Setelah Ada Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan (Oleh Mustofa Kamal)

Tadabbur Al-Quran SAurah Al-Insyirah ayat 5-6

Oleh : Mustofa Kamal, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Qur’an bin Mas’ud (STISQABM) Lampung.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah/Al-Insyirah ayat 5-6)

Ayat di atas adalah berita gembira besar; setiap kali ada kesulitan dan kesusahan, selalu disertai kemudahan, hingga meski kesulitan itu terjebak di lubang biawak, niscaya kemudahan akan masuk dan mengeluarkannya. Sebagaimana Firman Allah tTa’ala:

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan.” (Ath-Thalaq: 7).

Setiap manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wata’ala, terlebih lagi sebagai orang yang beriman, semakin tinggi keimananya maka akan semakin tinggi pula ujianya.

Namun sebagai orang yang beriman haruslah tetap yakin dan optimis, terus tetap bersabar dan bertawakal, pasti Allah akan memberikan jalan keluar berupa kemudahan dalam menghadapi ujian, berprasangka baik kepada Allah (berharap kebaikan hanya kepada Allah), maka hendaklah ada pada setiap benak orang-orang yang beriman.

Sebagaimana tertera dalam hadits: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
[HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675].

Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, jika ditimpa suatu bala (cobaan, kesusahan), ia teringat akan firman Allah di atas (Qs Al-Insyirah ayat 5-6 dan Ath-Thalaq ayat 7) yaitu; “disamping kesusahan ada kesenangan, disamping kesempitan ada kelapangan, sesudah bala menggoda, dibelakangnya nikmat berlipat ganda”.

Sebab itu ia tidak boleh berduka cita atau berkeluh kesah atas cobaan Allah itu, karena ia mempunyai kepercayaan, bahwa Allah akan mengganti kesusahan itu dengan kesenangan, jika tidak hari ini, besok kemudian hari. sebagaimana penjelasan dari hadits yang diriwatkan oleh Ibnu Jarir dari al-Hasan, sebagai berikut.

قَالَ اِبْنُ جَرِيْرِ : حَدَّثَنَا اِبْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْرِ عَنْ مَعْمَرَ عَنِ الْحَسَنِ قَالَ : خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا مَسْرُوْرًا فَرِحًا وَهُوَيَضْحَكُ وَهُوَ يَقُوْلُ : ” لَنْ يَغْلِبَ عُسْرِ يُسْرَيْنِ , لَنْ يَغْلِبَ عُسْرِ يُسْرَيْنِ. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.

“Nabi pernah keluar rumah pada suatu hari dalam keadaan senang dan gembira, dan beliau juga dalam keadaan tertawa seraya bersabda, “satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, karena bersama kesulitan itu pasti terdapat kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan”.

Penyebutan kata “kesulitan” secara definite dengan alif dan lam menunjukkan generalisasi, dan generalisasi itu menunjukkan bahwa semua kesulitan meski mencapai tingkat seberapa pun tapi pada akhirnya kemudahan akan menyertainya. (Tafsir As-Sa’di)

Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَعْلَمْ أَنَّ فِيْ الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . (أخرجه أحمد)

Ketahuilah, sesungguhnya pada kesabaran terhadap apa yang engkau benci mempunyai kebaikan yang sangat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran, kelapangan bersama kesusahan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (HR. Ahmad 5/19. No. 2803)

Para ahli tafsir berkata bahwasanya ayat di atas (Al-Insyirah Ayat 5-6) berkaitan dengan kesulitan dakwah yang dihadapi oleh Nabi. Sehingga Allah menenangkan Nabi dengan dua ayat ini, bahwasanya setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.

Sebagaimana sabda Nabi

وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Dan sesungguhnya pertolongan datang bersama dengan kesabaran, kelapangan datang bersama penderitaan, dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (HR Ahmad no 2803 dengan sanad yang shahih)

Kata para ulama, dalam dua ayat di atas (Al-Insyirah 5-6) terdapat 4 penguat bahwasanya setiap ada kesu-litan pasti ada kemudahan,
yaitu:

Pertama, Allah membuka ayat ini dengan إِنَّ yang artinya ‘sesungguhnya’, yang memberikan faidah penekanan bagi kalimat setelahnya.

Kedua, Allah mengulangi kalimat tersebut dengan maksud untuk benar-benar menekankan.

Ketiga, Allah menyebutkan الْعُسْر ِ dalam bentuk ma’rifah yang diawali oleh alif lam. Alif lam disitu dalam bahasa Arab adalah alif lam al-‘ahdiyah sehingga الْعُسْرِ yang kedua adalah الْعُسْرِ yang pertama yang disebutkan kembali. Berbeda dengan يُسْرًا yang disebutkan dalam bentuk nakirah yang berakhiran tanwin, sehingga يُسْرًا yang kedua berbeda dengan يُسْرًا yang pertama. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam dua ayat ini, ‘kesulitan’ itu hanya disebutkan satu kali sedangkan ‘kemudahan’ disebutkan dua kali. Oleh karena itu, diriwayatkan dari para salaf bahwasanya mereka mengatakan,

