Zakir Naik Dakwahkan Islam dengan Metode Perbandingan Agama

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Ulama terkemuka taraf internasional asal India Dr pecan ini mengadakan silaturahim dan memberikan tausiyahnya ke Indonesia.

Zakir dijadwalkan memberikan kuliah umum di lima kota Indonesia selama 10 hari ke depan, dari 1-10 April 2017. Kelima kota yang bakal dikunjungi oleh pendiri Islamic Research Foundation (IRF) itu adalah Bandung, Yogyakarta, Ponorogo, Bekasi, dan Makassar.

Dr Zakir Naik selama ini dikenal sebagai penceramah dan penulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama. Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice.

Tentang pengaruh Zakir Naik, Indian Express dalam terbitan 22 Februari 2009 lalu memasukan dia ke dalam peringkat 82 dari “100 Orang India Terkuat 2009” di antara satu miliar penduduk India.

Sementara dalam daftar khusus “10 Guru Spiritual Terbaik India”, Zakir Naik berada di peringkat tiga, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar. Ia menjadi satu-satunya muslim di daftar itu.

Pada Ahad, 1 Maret 2015, Zakir Naik mendapatkan penghargaan tertinggi dari Pemerintah Saudi Arabia, King Faisal International Prize (KFIP). KFIP merupakan penghargaan terhadap karya-karya luar biasa dari individu dan lembaga dalam lima katagori yakni Dakwah Islam, Studi Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Kedokteran dan Ilmu Pengetahuan. Penghargaan itu disampaikan secara langsung oleh Raja Salman bin Abdul Aziz.

Perbandingan Agama

Zakir Naik tentu tidak asing dengan kontroversi, terutama dari pemuka agama selain Islam.  Ia memang tidak seperti kebanyakan penceramah terkenal di dunia lainnya. Ceramah-ceramahnya  tidak hanya membatasi isiinya tentang Islam. Namun juga perbandingan agama-agama lainnya secara terbuka, argumentatif dan tidak emosional.

Ini sangat wajar, sebab dalam dakwahnya, Zakir yang hafidz Al-Quran,  juga menghafal kitab-kitab dari agama lain, seperti Bibble (Injil), Weda, Tripitaka, dan Bhagavad Gita. Hingga ia pun dijuluki dengan “Ahmed Deedat Plus”, karena mampu mematahkan argumentasi para pastur, pendeta dan pemuka agama Hindu.

Ahmed Hussein Deedat (lahir di India, 1 Juli 1918, dan wafat di Afrika Selatan, 8 Agustus 2005, dalam usia 87 tahun), adalah seorang dai, penceramah, cendekiawan dan pakar perbandingan agama-agama. Ia juga dikenal sebagai salah satu pembicara handal dalam debat terbuka tentang masalah keagamaan berhadapan dengan pemuka-pemuka agama selain Islam. Nama itu pun disematkan pada pelanjutnya, Zakir Naik itu.

Dr Zakir Naik sendiri menyatakan tentang isi ceramahnya yang dianggap mengangu umat agama lain. Kepada para pengkritiknya untuk dipersilakan melaporkan ke pejabat berwenang jika mereka memiliki bukti bahwa ia menghina agama lain.

Ia berpendirian bahwa berdakwah merupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim, dengan landasan Al-Quran sebagai kitab sucinya. Maka, jika ada yang mencoba mengklaim berani untuk menuntutnya di pengadilan, itu sama juga dengan menggugat Al-Quran sebagai dasar ceramahnya.

“Jika Anda ingin mengajukan kasus terhadap saya di Malaysia, Anda harus mengajukan kasus terhadap Al-Quran,” kata Zakir suatu ketika.

“Saya adalah seorang penceramah Muslim, saya harus berbicara tentang Allah. Apakah saya menghina seseorang? Jika Anda memiliki bukti bahwa saya menghina, saya siap diajukan ke pihak berwenang,” tambahnya.

Dalam ceramahnya, Zakir juga menyesalkan bahwa ada orang yang mencoba untuk menghentikan dia dari menyampaikan dakwah tentang keesaan Allah.

Dr Zakir Naik hanya ingin menyatakan dengan tegas, jelas dan terbuka, serta siap berdialog secara argumentatif dengan pemuka agama manapun, bahwa ia sebenarnya hanya mengajukan konsep sederhana, bahwa “Hanya ada satu kitab yang merupakan firman Allah, yaitu Al-Quran, sebagai solusi kehidupan. Saya tidak seang berusaha untuk menciptakan perpecahan. Namun justru ingin mendapatkan Hindu, Kristen dan Muslim bersama-sama mempelajari kitab suci Al-Quran,” jelas Dr Zakir.

Toleransi  Bukan Terorisme

Dr Ali Al-Ghamdi, Asisten Guru Besar Universitas Dammam Arab Saudi menyatakan bahwa ulama terkemuka asal India Dr Zakir Naik, sejatinya selama ini menyebarkan perdamaian dan toleransi bukan terorisme.

“Saya ingin menekankan bahwa harus ada pembedaan yang jelas antara terorisme dan apa yang ditayangkan oleh saluran Peace TV milik Zakir Naik, yang berisi perdamaian dan toleransi, dengan bahasa yang jelas dan jauh kebencian,” katanya pada Saudi Gazette.

