Jalur Gaza saat ini sedang dilanda musim dingin yang ekstrim. Guyuran Hujan deras dan rendahnya suhu dingin yang mencapai enam derajat celcius semakin menambah panjang kisah penderitaan warga Gaza.
Tidak seperti pada umumnya terjadi di negera-negara di dunia, termasuk Indonesia, banjir dan longsor bukan menjadi kekhawatiran utama yang berpotensi menambah derita warga Gaza. Namun nasib keluarga miskin dan para korban agresi militer Israel 2014 lalu yang hingga detik ini belum bisa kembali ke rumah mereka yang telah rata dengan tanah akibat gempuran pesawat-pesawat tempur milik Zionis Israel.
Program rekontruksi Gaza yang menjadi harapan terbesar untuk bisa meringankan beban warga Gaza dalam menghadapi musim dingin ini ternyata baru berjalan 12 persen saja. Lantas, bagaimana nasib mereka di tengah tengah cuaca buruk musim dingin tahun ini?
Berikut wawancara lengkap tim Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency – MINA) di Jalur Gaza dengan Wakil Menteri Perumahan dan Urusan Tenaga Kerja Palestina, Naji Sarhan, saat ditemui di kantor dinasnya di komplek perkantoran Magusi, utara Kota Gaza, Ahad (7/2).
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
MINA: Bisa Anda jelaskan kondisi terkini warga Gaza hingga saat ini?
Naji Sarhan: Sebagaimana kita ketahui bersama, hingga detik ini Gaza masih menderita berbagai krisis terutama dampak dari agresi militer terakhir yang terjadi pada 2014 lalu dan telah menghancurkan secara total lebih dari 11 ribu unit tempat tinggal.
Sekitar 6.800 unit hancur rusak parah serta 145 ribu unit lainnya mengalami kerusakan ringan dan sedang.
Hingga saat ini para keluarga pemilik rumah-rumah tersebut masih menderita terutama dengan datangnya musim hujan dan cuaca dingin yang ekstrim.
MINA: Bagaimana dengan perkembangan program rekontruksi Gaza?
Naji Sarhan: Sejauh ini sedikitnya seribu unit rumah telah dibangun dengan dana bantuan dari pemerintah Qatar, 500 unit rumah lainnya dibangun oleh lebih dari satu sumber donatur dan rencananya kami akan membangun sekitar 2.000 unit tempat tinggal dengan dana bantuan dari Kuwait yang diperkirakan akan dimulai pembangunannya bulan depan.
Akan tetapi jumlah yang disebutkan tersebut masih sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah rumah yang hancur, dan bisa dikatakan, kami masih dalam fase permulaan dari keseluruhan program rekontruksi Gaza ini.
MINA: Berapa persen program rekonstruksi yang sudah berjalan dan berapa total dana program itu yang sudah masuk?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Naji Sarhan: Untuk prosentase bangunan yang sudah selesai dibangun hingga saat ini kurang lebih hanya mencapai 12 persen saja dari total rencana program tersebut.
Dana yang masuk sejauh ini baru sekitar 75 juta Dolar AS dari total yang dijanjikan oleh negara-negara donatur mencapai 5 miliar Dolar AS, dan hingga saat ini kami masih menunggu sisa dari dana bantuan tersebut.
MINA: Apa kendala utama yang dihadapi dalam menjalankan program ini?
Naji Sarhan: Setidaknya ada dua kendala utama yang kami hadapi dalam menyelesaikan program rekonstruksi bangunan di Gaza.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Pertama adalah tidak sesuainya dana yang sampai kepada kami dengan apa yang dijanjikan negara-negara donatur sebagaimana seperti yang saya sampaikan tersebut.
Kedua, sulitnya bahan bahan material bangunan untuk masuk ke Gaza disebabkan blokade, sekali pun ada material bangunan yang masuk, jumlahnya sangat sedikit dan jauh dari kebutuhan.
Hal ini akibat ketatnya pengecekan yang dilakukan Otoritas Israel, bahkan banyak barang-barang bangunan yang sama sekali tidak diizinkan masuk oleh mereka.
MINA: Apakah ada dana bantuan lain yang datang selain dari negara-negara Arab?
Naji Sarhan: Ada beberapa negara Eropa yang juga mengirimkan bantuan untuk program rekonstruksi ini, seperti Jerman, swedia, dan Amerika Serikat yang menjajikan 20 juta Dolar AS melalui Badan Bantuan PBB di Gaza serta beberapa negara asing lain yang jumlahnya sedikit.
MINA: Bagaimana dengan nasib para pengungsi dan korban agresi militer yang rumahnya hancur, terutama dalam menghadapi kerasnya musim dingin tahun ini?
Naji Sarhan: Sebagian besar dari mereka hingga saat ini masih sangat menderita dan kesulitan mendapatkan tempat tinggal yang layak, sebagian dari mereka tinggal di kontainer-kontainer hasil sumbangan asing, sebagian lain membangun kemah di reruntuhan rumah mereka.
Sebagian dari mereka ada yang memperbaiki satu ruangan rumah mereka yang masih bisa ditempati, dan sebagian lainnya tinggal dengan mengontrak di apartemen-apartemen sederhana. Sedangkan mayoritas masih tinggal di dalam kontainer-kontainer yang tidak cukup untuk melidungi mereka dari dinginnya cuaca dan derasnya hujan.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
MINA: Bantuan jenis apa yang sebenarnya paling dibutuhkan oleh warga Gaza saat ini?
Naji Sarhan: Kita semua sudah tahu bersama bagaimana mayoritas warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan di mana setiap hari angka kemiskinan terus meningkat, begitu juga angka pengangguran ikut melonjak, yang mana hal tersebut semakin menambah penderitaan warga Gaza.
Jadi warga Gaza membutuhkan segala jenis bantuan, baik itu berupa logistik, pakaian musim dingin, selimut, dan lain sebagainya. Akan tetapi saya melihat untuk saat ini yang sangat dibutuhkan oleh Gaza adalah pembangunan rumah-rumah tempat tinggal yang layak untuk para korban yang kehilangan tempat tinggal akibat agresi militer entitas Zionis itu.
MINA: Apa pesan anda untuk dunia internasional, khususnya Indonesia dalam mengurangi beban penderitaan warga Gaza khususnya di musim dingin ini?
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Naji Sarhan: Kami terus menyeru kepada dunia internasional, negara-negara Arab dan asing untuk serius dalam membantu warga Gaza terutama dalam hal rekonstruksi bangunan-bangunan di Gaza.
Kami berharap dari negara-negara tersebut khususnya negara-negara Islam yang besar seperti Indonesia, Turki, Pakistan dan lain-lain agar turut menyumbang dan memberikan andil dalam program ini dengan contohnya masing-masing negara membangun seribu unit tempat tinggal yang hanya membutuhkan dana sekitar 50 juta Dolar AS.
Kami yakin, sekiranya negara negara tersebut mau melakukan hal ini, permasalahan rekonstruksi di Gaza dapat cepat terselesaikan. Maka dari itu sekali lagi kami menyeru kepada dunia Internasional agar mengerahkan kemampuan mereka untuk menyukseskan program rekonstruksi Gaza ini. (L/K02/Reza/R05)
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)