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Tidak mungkin satu kesulitan akan mengalahkan dua kemudahan.” (lihat Tafsir Al-Baghowi 8/465)

Keempat, Allah menggunakan kalimat مَعَ yang bermakna ‘bersama’. Menunjukkan bahwasanya kemudahan tersebut akan segera datang setelah kesulitan. Sampai-sampai Ibnu Mas’ud berkata

لَوْ دَخَلَ الْعُسْرُ فِي جُحْرٍ، لَجَاءَ الْيُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ

“Seandainya kesulitan itu masuk ke dalam sebuah lubang maka kemudahan akan datang dan ikut masuk bersamanya.” (Tafsir At-Thobari 24/496)

Ini semua menekankan bahwasanya apabila seseorang menghadapi kesulitan lalu dia berusaha bertakwa kepada Allah niscaya kemudahan akan mengiringi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Allah berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS Ath-Thalaq : 2)

Ketahuilah bahwasanya jalan keluar itu dekat, seakan-akan dia datang bersama kesulitan yang baru saja dihadapi. Yang terpenting adalah senantiasa perbaiki hati, perbaiki husnudzhon kepada Allah, perbaiki ibadah kepada Allah, perbaiki tawakkal dan takwa kepada Allah. Dan kesulitan dalam ayat ini mencakup seluruh bentuk kesulitan, karena lafal الْعُسْرِ diawali dengan “alif lam” yang menunjukan al-istghrooq (memberikan faidah keumuman) mencakup seluruh kesulitan dan juga menunjukan betapapun berat dan besar kesulitan tersebut, maka ujungnya adalah kemudahan (lihat Tafsir As-Sa’di hal 929).

Diriwayatkan lafal ini juga dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi sanadnya lemah, dilemahkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (8/417) dan Al-Albani (Lihat Ad-Do’iifah 3/594) (Tafsir At-Taysir)

Berbagai kesulitan yang menghadang

Kesulitan atau bersusah payah dalam menghafal Al-qur’an.
Kesulitan dan bersusah payah dalam menghafal hadits.
Kesulitan bersusah payah dalam menuntut ilmu.
Kesulitan dan bersusah payah dalam berdakwah.
Kesulitan dan bersusah payah dalam berjihad.
Kesulitan dan bersusah payah dalam menyeru kebenaran mencegah kebatilan.
Kesulitan dan bersusah payah dalam bermaisyah (mengais rejeki), seterusnya,, banyak lagi kesulitan dan kepayahan sebagai problema hidup tapi apabila di hadapi dengan bersabar, dan bertawakal pasti ada jalan keluar berupa kemudahan.

Hadapi kesulitan dengan kesabaran

Semua kesulitan apapun bentuknya hendaknya dijalani dengan kesabaran, karena hakikat dibalik kesulitan ada kemudahan bilamana kita hadapi dengan kesabaran.

Firman Allah,

وَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍۢ مِّمَّا يَمْكُرُونَ

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (Surat An-Nahl (16) Ayat 127)

Firman Allah:

فَٱصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ ۖ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ ٱلَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ

“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Surat Ar-Rum (30) Ayat 60)

Termasuk bersabar dalam beramar makruf dan nahiyal mungkar ini juga penting untuk dilaksanakan, sebagaimana nasihat lukman kepada anaknya, Surat Luqman (31) Ayat 17,

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

Hadapi kesulitan dengan tawakal

Bertawakal artinya berserah diri kepada Allah atau menggantungkan segala sesuatu kepada Allah yang disertai dengan ikhtiar. Sebagai contoh adalah nabi Ibrahin yang bertwakal kepada Allah, sebagaimana firman Allah :

Surat Ibrahim (14) Ayat 12

وَمَا لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنَا سُبُلَنَا ۚ وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيْتُمُونَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

“Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri”.

Kemudian firman Allah dalam Surat Al-Mumtahanah (60) Ayat 4:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”.

Allah menyukai orang-orang yang bertawakal, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali-Imran (3) Ayat 159 :

فَبِمَا رَحْمَةٍۢ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Allah akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang bertawakal, firman Allah Ta’ala dalam Surat Ali-Imran (3) Ayat 160 :

إِن يَنصُرْكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعْدِهِۦ ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”

Hadapi kesulitan dengan bertaqwa

Taqwa adalah sumber kebaikan, firman Allah Ta’ala dalam Surat Ta-Ha (20) Ayat 132 :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًۭا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَـٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Taqwa menimbulkan ketenangan, Allah berfirman pada Surat Al-Fath (48) Ayat 26 :

إِذْ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ ٱلتَّقْوَىٰ وَكَانُوٓا۟ أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Taqwa membuahkan solusi, firman Allah subhanahu wata’ala pada Surat At-Talaq (65) Ayat 2:

,,,, وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Dari uraian kalimat-kalimat diatas juga kalamullah dan beberapa hadits, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa segala kesulitan dan kepayahan pasti ada kemudahan.

Semoga kita bersama tergolong sebagai orang-orang beriman yang selalu mendapatkan kemudahan dari Allah Subhanahu waTa’ala. Aamiin. (A/Mus/RS2).

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.