Bahkan menurut Al-Ghamdi yang pernah menjabat sebagai diplomat Arab Saudi urusan Asia Tenggara itu, jika pun pengakuan pelaku teroris itu benar kenal dengan Zakir Naik, justru ini kesempatan bagi Naik untuk menjelaskan kembali misi mulianya tentang Islam yang damai.

Zakir Naik pernah dituduh mengilhami kelompok militan yang melakukan serangan teror bom di kafe Dhaka, Bangladesh tahun lalu.

Al-Ghamdi menambahkan, pihak berwenang Bangladesh telah mengambil pendekatan yang sama sekali tidak adil, tidak logis dan tidak dapat dibenarkan.

Seperti diketahui, Pemerintah Bangladesh kemudian melarang siaran Peace TV milik Dr Zakir Naik. Bangladesh beralasan, ceramah-ceramah Dr Zakir Naik telah mengilhami kelompok militan di negaranya dan pelaku juga mengenal Naik.

Sementara itu, Zakir Naik sendiri sudah memberikan pernyataannya mengutuk serangan teroris, dan mengatakan bahwa seorang Muslim yang benar tidak akan terlibat dalam serangan teror.

Soal pelaku kenal dirinya, ia menyebut bukan hanya pelaku, jutaan umat Muslim juga mengenalnya. Lalu, apakah setiap yang mengenalnya lalu berbuat jahat, dirinya ikut disebut jahat? Ia pernah mempertanyakannya.

Justru Banyak Masuk Islam

Dr Zakir Naik, dai dengan nama lengkap Zakir Abdul Karim Naik, lahir di Mumbai, ibukota negara bagian Maharasthra, India, 18 Oktober 1965 (umur 52 tahun). Ia memang dikenal sebagai seorang pembicara Muslim India dan penulis hal-hal tentang Islam dan Perbandingan Agama-Agama.

Zakir mengenyam pendidikan di sekolah menengah St. Peter’s High School (ICSE) di kota Mumbai. Kemudian melanjutkan kuliah di Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai.

Secara profesi, ia adalah seorang dokter spesialis ahli bedah, memperoleh gelar MBBS atau MBBCh (Medicinae Baccalaureus, Baccalaureus Chirurgiae  atau Bachelor of Medicine and Surgery) dari Universitas Mumbai, satu dari 10 universitas terbaik di India.

Namun, sejak Tahun 1991, Zakir Naik berhenti bekerja sebagai dokter dan beralih di bidang dakwah Islam dan perbandingan agama-agama. Ia menyatakan bahwa tujuannya ialah membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit memahaminya dalam konteks modernitas.

Zakir Naik juga adalah pendiri dan presiden Islamic Research Foundation(IRF), sebuah organisasi nirlaba yang memiliki dan menyiarkan jaringan saluran TV gratis Peace TV India.

Zakir Naik mengatakan, ia terinspirasi oleh Ahmad Deedat yang telah aktif di bidang dakwah selama lebih dari 40 tahun. Ahmed Hussein Deedat, adalah ulama kelahiran Gujarat, India (Juli 1918 – Agustus 2005) adalah seorang penulis Afrika Selatan dan pembicara publik. Ia dikenal sebagai ahli debat dengan masyarakat antar-agama.

Menurut Zakir Naik, adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat.

Thomas Blom Hansen, seorang sosiolog yang memegang posisi akademik di berbagai universitas, telah menulis bahwa gaya Naik mengabadikan Quran dan Hadits berbagai bahasa, dan bepergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan non-Muslim.

Ternyata, ceramah-ceramah Zakir Naik memang seringkali dihadiri oleh ribuan jamaah yang tidak hanya beragama Islam, tetapi juga Hindu, Budha, Kristen, dan bahkan atheisme. Siapapun dan apapun pertanyaannya akan dijawabnya dengan sempurna dan tak terbantahkan.

Ulama  ini unggul dalam debat dan dialog antar-agama, didukung oleh kemampuannya menghafal Al-Quran (hafidz) dan hafal Shahih Bukhari dan Muslim. Naik juga menghafal kitab dari agama lain, seperti Weda, Tripitaka, Bhagavad Gita.

Ia tanpa ragu-ragu juga mengoreksi Pastur dan Pendeta jika mereka salah dalam mengutip ayat-ayat dalam bibble atau injil. Ini karena ia juga menghafal isi dari bibble/injil.

Dengan berbagai dialog sehat, argumentatif, mematahkan lawan bicara dengan mengupas berbagai kitab itu pun. Akhirnya banyak dari kalangan pendeta, ilmuwan, maahsiswa, yang non-Muslim, akhirnya berbondong-bondong menjadi mualaf, Islam, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Zakir Naik.

Tentu umat Islam Indonesia, wabil khusus generasi muda Muslim, senang dengan ceramah-ceramah Ustadz yang sangat mencerahkan, menggugah dan menyadarkan umat manusia untuk mengesakan Allah Subhanahu Wa ta’ala, untuk kembali ke ajaran yang sesuai fitrah manusia, yakni Islam, dengan kitabnya Al-Quran.

Selamat buat Dr Zakir Naik, dan ahlan wa sahlan fi andonesia, negeri dengan mayoritas Muslim terbanyak di dunia. (RS2/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: bahron

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.