PARLEMEN AS KHAWATIR IRAN TOLAK KERJA SAMA DENGAN IAEA

Ketua DPR AS, John Boehneur (Foto: drmactioncoalition)

New York, 9 Dzulhijjah 1435 H/3 Oktober 2014 M (MINA) – Mayoritas anggota Parlemen AS mengungkapkan keprihatinan atas ‘penolakan’ Iran untuk bekerja sama dengan badan pengawas nuklir (IAEA) demikian dalam laporan tertulis mereka kepada Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Kamis (2/9).

Sebanyak 354 dari 435 anggota Parlemen memperingatkan, IAEA telah frustrasi dalam upayanya mengumpulkan informasi lebih dalam tentang ‘Potensi dimensi militer’ dari kegiatan nuklir Iran. Kantor berita Nahar melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’at(3/9).

“Kami percaya, kesediaan Iran untuk mengungkapkan semua aspek program nuklirnya adalah ujian awal bagi niat Iran untuk menegakkan perjanjian yang komprehensif,” tulis Ketua Parlemen AS, John Boehner.

Dia menambahkan,”Kami sangat prihatin dengan penolakan Iran untuk sepenuhnya bekerja sama dengan (IAEA), satu-satunya kesimpulan yang masuk akal bagi penyidik internasional dalam hal ini adalah sikap diam yang dilakukan Teheran adalah karena negara Republik Islam itu memiliki banyak hal yang disembunyikan.”

Iran diberikan kesempatan hingga akhir November mendatang, untuk membuka kerjasama itu. Saat ini, Teheran dan berbagai negara besar berada di masa perundingan mencapai kesepakatan mengenai program nuklir di negara itu.

Barat dan negara besar seperti, Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat menuduh Teheran berusaha meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya.

Hal ini terungkap dalam sesi pembicaraan Teheran dengan negara besar yang ditunjukan untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif tentang masalah ini pada 24 November mendatang, sementara Iran menegaskan program nuklirnya adalah untuk kesejahteraan sipil.

Dalam laporan 5 September lalu, IAEA menuduh Teheran gagal dalam menanggapi pertanyaan tentang program nuklirnya.

Iran memiliki waktu hingga 25 Agustus untuk mengklarifikasi lima poin yang tercantum dalam kesepakatan dengan IAEA pada Mei lalu. Dari jumlah tersebut, IAEA mengklaim hanya dua poin yang baru didiskusikan dengan Teheran.

Menurut Wakil Duta Besar Iran untuk PBB, Khodadad Seifi mengatakan, kongres sering menyatakan keraguan tentang negosiasi antara Iran dengan negara besar. Tetapi dalam waktu dua pekan kedepan, sebuah babak baru pembicaraan nuklir akan diadakan.

Sebelumnya di pertemuan Majelis Umum PBB, Senin lalu, Seifi menolak tuduhan bahwa Teheran tengah mengembangkan senjata nuklir seperti  yang dilontarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

“Pernyataan Perdana Menteri Israel itu termasuk tuduhan tak berdasar dan tak memiliki cukup bukti terhadap Republik Iran,”katanya.

Pekan lalu, Israel telah menolak untuk mengesampingkan aksi militer terhadap fasilitas nuklir di Iran, Israel berupaya mencegah kemungkinan Iran mengembangkan teknologi bom atom.

Tel Aviv sendiri secara umum diyakini memiliki dan tengah mengembangkan senjata nuklir, namun sampai saat ini pihak Israel tidak pernah mengakui hal itu.(T/P011/R12)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0