WHO Sebut Rumah Sakit di Gaza Seperti ‘Film Horor’

Ilustrasi: jenazah warga Palestina berderet di luar RS Indonesia di Gaza Utara sebelum diserbur pasukan Israel. (Foto: MER-C)

Ramallah, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa rumah sakit di Jalur Gaza merupakan “bencana besar” dan menyerupai “film horor”, bahkan sebelum dimulainya kembali pembantaian oleh pendudukan Israel pada Jumat pagi (1/12).

Dikutip dari Al Mayadeen pada Ahad (3/12), Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di Palestina yang diduduki, mengatakan, “Kami sangat prihatin dengan kembalinya kekerasan,” dan menambahkan bahwa “sistem kesehatan di Gaza telah lumpuh karena permusuhan yang sedang berlangsung.”

Menurut Peeperkorn, sistem kesehatan di Gaza “tidak boleh kehilangan lebih banyak rumah sakit.”

Dia mencatat bahwa hanya 18 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang saat ini beroperasi, dan hanya tiga rumah sakit di wilayah utara yang hampir tidak beroperasi.

Baca Juga:  AWG Gelar Demo Peringatan Nakba ke-76 di Depan Kedubes AS

Perwakilan tersebut juga menekankan bahwa wilayah selatan memiliki 12 rumah sakit yang berfungsi sebagian, tetapi “sangat kewalahan”, yang berarti bahwa kapasitas rumah sakit tersebut telah melebihi dua hingga tiga kali lipat.

Dalam konteks ini, Peeperkorn menekankan bahwa ada “kebutuhan mendesak” akan pasokan bantuan yang konsisten “agar rumah sakit tetap berfungsi,” karena semua rumah sakit mengalami kekurangan makanan, bahan bakar, persediaan, dan bahkan air.

Selain itu, setidaknya 5.000 tempat tidur rumah sakit sangat dibutuhkan mengingat melonjaknya kebutuhan masyarakat yang diblokade.

Sementara itu, petugas darurat senior WHO, Rob Holden, menyatakan bahwa “layanan kesehatan sedang kewalahan.”

Kejadian di rumah sakit Al-Ahli yang relatif kecil di utara, yang tiba-tiba menjadi satu-satunya rumah sakit yang menerima pasien trauma, “seperti film horor”.

Baca Juga:  Ismail Haniyeh: Tentara Tak Terkalahkan telah Ditundukkan

Holden yang berlokasi di Jalur, menggambarkan situasi di Rumah Sakit Al-Ahli setelah kunjungannya. Dia mengatakan pasien menutupi lantai “dengan luka paling traumatis yang dapat Anda bayangkan.”

Dia menambahkan bahwa “tidak ada ruang untuk berdiri. Lantai hanya berlumuran darah dan pasien terbaring menunggu untuk menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa.” (T/RI-1/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Zaenal Muttaqin