Tiga Muslim Dituduh Teroris dan Dikeluarkan dari Pesawat di London

, 19 Dzulqa’dah 1437/23 Agustus 2016 (MINA) – Trauma masih membekas di dalam diri dan pikiran tiga kakak beradik, Sakina Dharas (24), Maryam Dharas (19), dan Ali Dharas (21), setelah dituduh teroris dan dipaksa turun dari peswat EasyJet di London, .

Tiga Dharas bersaudara itu dikawal turun dari pesawat di Bandara Stansted di London dan diinterogasi di landasan sambil dijaga oleh sejumlah personel polisi bersenjata.

Kejadian berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tersebut terjadi setelah seorang penumpang menuduh mereka anggota kelompok radikal Islamic State (ISIS), demikian Aljazeera melaporkannya, Selasa (23/8) waktu setempat, yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Sakina, Maryam, dan Ali berada di pesawat EasyJet bernomor penerbangan EZY3249 untuk terbang dari Bandara Stansted di London ke Kota Naples, Italia, pada 17 Agustus dalam rangka liburan.

Kepada Aljazeera pada Selasa (23/8), Sakina menceritakan saat pesawat hendak lepas landas, anggota kru tiba-tiba memerintahkan mereka keluar dari pesawat dan mengawal mereka turun tangga hingga di aspal bandara.

Sejumlah polisi bersenjata dan seorang agen MI5 yang telah menunggu di bawah pesawat lalu menginterogasi tiga Muslim kakak beradik itu selama satu jam.

Sebelumnya, dua penumpang lain yang juga akan berangkat ke Naples melapor ke petugas bahwa tiga bersaudara itu menengok layar ponsel mereka yang memperlihatkan teks Arab atau kata-kata ‘segala puji bagi Allah’, kata Sakina.

“Seorang penumpang dalam penerbangan yang sama dengan Anda mengklaim bahwa Anda bertiga adalah anggota ISIS,” ujar Sakina menirukan kata-kata agen MI5.

“Begitu saya melihat polisi berdiri di sana, saya sangat emosional dan gugup,” ujarnya. “Tidak ada apa-apa di ponsel kami. Kami bahkan tidak berbicara bahasa Arab, kami berasal dari India,” Sakina menambahkan.

Sakina mengungkapkan abang dan kakak perempuannya bahkan tidak mengecek atau melihat ponsel pintar mereka selama berada di Bandara Stansted.

Satu-satunya teks Arab di telepon pintarnya adalah sebuah aplikasi yang menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an dan tidak ia buka atau baca selama waktu di bandara.

Selama satu jam diinterogasi di aspal bandara, Sakina mengatakan ia diminta untuk menjelaskan rincian berbagai stempel masuk pada paspornya. Dia juga diminta memperlihatkan riwayat pesan-pesan baru di akun aplikasi WhatsApp miliknya.

Ketia Muslim kakak beradik itu juga menyajikan jawaban yang berkaitan dengan kehidupan pribadi mereka dan ditanya seputar alamat rumah, tempat kerja, riwayat media sosial, dan profesi orangtua mereka.

“Mereka (polisi dan agen) mengatakan sudah melakukan pengecekan seputar keluarga dan hanya memverifikasi informasi,” ujar Sakina sembari menambahkan, “Mereka lalu berujar akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang kami dan akan menunggu kami di sini jika kembali.”

Setelah satu jam pemeriksaan dan interogasi, tiga Muslim bersaudara yang berasal dari daerah barat laut London itu kemudian diizinkan kembali ke dalam pesawat, yang jadwal penerbangannya menjadi tertunda.

Malu dan Gugup

Sakina, seorang apoteker klinis, mengaku sangat terganggu dengan kejadian yang tak mengenakkan itu dan merasa malu dan gugup. “Saya sangat gugup dan malu,” ujar Sakina, yang juga menulis pengalaman diskrimnasi itu di laman Facebook-nya.

Ia juga mengaku kecewa karena setelah proses interogasi selasai para petugas polisi dan agen MI5 (Uni Intelijen Militer, Bagian 5) malah tidak memberikan penjelasan ke penumpang pesawat.

“Saya berpikir, sepantasnya mereka (petugas polisi dan agen) ikut naik ke pesawat dengan kami untuk menunjukkan dan menjelaskan ke penumpang lain bahwa kami tidak melakukan sesuatu yang salah, atau untuk mengatakan, ‘Jangan khawatir, itu hanya kesalahpahaman?’” kata dia.

“Liburan kami di Italia menjadi hancur. Insiden ini terus mengganggu pikiran kami sepanjang waktu,” tegasnya.

Sakina mengatakan ia dan kedua adik kandungnya adalah korban dari diskrimnasi rasial berdasarkan tampang.

“Saya masih sangat kesal bahwa seorang (penumpang yang menuduh) bisa lolos dengan kebohongan yang terang-terangan,” ia mengkritik dan menambahkan akan mengambil tindakan hukum “jika saya tahu cara untuk melakukannya.”

Pihak EasyJet, sebuah maskapai berbiaya rendah yang berbasis di Bandara Luton London, telah membenarkan adanya insiden itu kepada AlJazeera, yang mengatakan keputusan yang dibuat oleh awak kabin mereka didasarkan pada keluhan salah seorang penumpang pesawat.

“Keselamatan dan keamanan penumpang dan awak adalah prioritas utama kami. Jika masalah keamanan timbul maka kita akan selalu menyelidiki sebagai langkah pencegahan. Kami ingin meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi pada (ketiga) penumpang terebut,” kata EasyJet.

Insiden itu terjadi pada saat meningkatnya Islamofobia (ketakutan terhadap Islam) di Inggris. Sakina mengatakan sebelum pengalaman SARA di pesawat itu, ia telah menerima pernyataan rasis mengenai jilbabnya. (T/P022/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.