Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya Menggali Inspirasi (Motivasi untuk Menjadi Penulis Andal)

Insaf Muarif Gunawan - Ahad, 25 Juli 2021 - 14:31 WIB

Ahad, 25 Juli 2021 - 14:31 WIB

14 Views

Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah Ali-Imran [3]: 190-191:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ (١٩٠)  ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ (١٩١)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri,  duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali-Imran [3]: (190-191).

Baca Juga: Ustadz Hidayaturrahman: Lima Langkah Mentadaburi Al-Qur’an Dengan Metode Tathbiqi

Inspirasi berbeda dengan motivasi. Motivasi adalah dorongan yang bisa mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan atau menciptakan sesuatu yang dicita-citakannya. Sedangkan inspirasi merupakan ide-ide kreatif yang muncul dari dalam diri manusia setelah mendapatkan rangsangan dari dunia luar. Tetapi inspirasi dapat menjadikan sebuah motivasi manusia untuk mencapai tujuannya.

Definisi Umum Inspirasi

Inspirasi pada dasarnya adalah ilham yang datang pada pikiran manusia dan akhirnya melekat pada jiwa atau hati manusia, akan tetapi inspirasi justru datang ketika ada rangsangan dari luar diri manusia.

Pengertian inspirasi lainnya adalah suatu proses yang mendorong manusia atau merangsang pikiran manusia untuk melakukan suatu tindakan, terutama untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan sesuatu yang kreatif. Inspirasi ini biasanya dirangsang untuk melakukan tindakan setelah kita melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang ada di sekitar kita, terutama suatu sesuatu yang menyentuh perasaan.

Baca Juga:  Islam Memuliakan Kaum Perempuan, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Berkenaan ayat di atas, Imam Thabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain Ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Yahya Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami Yakub Al-Qumi dari Ja’far ibnu Abul Mugirah, dari Said Ibnu Jubair dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi, lalu berkata, mukjizat apakah yang dibawa oleh Nabi Musa Alahi Salam kepada kalian?. Orang-orang Yahudi menjawab, “Tongkat dan tangan yang tampak putih bagi orang-orang yang memandang.” Mereka datang kepada orang-orang Nasrani, lalu bertanya, apakah yang dilakukan oleh Nabi Isa Alahi Salam?. Orang-orang Nasrani menjawab, “Dia dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, orang yang berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang-orang yang mati.” Mereka datang kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, dan berkata, “Berdoalah kepada Allah semoga dia menjadikan bagi kami Bukit Safa, ini menjadi emas.” Maka turunlah ayat ini, yaitu firmanNya: “Sesungguhnya dalam penciptaan orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 190). Oleh karena itu, renungkanlah oleh kalian hal tersebut.

Riwayat ini sulit dimengerti (musykil), mengingat  ayat ini adalah ayat Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar Bukit Safa menjadi emas adalah di Makkah. Wallahu ‘alam

Adapun maksud firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ

Baca Juga: Ketika Umat Islam Diberi Anugerah Kekuasaan Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang” (Ali-Imran [3]: 190).

Artinya dalam ketinggian, keluasaan, hamparan, kepadatan, tata letak, dan semua yang ada pada keduanya (langit dan bumi) berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan, seperti bintang-bintang yang beredar, lautan, gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.

Sedangkan maksud “silih bergantinya malam dan siang” adalah bergilirnya malam dan siang, adakalanya siang lebih lama daripada malam, lebih singkat, atau sama.

Semua itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi orang yang berakal.

Baca Juga: Shalat Tahajud Penyebab Kemenangan dalam Jihad Melawan Musuh

Selanjutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan ciri orang-orang yang berakal melalui firman berikutnya.

1. Selalu mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebagaimana firmanNya:

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ

Baca Juga: Urgensi Tulisan, Alat Tulis dan Penulis dalam Peradaban, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 191).

