Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Karakter ini merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat Islam maupun tegaknya sistem Islam di muka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia. Kesepuluh karakter itu antara lain sebagai berikut.
Pertama, Salimul Aqidah (akidah yang bersih). Muslimah sejati itu mempunyai akidah yang bersih dari perbuatan syirik. Dia sangat memahami bahwa syirik adalah perbuatan yang tak terampuni di mata Allah Ta’ala. Karena itu, dalam setiap sujud di keheningan malam, seorang Muslimah sejati akan menangis dan benar-benar takut kepada Allah jika sampai terjerumus dalam perbuatan syirik. Dalam kehidupan sehari-hari ia akan menjaga pergaulan dari teman-teman yang bisa menjerumuskannya dalam kesyirikan.
Di antara doa yang selalu ia panjatkan kepada Allah untuk berlindung dari kesyirikan adalah sebagai berikut,
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih).
Kedua, Shahihul Ibadah (benar ibadahnya). Muslimah sejati, akan berhati-hati dalam beribadah. Ia tidak akan melakukan ibadah apa pun jika ibadah itu tak ada sumbernya yang jelas dari Al-Quran dan As-Sunnah. Ia sangat berhati-hati mengamalkan ibadah jika ibadah itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya. Baginya, lebih baik orang sekampung membencinya asal ia tetap dalam menegakkan sunnah, dari pada melakukan amalan bid’ah (sesat).
Ia selalu ingat sabda Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Ketiga, Matinul Khuluq (akhlaknya mulia). Muslimah sejati akan menjaga akhlaknya agar tetap berakhlak mulia. Ia tidak sombong kepada siapa pun, tapi ia sangat berhati-hati dalam memilih teman bergaul. Sebab ia tahu, berteman dengan wanita yang salih maka akan mendapatkan keberkahan kesalihannya pula. Sebaliknya, jika bersabahat dengan wanita yang tidak mengenal agama dan sering bermaksiat kepada Allah, maka ia juga akan mengikutinya.
Seperti dalam sebuah sabdanya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Karena akhlaknya mulia, sehingga ia disenangi semua orang. Karena akhlaknya lurus dan baik, kehadirannya selalu dinanti banyak orang. Di manapun ia berada, senantiasa memberi kebaikan kepada semua orang. Kepergiannya, akan melahirkan kepiluan banyak orang, sebab akhlak mulianya sudah melekat kuat di sanubari setiap orang. Setiap kali namanya disebut, yang teringat adalah akhlak-akhlaknya yang mulia. Banyak orang yang tertawan karena kemuliaan akhlaknya.
Keempat, Qowiyul Jismi (fisiknya kuat). Muslimah sejati menyadari benar bahwa fisiknya kelak akan menanggung beban dengan mengandung anak-anaknya, melahirkan, merawat dan mendidik mereka hingga tumbuh dewasa dan menjadi orang-orang yang dinanti-nantikan oleh Islam dan kaum Muslimin. Selain itu, Muslimah yang sehat dan tidak mudah sakit, akan mudah melayani suaminya dalam segala hal.
Betapa banyak muslimah-muslimah dari kalangan shahabiyah yang memiliki fisik kuat. Dengan kekuatan fisik yang dimilikinya itu, mereka turut andil dalam jihad fi sabilillah. Satu di antara para Muslimah yang memiliki fisik yang kuat itu adalah Al-Khansa binti Amru, Ibunda Para Syuhada. Berikut adalah nasihatnya kepada seluruh putranya.
Suatu hari, Al-Khansa dan mengumpulkan semua anak-anaknya dan berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan dan berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya, kalian adalah putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Jika kalian melihat perang di jalan-Nya, singsingkanlah lengan baju kalian dan berangkatlah. Majulah hingga barisan depan, niscaya engkau akan mendapatkan pahala di akhirat tepatnya di negeri keabadian. Berangkatlah kalian dan bertempurlah hingga syahid menjemput kalian.”
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Keempat putranya pun bergegas menuju medan perang. Mereka saling berjuang melawan musuh-musuh Allah dan berhasil membunuh banyak pasukan Persia. Pada akhirnya syahid datang dan menjemput mereka.
Mendengar syahid keempat anak-anaknya, bukan air mata yang mengalir deras, melainkan ungkapan rasa syukurnya sambil berkata, “Alhamdulillah, yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah, segera menjemputku dan mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya di Firdaus-Nya yang luas.”
