Jakarta, MINA – Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Strategic dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Muhammad Ibrahim Hamdani, mengatakan, serangan militer Israel, IDF, ke wilayah Rafah, selatan Jalur Gaza, Palestina, berpotensi besar menimbulkan konflik perbatasan dan perang militer terbuka dengan Mesir.
“Garis batasnya adalah Koridor Philadelphia atau Saladin Axis,” ujar Ibrahim kepada MINA, Sabtu (4/5).
Menurutnya, jika Israel beraksi untuk mengganggu kedaulatan Mesir atas Koridor Philadelphia, yang berbatasan darat langsung dengan Rafah, maka Pemerintah Mesir akan bertindak tegas dan keras, bahkan tindakan ekstremnya dapat membatalkan perjanjian damai Israel-Mesir.
Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia itupun menganggap wajar reaksi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang segera menelepon langsung Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada 1 Mei 2024, pascaserangan pasukan IDF ke wilayah Gunung Harif di Perbatasan Mesir.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
“Kebijakan luar negeri Pemerintah AS adalah menjaga sedapat mungkin agar zona perang di Jalur Gaza, Palestina, tidak sampai meluas ke Mesir. Jadi, konflik perbatasan dan bentrokan militer sekecil apa pun antara Mesir versus Israel harus dicegah secepatnya,” ungkap Ibrahim yang juga Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute) itu.
Rencana serangan darat secara besar-besaran oleh IDF terhadap wilayah Rafah di Jalur Gaza, Palestina, berpotensi menimbulkan konflik dan perang terbuka dengan pemerintah dan militer Mesir. Hal ini terkait erat dengan dugaan kuat pasukan IDF akan menyerang dan mengontrol Koridor Philadelphia saat menginvasi wilayah Rafah melalui jalur darat.
Koridor Philadelphia merupakan wilayah Mesir yang berbatasan darat langsung dengan Rafah, Palestina. Maka aksi dan tindakan militer apa pun dari militer Israel terhadap Koridor Philadelphia akan merusak dan mengancam kesepakatan perjanjian damai antara Israel dengan Mesir, khususnya Perjanjian Camp David tahun 1978 antara Israel dengan Mesir, yang menjadi pondasi dasar dari perjanjian damai dan hubungan bilateral kedua negara.
Seperti dikutip dari media asal Perancis, France 24, pada 14 Februari 2024, tercatat bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menyatakan niat pemerintahannya untuk mengambil kendali atas sebidang tanah strategis, yakni sebuah zona penyangga sempit di sepanjang perbatasan Mesir – Gaza.
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
Zona itu memiliki panjang 14 Kilometer dan lebar 100 meter yang dinamai Koridor Philadelphia atau nama lainnya Saladin Axis.
Pernyataan PM Israel ini membuat khawatir Pemerintah Mesir di bawah pimpinan Presiden Abdel Fattah al-Sisi. Reaksi tegas pun dilakukan oleh Pemerintah Mesir yang telah mengerahkan sekitar 40 tank dan pengangkut personel lapis baja di timur laut Sinai sejak akhir Januari 2024.
Seperti dikutip dari Army Radio milik IDF, tertulis bahwa pada Senin, 1 Mei 2024, militer IDF telah melepaskan tembakan ke wilayah Gunung Harif di Perbatasan Mesir.
Aksi militer zionis ini bertujuan untuk menyasar sejumlah orang yang dianggap Israel telah menjadi anggota kartel penyelundup narkotika ke wilayahnya.
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Pemindahan Kedutaan Paraguay ke Yerusalem Langgar Hukum Internasional