Seperti yang disebutkan di dalam Kitab Sahihain melalui Imran Ibnu Husain bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ

Shalatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu berdiri maka shalatlah sambil duduk; dan jika kamu tidak mampu sambil duduk, maka salatlah dengan berbaring pada lambungmu.” (H.R. Al-Bukhari)

Baca Juga: Meneladani Kepribadian Rasulullah dengan Mengikuti Sunnahnya, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

2. Tidak Pernah Terputus Berpikir.

Sebagaimana firmanNya:

وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Ali-Imran [3]: 191)

Baca Juga: Kajian Surah Al-Jinn: Iblis dari Golongan Jin

Mereka tidak pernah terputus berpikir tentang ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran ciptaan, kekuasaan, pengetahuan, hikmah, pilihan, dan rahmatNya.

Keutamaan Berpikir

Berikut ini adalah nasihat para tokoh panutan umat tentang keutamaan berpikir:

Baca Juga: Semangat Hijrah dan Memperselisihi Orang Yahudi, Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

1. Nabi Isa Alahi Salam

Diriwayatkan dari Nabi Isa Alaihi Salam bahwa ia pernah mengatakan, “Hai anak Adam yang lemah, bertaqwalah kamu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di manapun kamu berada. Jadilah kamu di dunia ini orang yang lemah, jadikanlah masjid-masjid sebagai tempat tinggal, ajarkanlah kepada kedua matamu menangis, juga kepada badanmu untuk bersabar, dan kepada hatimu untuk bertafakkur. Janganlah engkau pedulikan tentang rezeki keesokan hari. “

Disebutkan dari nabi Isa Alaihi Salam bahwa ia pernah mengatakan. “Beruntunglah bagi orang yang ucapannya adalah dzikir, diamnya berpikir, dan pandangannya sebagai pelajaran.”

2. Luqman Al-Hakim

Baca Juga: Berdirinya “Negara Israel”, Konspirasi Menghancurkan Ummat Islam (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

Lukmanul Hakim mengatakan, “Sesungguhnya lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan lama berpikir merupakan jalan yang menunjukkan ke pintu surga.”

3. Abdullah bin Abbas

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, “Dua rakaat yang tidak terlalu lama dengan bertafakur adalah lebih baik daripada berdiri shalat sepanjang malam sedangkan hatinya lupa.”

4. Abdullah bin Umar

Baca Juga: Lima Konspirasi Menghancurkan Ummat Islam (Oleh: Yakhsyallah Mansur)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bila ia ingin menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah ditinggalkan oleh penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di depan pintunya, lalu berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan, “Kemanakah penghunimu?” Kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan firmanNya surah Al-Qashash [28]: 88.

كُلُّ شَىۡءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجۡهَهُ

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali  zat Allah.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 88)

5. Al-Hasan Al-Bashri

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri bahwa ia pernah mengatakan, “Berpikir selama sesaat lebih baik dari pada berdiri shalat semalaman.”

Dalam riwayat lain, Al-Hasan Al-Bashri juga mengatakan “Hai anak Adam makanlah (isilah) sepertiga perutmu dengan makanan, dan sepertiga lagi dengan minuman, dan kosongkanlah sepertiga lainnya untuk memberikan udara segar dalam tafakkur.

Salah seorang yang bijak mengatakan, “Barang siapa yang memandang dunia tanpa dibarengi dengan pandangan mengambil pelajaran, maka akan padamlah bagian dari pandangan mata hatinya sesuai dengan kelalaiannya.”

6. Al-Fudail bin Iyyadl

Al-Fudail mengatakan bahwa Al Hasan pernah berkata, “Pikiran merupakan cermin yang memperhatikan kepadamu kebaikan- kebaikan dan keburukan- keburukanmu.

7. Amir bin Abdul Qais

Ia menceritakan bahwa ia pernah mendengar bukan hanya dari seorang, dua orang atau tiga orang dari kalangan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Semuanya mengatakan, “Sesungguhnya sinar keimanan atau cahaya keimanan itu adalah tafakkur.”

8. Bisyr bin Haris Al-Hafi

Ia mengatakan, “Seandainya manusia bertafakkur merenungkan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Niscaya mereka tidak berani berbuat durhaka kepadaNya.

