Shalat Tahajud Pembersih Jiwa

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Direktur Ma’had Tahfidz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Bekasi, Redaktur Senior MINA News

Kita sebagai manusia tentu tidak luput dari lupa dan salah, selalu saja berbuat dosa dan maksiat, baik kecil ataupun besar, disengaja atau tak disengaja.

Kita juga sering kali berkata kotor, tak bermakna, bercanda berlebihan, jauh dari dzikrullah.

Itu semua akan dapat mengotori jiwa kita. Sehingga perjalanan hidup kita seolah menjadi gelap, segelap jiwa kita yang tertutup oleh dosa demi dosa yang kita ciptakan sendiri.

Dalam hal ini Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan:

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ : كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Sesungguhnya ketika seorang hamba melakukan satu dosa, maka dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Ketika dia tinggalkan, memohon ampun, dan bertaubat, maka hatinya akan dibersihkan. Jika dia mengulangi lagi, maka akan ditambahkan titik hitam itu sampai menutupi hatinya. Itulah ar-Raan, yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya: “Sekali-kali tidak, tetapi disebabkan ar-Raan yang menutupi hati mereka disebabkan apa yang telah mereka lakukan (QS Al-Muthaffifin: 14).” (HR At-Turmudzi).

Seperti juga kendaraan yang tidak dicuci berhari-hari hingga berbulan-bulan, tentu akan kotor oleh debu-debu yang menempel, dan akan susah nanti membersihkannya. Juga bagai perkakas yang tak dilap dengan kain basah, berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, pasti akan menjadi karat yang susah mengembalikannya ke keadaan semula.

Begitulah, jiwa, hati, dia akan kotor oleh debu-debu dosa dan berkarat akibat maksiat-maksiat yang kita lakukan.

Namun demikian, Allah Maha Adil terhadap hamba-hamba-Nya, ada kiat atau cara membersihkannya secara ajaib dan mujarab, yakni dengan membiasakan shalat (qiyamul lail) di sepertiga malam akhir, tatkala kebanyakan manusia nyenyak tidur di dalam alam mimpinya masing-masing.

Bangu segera tarik selimut atau tarik sajadah. Atau malah tarik sajadah untuki selimutan lagi? Tergantung pada dorongan jiwa kita. Dan hati yang kotor, jauh bdari kalaimat-kalimat thayyibah, akan sulit untuk itu.

Allah di dalam kalam suci-Nya antara lain menyebutkan:

 يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ (١) قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬ (٢) نِّصۡفَهُ ۥۤ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلاً (٣) أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً (٤) إِنَّا سَنُلۡقِى عَلَيۡكَ قَوۡلاً۬ ثَقِيلاً (٥)

Artinya: “Wahai orang yang berselimut!. (1) Bangunlah shalat Tahajud pada waktu malam, selain dari sedikit masa (yang tak dapat tidak untuk berehat), (2) Yaitu separuh dari waktu malam atau kurangkan sedikit dari separuh itu, (3) Ataupun lebihkan (sedikit) daripadanya dan bacalah Al-Quran dengan perlahan-lahan. (4) (Seyogyanya engkau dan pengikut-pengikutmu membiasakan diri masing-masing dengan ibadat yang berat kepada hawa nafsu, karena) sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu wahyu (Al-Quran yang mengandungi perintah-perintah) yang berat (kepada orang-orang yang tidak bersedia menyempurnakannya).(5)” (QS Al-Muzzammil [73]: 1-5).

Pada ayat lain dikatakan:

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةً۬ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامً۬ا مَّحۡمُودً۬ا

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS Al-Isra [17]: 79).

Begitulah, salah satu unsur agar jiwa kita tetap menjadi bersih adalah dengan menjalankan shalat tahajud. Bisa menggunakan formasi sempurna 11 rakaat, dengan ururtan rakaat 2-2-2-2-3. Seperti pada tarawih yang 11 rakaat. Atau bisa lebih sederhana lagi pola 2-2-3 = 7 rakaat. Atau 2-3 = 5 rakaat, 2-1 = 3 rakaat. Atau paling sedikit begitu bangun tinggal hitungan menit masuk Shubuh, cukup 1 rakaat.

Atau ada juga yang 1 rakaat witir menjelang tidur. Nanti kalau ‘sempat’ bangun nambah 2, atau 2 berikutnya, dan seterusnya.