Kelima, Mutsaqoful Fikri (luas akal pikirannya). Muslimah sejati akan selalu memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu, banyak membaca buku-buku bermanfaat, sehingga ilmunya bertambah luas. Dengan akal pikirannya yang luas, ia tidak akan mudah memvonis orang lain salah lalu membenarkan dirinya. Ia justeru sangat berhati-hati dalam berkata dan menilai setiap permasalahan. Dengan akal pikirannya yang luas itu pula, ia mampu menjadi pemecah masalah yang dihadapi teman-temannya.
Bersyukurlah para lelaki yang bisa mempunyai istri seorang Muslimah yang luas akal pikirannya. Bersyukurlah, sebab Muslimah seperti itulah kelak yang bisa melahirkan generasi yang mengenal Allah, Rasul dan Kitab Suci-Nya. Selain itu, wawasan berfikirnya yang luas menjadi modal untuk menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi di sekitarnya (tidak ketinggalan zaman).
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Keenam, Qodirun ‘alal Kasbi (mampu berusaha). Seorang Muslimah sejati, ia mampu berdiri dan mandiri di atas kakinya sendiri. Ia tahu, kelak ketika ia menikah nanti, maka semua kebutuhan hidupnya akan menjadi tanggung jawab suaminya. Tapi, ia begitu sadar bahwa hidup dan ‘menggantungkan’ beban hidup sepenuhnya kepada suaminya bukanlah hal bijak (kecuali jika suaminya orang yang berharta). Melihat kondisi suaminya yang berat menanggung beban hidup sendiri, maka membuatnya ingin membantu dan berusaha untuk mandiri.
Jadilah ia seorang Muslimah yang mampu memenuhi semua kebutuhan hidupnya dari hasil jerih payahnya bekerja. Ia mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya, termasuk kepada suaminya. Tidak mudah memang, tapi sejatinya setiap Muslimah memiliki skill sehingga bisa meringankan beban hidup suami dan keluarganya.
Ketujuh, Mujahidun linafsihi (jiwa yang bersemangat). Muslimah sejati adalah Muslimah yang mempunyai semangat kuat dalam menuntut ilmu demi memperbaiki dirinya sebagai bekal menghadap Tuhannya kelak. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki. Dengan kesungguhan itu pula ia akan meraih apa yang menjadi impiannya selama ini.
Jiwanya yang kuat, tekadnya yang bulat mampu mengalahkan kelelahan dan kelemahan fisiknya. Kelelahan dan kelemahan itu terkadang tak ia rasakan demi meraih apa yang sudah menjadi impian dan cita-cita mulianya. Ia mampu mengabaikan lelah dan letih yang dirasa demi menggapai kemuliaan di mata Allah Ta’ala. Kesungguhan yang dimilikinya itu pula pada akhirnya mampu menyinari orang-orang disekitarnya untuk melakukan hal yang sama demi meraih kebaikan dunia akhirat.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Kedelapan, Haritsun ‘ala waqtihi (pandai memanfaatkan waktunya). Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetik pun. Muslimah sejati selalu menyadari setiap waktu yang digunakan dalam hidup ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda tentang pentingnya memanfaatkan waktu ini,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Ibnu Baththol mengatakan, “Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Kesembilan, Munazhom Fii Su’unihi (urusannya tertata). Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik. Muslimah sejati adalah wanita dambaan umat yang bisa dipercaya dalam mengemban berbagai amanah. Ia akan merasa takut ketika diberi amanah, tapi tidak maksimal menjaga dan menyelesaikannya.
Ia meyakini bahwa menjaga amanah adalah salah satu tanda orang-orang yang sukses. Hal ini seperti dalam firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Qs. Al Mukminun: 8)
Kesepuluh, Naafi’un Li Ghairihi (bermanfaat bagi orang lain). Muslimah sejati senantiasa berusaha menjadikan setiap detik dari hidupnya mampu memberi manfaat untuk semua orang, sehingga ia keberadaannya selalu dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain. Menjadi bermanfaat bagi banyak orang adalah cita-citanya.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Tentang menjadi pribadi yang banyak memberi manfaat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’no:3289).
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslimah. Ia menyadari menjadi pribadi yang memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman,
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (Qs. Al-Isra: 7).
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Semoga Allah Ta’ala selalu memudahkan setiap muslimah untuk memiliki muslimah-sejati/">10 Ciri Muslimah sejati di atas. Sejatinya, muslimah-sejati/">10 ciri muslimah sejati ini terwujud dari pengamalan pemahaman Al-Quran dan As-Sunnah secara benar. Tak ada kata terlambat untuk menjadi muslimah sejati selama hayat masih di kandung badan. Wallahu a’lam. (R02/P001)
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)