The Power of Al-Jama’ah

Oleh: Dudin Shobaruddin,MA., Ketua Sekolah Tinggi Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud/SQABM)

Pada awal ayat ke-103 dari surat Ali Imran, Allah berfirman:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْ‌ۚ

Artinya:  “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kalian berpecah belah…”

Para ulama, zuama, ustadz, penceramah, banyak mengungkapkan urgensi yang dimaksud oleh ayat ini. ayat ini sangat jelas menyuruh kita kaum Muslimin untuk menata kehidupan berjama’ah, mengurus kehidupan dengan kesatuan dan persatuan, dan mencegah kita bercpecah belah.

Dalam peta kehidupan umat Islam hari ini nyatanya umat dalam keadaan berpecah belah.

Pada ayat lain Allah menegaskan:

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Artinya:  “Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal 8]: 46).

Baginda  Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam sabdanya:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqah itu azab”. (H.R. Ahmad 2/278, Silsilah hadis Shohih No.667).

Hadits ini, walaupun pendek tapi memiliki pengertian yang amat luas dan luar biasa. Maknanya memberi pengertian betapa pentingnya kesatuan dan persatuan dalam kehidupan umat manusia dalam segala lapisan kehidupan.

Memegang api panas memegang air basah. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Ini fitrah bagi manusia khususnya umat Islam.

Bahkan tidak hanya manusia, binatang sekalipun telah memberikan  percontohan kepada kita betapa hebatnya kesatuan dan persatuan bagi binantang. Lebah umpamanya, merupakan binatang yang kecil, tapi dengan kuasa Allah telah mampu membuat sarangnya yang begitu indah dan menghasilkan madu yang amat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Sebagaimana Allah berfirman:

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68) ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)

Artinya: “Dan Rabmu telah mewahyukan kepada lebah buatlah sarang-sarang dibukit bukit, dipohon-pohon kayu dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Dan makanlah dari tiap-tiap buah buahan dan tempuhlah jalan Rabmu yang telah emudahkan (bagimu). Dari perrut leah itu keluarlah minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran allah) bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. An-Nahl [16]: 69-69).

Memperhatikan ayat di atas berkisar tentang kehidupan lebah yang menghasilakn sarang yang indah dan membuahkan madu yang sangat manis sebagai obat dan penawar bagi penyakit manusia.

Keberhasilan lebah menciptakan rumah (sarang)nya yang indah dan madunya yang manis, itu adalah hasil kebersamaan dan kesatuan di antara mereka.

Mereka telah pergi jauh untuk mencari sesuatu bahan rumah atau sarangnya dan juga saripati manisan dari bunga-bunga dan buah yang bebagai macam rasa sehingga jadilah madu.

Itulah kebersamaan. Itulah power dari kesatuan bagi binatang yang bernama lebah. Bahkan ia mampu membunuh siapa yang mengganggunya.

Begitu juga bagi kehidupan manusia dan khususnya umat Islam. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam dalam perjuangannya selama 23 tahun telah menghadapi berbagai halangan dan rintangan dari kaum kuffar baik itu kaum Quraisy di Makkah ataupun kaum Yahudi.

Beliau dan para sahabatnya telah menghadapinya dengan semangat berjamaah, semangat kesatuan dan persatuan.

Nabi bahkan berpesan:

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ

Artinya: “Hendaklah kalian berjama’ah dan jauhilah oleh kalian berpecah-belah”. (H.R. At-Timidzi).

Bebaskan Al-Aqsha

Dalam perang Badar Kubra disebutkan, betapa bilangan kaum Muslimin ketika itu tidak setanding dengan pihak lawan. Kaum Muslimin kurang lebih 313 orang  menghadapi jumlah yang lebih besar  1.000 orang.

Namun dengan power kesatuan dan peratuan, atas idzin Allah dapat mengalahkan yang jumlahnya jauh lebih banyak dan peralatannya jauh lebih lengkap.

Tentu bagi yang telah menyaksikan filmnya akan lebih jelas lagi bagaiman pergerakan dan tatacara baginda Nabi dan para Shahabat dalam menghadapi musuhnya ketika itu.

Dengan  komando “Allahu Akbar!” dan barisan yang rapat, para shahabat pantang mundur walaupun selangkah, atas arahan sang Pemimpin baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Begitu juga dalam sejarah umat manusia bagi sebelum atau sesudah periode kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Selama menjaga kesatuan dan persatuan, di situlah kesuksesan, kemenangan, dan keunggulan diraih.

Karena itu, sekarang bagi umat Islam yang hari ini mendapat layanan yang double standard, ketidakadilan, cemoohan, penghinaan, ejekan, cacian, bahkan dalam kehidupan di zaman modern ini masih ada penjajahan seperti Zionis Israel menguasai Masjid Aqsha, meniadakan hak rakyat Palestina bahkan mengusinya.

Hal ini akan mendapat solusi sekiranya umat Islam bersatu berjamaah di bawah kempiminan umat Islam itu sendiri yang sentral atas idzin Allah Ta’ala. Di situlah letak “Power of Al-Jama’ah” itu. Wallahu’alam. (K05/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.