Kalau itupun tak sanggup, ya sungguh terlalu. Tidak bisa setiap hari, ya sepekan 1-2 kali. Duan pekan sekali, atau paling lambat sebulan sekali. Kalaupun belum… maka, “Sungguh terlalu!” Kata Bang Haji.

Bagaimana tidak? Rezeki-Nya kita ambil, udara dari-Nya kita hirup, kenikmatan-kenikmatan lain kita lahap. Lalu, apa wujud terima kasih kita kepada-Nya?

Padahal Shalat Tahajud itu merupakan amalan utama yang tidak pernah ditinggalkan oleh para Nabi dan Rasul Utusan Allah, para Khalifah Rasyidin, Sahabat-sahabat Nabi, Isteri-isteri dan keluarga Nabi, orang-orang shalih, orang-orang jujur, para mujahid fi sabilillah, serta para syuhada-Nya.

Nah, kalau kita hanya manusia biasa, kok tidak tahajud? Astaghfirullah… ya Allah ampuni hamba, dan beri dorongan jiwa hamba untuk mampu menekuni tahajud.

Di dalam hadits disebutkan:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنْ الْإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنْ الْجَسَدِ

Artinya: “Selalulah kalian melakukan shalat tahajud (qiyamul lail), karena shalat tahajud adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allâh, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan.” (HR At-Tirmidzi).

Ya, dengan shalat tahajud itulah Allah membimbing kita yang melaksanaknnya hingga memperoleh kesejukan jiwa, tutur kata yang berbobot, mantap dan berkualitas (qaulan tsaqiilaa),  dihapuskannya dosa-dosa kita sehingga hati kembali bersih, serta memperoleh tempat yang terpuji (maqaaman mahmuudaa), baik dunia apalagi akhirat di sisi Allah.

Dengan membiasakan shalat tahajud juga dapat menghilangkan perasaan pesimis, rendah diri, putus asa, dan berganti dengan sifat optimis, penuh percaya diri, dan pemberani tanpa disertai sifat sombong dan ria.

Panglima perang Jenderal Sultan Muhammad Al-Fatih, mampu menaklukkan Konstatinopel. Secara menakjubkan kapal-kapal perang pasukannya bisa berlayar di atas tanah pegunungan, ketika pintu pelabuhan sulit ditembus. Rahasianya “Al-Fatih, sejak akil baligh tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud“.

Demikian juga panglima besar Muslim lainnya, Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil memenangi peperangan dan merebut Masjid Al Aqsha dari kaum musyrikin. Kuncinya, Shalahuddin setiap akhir malam keluar untuk mengajak perajuritnya salat tahajjud. Beliau tidak akan mengikutsertakan prajuritnya yang tidak shalat tahajud. Alasannya, “Dikhawatirkan mereka menjadi penghalang datangnya pertolongan Allah“.

Jadi, masihkah kita bergelimang dosa dan maksiat yang memang tidak akan pernah luput dari keseharian kita? Ataukah kita sisihkan sebagian waktu akhir malam kita untuk bersimpuh di hadapan-Nya, shalat tahajud, membersihkan jiwa kita? Atau kita berharap sukses dan memenangkan sebuah perjuangan tanpa shalat tahajud?

Semua itu akan terpulang kepada diri kita sendiri, sebab Allah sudah menyatakan, ”Berjayalah atau beruntunglah orang yang menjadikan jiwanya tetap bersih, serta hampalah atau merugilah orang yang mengotorinya”.

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّٮٰهَا (٩) وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّٮٰهَا (١٠)

Artinya: “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat)”. (QS Asy-Syams [91]: 9-10).

Marilah kita perbaiki jiwa kita, anak-anak kita, keluarga kerabat kita, siswa-siswa didik kita, dengan Tahajud ini.

Marilah kita perbaiki agama kita yang menjadi urusan utama kita.

Doa Nabi mengajarkan kita:

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Artinya: “Ya Allah, perbaikilah urusan agamaku yang merupakan penjaga keselamatan urusanku, perbaikilah untukku urusan duniaku yang di dalamnya terdapat mata pencaharianku, dan perbaikilah untukku urusan akhiratku yang akan menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai pemutus dari setiap keburukan.”

Ya Allah kuatkanlah niat dan tekad kami untuk mampu bertahajud dan terus bertahajud demi menggapai ridha dan ampunan-Mu. Aamiin. (A/RS2/)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.