9. Umar bin Abdul Aziz

Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar Ibnul Abdul Aziz radhiallahu Anhu bahwa ia pernah menangis di suatu hari di antara teman-temannya. Ketika ditanya, mengapa engkau menangis, ia menjawab “Aku sedang memikirkan perihal dunia dan kesenangan serta nafsu syahwatnya, maka aku dapat mengambil pelajaran dariNya, yaitu setiap kali nafsu syahwat belum terampil dan maka terlebih dahulu dikeruhkan oleh kepahitannya. Sekiranya di dalam dunia tidak terdapat pelajaran bagi orang yang memikirkannya, sesungguhnya di dalam dunia terdapat peringatan bagi orang yang mengingat.”

Umar Ibnu Abdul Aziz mengatakan, “Berbicara untuk dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah baik dan berpikir tentang nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih utama dari pada ibadah.”

10. Wahb ibnu Munabbih

Wahb ibnu Munabbih mengatakan, “Bahwa tidak sekali-kali seseorang lama menggunakan pemikirannya melainkan ia akan mengerti, dan tidak sekali-kali seorang mengerti melainkan mengetahui, dan tidak sekali-kali pula seseorang mengetahui melainkan beramal.”

11. Mugis Al-Aswad

Mugis Al-Aswad mengatakan, “Ziarahlah ke kuburan setiap hari, niscaya menggugah pikiran kalian. Saksikanlah adegan hari kiamat dengan hati kalian dan renungkanlah kedua golongan yang pergi ke dalam surga dan yang masuk ke dalam neraka.  Gugahlah hati kalian dan tubuh kalian agar mengingat neraka dan beraneka ragam siksaan yang ada di dalamnya.” Bila perkataannya sampai di situ, maka ia menangis, hingga tubuhnya diangkat oleh murid-muridnya karena pingsan.

12. Ibnu Abud Dunia

Ia mengatakan bahwa Al Husain Ibnu Abdurrahman pernah mengucapkan syair-syair berikut kepadanya, yaitu:

Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur, kesenangan orang mukmin adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah semata, kami semua berada dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir), sementara umurnya telah habis, sedangkan dia tidak menyadarinya. Banyak kehidupan dipenuhi semua yang di cita-citanya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik air dari mata air, naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar dan buah-buahan yang masak semuanya itu menjadi berubah oleh lewatnya masa yang begitu cepat; demikian pula pemiliknya. Kami memuji kepada Allah semata, sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika dia menggunakan akal pikirannya.”

13.  Abdullah bin Al-Mubarak

Abdullah Ibnul Mubarok mengatakan, “Seseorang lelaki bersua (berjumpa) dengan seorang rahib (pendeta) di dekat sebuah kuburan dan tempat pembuangan sampah. Lalu ia memanggil rahib itu dan mengatakan kepadanya,”Hai rahib, sesungguhnya padamu terdapat dua perbendaharaan di antara perbendaharaan-perbendaharaan dunia. Keduanya mengandung pelajaran bagimu, yaitu perbendaharaan kaum lelaki dan perbendaharaan harta benda.”

14. Syekh Abu Sulaiman Ad-Darani.

Syekh Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tidak sesuatupun yang terlihat oleh mataku, melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu nikmat kepadaku, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran.”

15. Sufyan ibnu Uyaynah

Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan, bahwa pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu tidak ada kalanya ia mengucapkan tamsil untuk pengerti tersebut melalui bait syair ini:

اِذَا اْلمَرْءُ كَانَتْ لَهُ فِكْرَةٌ ــــــ فَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ عِبْرَةٌ Artinya:”Apabila seseorang menggunakan akal pikirannya, maka pada segala sesuatu terdapat pelajaran baginya.”

Dari uraian di atas, hemat kami, untuk dapat menggali inspirasi, kita dapat melakukan dua hal:

1. Selalu mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

2. Tidak pernah putus berpikir tentang ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sedangkan menurut sebagian penulis kontemporer, ada beberapa situasi dan kondisi yang dapat merangsang munculnya inspirasi yaitu; dari film, buku, melihat suasana alam, mendengar pembicaraan orang, mencoret-coret kertas, melaksanakan aktivitas fisik, melakukan kegiatan sehari-hari dan sebagainya.

Wallahu ‘Alam Bis Shawab

(A/R8/P1)

Mi’raj news Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Sosok
Indonesia
Indonesia
Indonesia