “sel rahasia”, memiliki kontak langsung dengan Abu Dawud Al-Tunisi, Kepala Departemen Keamanan ISIS.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
“Selama satu tahun pengalaman di jajaran kelompok, saya hanya melihat permusuhan dan ketakutan di mata setiap orang,” katanya.
Dia menunjukkan, masyarakat di daerah ISIS menunjukkan loyalitasnya kepada kelompok dengan rasa takut.
“Permusuhan mereka terhadap kelompok terungkap saat (mereka) atau anggota keluarga mereka terkena perilaku yang sangat brutal (dari kelompok),” kata Abu Salah.
“Sebelum menyerbu setiap kota atau desa, sebagian besar warga di wilayah yang ditargetkan mencoba untuk melarikan diri, sementara mereka yang terjebak cenderung menunjukkan kesetiaan kepada khalifah dan berkumpul di alun-alun agar diduga menyambut militan,” katanya.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
“Saya tidak berpikir setiap anggota ISIS percaya bahwa warga sipil benar-benar senang bertemu dengan mereka dan hidup di bawah kekuasaan mereka.”
Tentang alasan ketidakpuasannya dalam jajaran kelompok, Abu Salah mengatakan, dirinya bergabung dengan ISIS pada saat dia bersedia bersumpah setia (berbaiat) kepada siapa saja yang bisa memberikannya senjata untuk melawan rezim Suriah yang menewaskan setengah keluarganya.
“Saya mencoba menghindari bentrokan dengan kelompok oposisi (Suriah). Namun, saya baru-baru ini dituduh setia kepada faksi-faksi Islam lainnya selain ISIS dan saya diwajibkan bergabung dengan front pertempuran yang bertentangan dengan kehendak saya, tetapi sementara itu saya sedang berusaha mencari cara yang aman untuk ke luar negeri,” katanya.
Abu Salah mengungkapkan, kewajiban untuk melawan oposisi anti Bashar Al-Assad adalah alasan pertama pembelotannya dari kelompok.
“Dalam dua bulan terakhir, kebrutalan kelompok terhadap warga sipil damai telah meningkat secara dramatis,” katanya sebagai alasan utama kedua dia membelot dari ISIS.
“Saya menyaksikan penyiksaan dan pemenggalan puluhan orang tidak bersalah yang dikenakan tuduhan benar-benar palsu. Ini membangkitkan kemarahan saya, tetapi saya tidak bisa menunjukkan penentangan terhadap keputusan pimpinan ini,” katanya kepada ARA News.
“Setelah setiap operasi militer gagal, tekanan militan terhadap warga sipil di daerah kontrol menjadi meningkat jauh lebih buruk, penganiayaan dan penindasan meningkat, seolah-olah mereka ingin mengimbangi kegagalan militer mereka dengan meningkatkan ketakutan di kalangan warga sipil untuk menekankan kekuatan mereka,” kata Abu Salah.
“Dua pekan lalu saya menemukan rute aman ke Turki dan meninggalkan kesengsaraan ini di belakang saya. Tapi saya tidak yakin, apakah saya pernah bisa memaafkan diri saya sendiri untuk satu tahun di jajaran barbar,” katanya. (T/P001/R02)
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya