Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sharjeel Imam, Aktivis Muslim India yang Mendekam di Penjara

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 6 Februari 2022 - 09:31 WIB

Ahad, 6 Februari 2022 - 09:31 WIB

2 Views

New Delhi, MINA – Sudah dua tahun sejak Afshan Rahim (62) bertemu dengan putranya Sharjeel Imam (34 th), yang berada di penjara India atas beberapa tuduhan di bawah undang-undang ‘anti-teror’.

Sharjeel Imam, seorang Muslim India, dituduh menyampaikan pidato protes massal menentang sebuah hukum kewarganegaraan.

“Setiap hari seperti horor. Saya khawatir untuknya, tetapi saya tidak menyesali apa yang dia perjuangkan. Dia berada di jalur benar,” kata Afshan Rahim, ibu Sharjeel Imam kepada Al Jazeera melalui telepon.

“Saya berharap dia akan segera keluar insya Allah,” ujarnya. Outranya mendekam di dalam penjara sejak Januari 2020.

Baca Juga: Khamanei: Netanyahu Harus Dihukum Mati, Tidak Cukup Ditangkap Saja

Sharjeel Imam diyakini sebagai pelopor protes Shaheen Bagh, aksi damai 100 hari di ibu kota yang diselenggarakan sebagai tanggapan atas pengesahan Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA) oleh Parlemen India pada Desember 2019.

CAA mempercepat kewarganegaraan bagi non-Muslim dari tiga negara tetangga tetapi mengecualikan Muslim.

Pengesahan undang-undang tersebut, yang menurut PBB “pada dasarnya diskriminatif”, memicu protes di seluruh negeri, terutama oleh komunitas minoritas Muslim.

“Dia dijadikan kambing hitam, hanya untuk menekan gerakan anti-CAA. Pemerintah memberi pesan kepada seluruh masyarakat, bahwa jika Anda berani berbicara, Anda akan menghadapi konsekuensinya,” kata Muzamil, adik Imam yang sekarang mengurus keluarganya.

Baca Juga: Menag Lobi Saudi untuk Lokasi Pemempatan Jamaah Haji

Ayah Imam telah meninggal pada tahun 2014 setelah berjuang melawan kanker selama beberapa tahun.

“Orang-orang berpikir bahwa hanya Sharjeel yang menderita. Jelas, dia di penjara menghadapi kondisi yang lebih buruk tetapi kondisi ibu saya tidak berbeda di rumah. Dia tidak membiarkan saya pergi ke mana pun karena takut kehilangan saya juga,” kata Muzamil kepada Al Jazeera.

“Sharjeel memiliki kasus yang terdaftar di negara bagian yang berbeda dan saya perlu melakukan perjalanan untuk prosedur hukum. Saya tidak bisa bersama ibu dan saudara laki-laki saya pada saat yang bersamaan. Saya tidak tahu harus berbuat apa,” kata Muzamil.

Pidato ‘Hasutan’

Baca Juga: Pengadilan AS Batalkan Kasus Pidana Trump

Pidato ‘hasutan’ Sharjeel menghadapi delapan kasus di lima negara bagian India – Delhi, Arunachal Pradesh, Assam, Manipur, dan Uttar Pradesh – dengan tuduhan termasuk penghasutan dan di bawah Undang-Undang Kegiatan (Pencegahan) Melanggar Hukum (UAPA).

UAPA adalah undang-undang ‘anti-terorisme’ yang ketat yang memungkinkan seorang terdakwa ditetapkan sebagai ‘teroris’ dan ditahan selama berbulan-bulan tanpa jaminan.

Sharjeel awalnya didakwa karena pidato yang dia sampaikan selama protes anti-CAA pada 16 Januari 2020, di Universitas Muslim Aligarh, sebuah lembaga minoritas terkemuka di negara itu.

Dia telah menyerukan blokade koridor sempit yang menghubungkan daratan India ke negara-negara bagian timur laut untuk memaksa pemerintah mendengarkan tuntutan para pengunjuk rasa.

Baca Juga: Iran Akan Usir 2,5 Juta Migran Afghanistan Hingga Akhir Tahun

Pidato tersebut dikecam secara luas oleh media arus utama India dan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, yang menuduhnya memiliki niat untuk ‘merusak negara’.

Namun, Imam Sharjeel menegaskan bahwa dia hanya menyerukan protes damai.

“Itu pada dasarnya adalah seruan untuk blokade jalan. Mereka mengajukan kasus saya dengan mengedit klip ini, tetapi tidak ada yang dapat mereka buktikan,” katanya kepada harian berbahasa Inggris Indian Express dua hari sebelum penangkapannya.

Sejak dikirim ke penjara Tihar Delhi, dia telah didakwa karena memberikan beberapa pidato ‘hasut’ di lokasi protes anti-CAA di seluruh India. Bahkan ketika pengadilan telah memberikan jaminan dalam empat dari delapan kasus terhadapnya, dia belum dibebaskan.

Baca Juga: Menag Doakan Rakyat Indonesia dan Kedamaian Palestina di Masjid Nabawi

“Mereka terus membingkai tuduhan baru terhadapnya. Setiap kali dia mendapatkan jaminan dalam satu kasus, dia ditangkap dan dijebak dengan tuduhan baru dalam kasus lain. Ada begitu banyak kasus terhadapnya di banyak tempat hanya untuk memperpanjang waktunya di dalam penjara,” kata pengacara Imam Ahmad Ibrahim.

“Ini hanyalah taktik untuk melemahkan tekadnya,” lanjut pengacara.

Enam bulan setelah penangkapannya, polisi Delhi juga mendakwa Sharjeel Imam dengan tuduhan ‘penghasutan’ dalam kasus yang berkaitan dengan kerusuhan komunal di timur laut Delhi pada Februari 2021. Kerusuhan yang menewaskan lebih dari 50 orang, sebagian besar Muslim, dipicu setelah massa Hindu menyerang situs protes anti-CAA di ibu kota negara.

“Imam Sharjeel sudah berada di dalam penjara ketika kerusuhan terjadi. Dengan imajinasi apa pun, bagaimana dia bisa merencanakan kerusuhan Delhi atau menjadi bagian dari konspirasi yang lebih besar?” Ibrahim, pengacaranya mempertanyakan.

Baca Juga: Pariwisata Israel Anjlok Imbas Perang Berkepanjangan

Karena Muslim

“Dia dipenjara karena dia seorang Muslim,” kata Aakar Patel, aktivis hak asasi dan mantan kepala Amnesty International di India.

“Saya tidak berpikir ada bagian dari pidatonya yang menghasut. Tidak ada kebebasan berbicara di India terutama jika Anda seorang Muslim,” tambah Patel.

Aasif Mujtaba, seorang aktivis yang berpartisipasi dalam beberapa protes, termasuk Shaheen Bagh dengan Imam Sharjeel, sependapat dengan Patel.

Baca Juga: Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hezbollah Hampir Tercapai

“Dia dipenjara hari ini bukan karena melakukan kejahatan apa pun, tetapi karena melawan perilaku menyedihkan negara terhadap komunitas Muslim minoritas. Dia dipenjara bukan karena isi pidatonya tapi karena agamanya. Dia dipenjara karena menjadi seorang Muslim yang tegas,” kata Mujtaba.

“Imam Sharjeel adalah pilar utama dalam perlawanan terhadap upaya komunal pemerintah. Dia hendak menyadarkan masyarakat dan mengungkap tirai Islamofobia negara, dan dia membayar harganya untuk itu,” tambah Mujtaba.

Teman-teman dan guru Imam di JNU di New Delhi, tempat dia melakukan penelitian sebelum dipenjara, mengatakan bahwa negara ‘sangat berprasangka buruk’ dalam kasus Sharjeel.

“Semua hal ini dengan dia sedang dilakukan dengan tujuan yang jelas untuk melayani tujuan tertentu yaitu mengabadikan kekuatan politik mereka. Tuduhan hasutan terhadapnya sama sekali tidak persuasif,” Soumyabrata Choudhury, profesor di JNU, mengatakan kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Bentrok Polisi vs Pendukung Imran Khan, Ibu Kota Pakistan Lockdown

Sharjeel Imam dalam arti tertentu adalah lambang untuk apa yang akan terjadi nanti. Setelah penangkapannya, menjadi norma untuk menangkap pembangkang satu demi satu. Dan banyak dari mereka adalah orang-orang miskin yang terpinggirkan secara anonim dari masyarakat Muslim dan bagian lain dari masyarakat, yang sangat rentan,” tambahnya.

Sejumlah mahasiswa dan aktivis di garis depan protes anti-CAA telah dipenjara, dengan sebagian besar dari mereka ditolak jaminan. (T/RS2/P2)

Sumber : Al Jazeera, Sabtu, 5 Februari 2022.

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Minuman Cola Gaza ”Bebas Genosida” Hebohkan Inggris

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Breaking News
Breaking News
Asia