Top Isu Yerusalem Manuver Politik Strategi Israel

Oleh : YAYAN DNS, Pemerhati Politik dan Sejarah Islam

SUNGGUH desain yang sangat molek dan cantik sekali, sekaligus licik dan curang penuh intrik, manuver arsitek kaum intelektual pinisepuh bangsa Yahudi yang telah merancang isu sentral yang menggemparkan jagat raya ini.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump diberi tugas sebagai “penabuh gongnya”.

Dengan nyaringnya, gong itu ditabuh, suaranya meliputi seluruh lorong dan sela-sela gunung dan bukit, membahana ke seluruh Samudera Raya yang luas membentang dan relung kolong langit bergetar karenanya. Setara dengan gempa vulcanic Magnitudo 10 pada Skala Righter, yang berpotensi menimbulkan tsunami besar.

Daya Tawar Diplomaasi

Memindahkan ibu kota dari Tel Aviv ke Yerusalem, bukanlah poin esensi tujuan prima utamanya. Hal itu hanya pertaruhan tanpa risiko “bila bisa dicapai akan lebih baik” bagi Israel. Namun bila tidak pun tidak apa.

Malah pengakuan dunia akan semakin kokoh terhadap eksistensi keberadaan Israel secara fundamental, de facto dan de jure, yang sebelumya belum diterima secara utuh oleh dunia,

Masih ada kelompok yang menentangnya, sebab apa yang disebut dengan kemerdekaan Israel 14 Maret 1948,  pada hakikatnya meneruskan penjajahan Inggris oleh kaum Yahudi.

Baca Juga:  Demonstrasi Mahasiswa Bukti Lemahnya Zionis Israel

Kemudian menamakan penjajah baru Yahudi dengan nama “Negara Israel”. Sebuah negara Yahudi yang dibangun di atas negeri bangsa Palestina. Katanya itu sebagai hibah dari penjajah lama, Inggris.

“Penghibah dan yang diberi hibah” sama-sama kolonial. Jadi tidak punya landasan hukum dan sejarah sama sekali.

Nampaknya hal ini telah disadari betul oleh  kaum Yahudi, dan bahwa kesadaran serupa ini telah disadari betul oleh masyarakat dunia internasional.

Konsekuensi Kekalahan Israel

Karena desakan terus-menerus dari masyarakat dunia yang sengaja dirancang sedemikian rupa, Israel terpaksa memenuhi permintaan dunia. Melepaskan Yerussalem sebagai ibu kota Israel, tetapi itu tidak berarti otomatis Israel akan hengkang dari negeri Palestina. Bahkan lebih legitimated, bermakna pengakuan dunia, termasuk PBB yang secara resmi adanya pengakuan de jure dan de facto, adanya negara Israel dengan ibu kota yang telah diakui dunia, termasuk bangsa Palestina sendiri, yaitu Tel Aviv.

Jadi mundurnya negara Yahudi (Israel) dari Yerussalem, berarti kemenangan mutlak  bagi eksistensi Israel.

Baca Juga:  Fakta Kebusukan Protokol Zionis Israel

Kondisi seperti ini telah didesain secara sistematis dan masif. Sehingga bagi bangsa Palestina sekarang, terjebak pada kondisi dan situasi “maju kena, mundur kena”. Karena sudah tidak punya pilihan payung hukum politik untuk berjuang merebut kemerdekaan dari penjajah Yahudi.

Pipit vs Elang

Belajar dari kemenangan seekor burung pipit atas sang predator burung elang. Bukan burung pipit telah berhasil membunuh elang. Namun burung pipit telah selamat berlindung ke habitatnya, menyelusup ke rumpun padi.

Fisik burung elang tidak dirancang oleh Sang Khalik untuk dapat hinggap di rumpun padi. Elang pun pergi melayang jauh ke langit, kehilangan mangsanya. Itulah kemenangan mutlak seekor burung pipit.

Dan begitulah kemenangan orang-orang yang beriman atas pasukan Zionis Yahudi yang memburunya. Kemenangan tanpa peperangan.

Hadits shahih Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan, “Sungguh kiamat tidak akan datang, sebelum kaum Muslimin berhasil menaklukan kaum Yahudi.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ini harus dimaknai secara syar’i. Perang sistemik antara hak dengan batil, agama rahmat melawan kezaliman sang angkara murka, wujud kongkritnya kaum kapitalisme dan neokolonialisme yang telah menelan dunia.

Baca Juga:  Demonstrasi Mahasiswa Bukti Lemahnya Zionis Israel

Namun mereka akan terkapar di atas tumpukan Dollar Amerika dan cadangan emasnya yang tidak lagi berguna.

Bak peribahasa Melayu yang berbunyi: “Tikus mati kelaparan di lumbung padi”.

Ada orang yang tidak percaya dan menganggap itu hanyalah dogmatisme belaka. Itu terserah kepada mereka, tidak perlu mengundang polemik. Mau beriman, berimanlah, mau kufur, silahkan kufur, tidak ada paksaan dalam agama Islam.

Pemerintah Indonesia yang sekarang, Presiden Joko Widodo, sama dengan pemerintahan sebelumnya, harus tetap konsisten tidak mengakui eksistensi adanya negara Israel.

Titik Balik Kemenangan

Lalu, dari semua itu, apakah harus dead lock dan putus asa? Tidak juga.

Palestina harus bergabung bersama seluruh kaum muslimin dan umat manusia di dunia yang masih punya hati nurani, dalam wujud konkret. Kaum Muslimin dan umat manusia lainnya bersatu, bisakah?  Insya Allah.

Itu tidak lama lagi akan muncul, moral force, the new emerging force’s, bersabarlah wahai para mujahid, janji Allah pasti terjadi. “Fainna Hizbullah humul gholibun” (Orang-orang yang berpihak kepada Allah yang pasti dimenangkan Allah).

Berjuanglah terus, fajar kemenangan sebentar lagi akan terbit. (A/DNS/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.