Ekslusif: Jurnalis Hassan Ghani, Kehilangan 15Kg Berat Badan karena Beritakan Gaza

Hassan Ghani, Wartawan peliput perang Gaza. (Photo: Nurhadis/MINA)

Hassan Ghani, pria berumur 39 tahun asal United Kingdom (Inggris) ini telah menjadi wartawan freelance sejak 2003. Pertama kali bertugas sebagai wartawan, Hassan meliput aksi protes besar di Skotlandia atas perang Irak yang dilancarkan Amerika Serikat, dan terjadi kerusuhan saat itu karena polisi kehilangan kendali. Saat itulah karirnya sebagai wartawan dimulai, dan hingga saat ini, dia telah banyak meliput ke daerah konflik seperti di Afghanistan, Irak, hingga Gaza.

Pada 2010, Hassan juga meliput di Kapal Mavi Marmara yang diserang Israel dan mengakibatkan 10 warga Turkiye syahid saat itu. Dan hari ini dia ikut bergabung dalam misi pelayaran untuk kembali menembus blokade Gaza, Freedom Flotilla Coalition yang diikuti 1.000 aktivis dari 40 lebih negara.

Wartawan MINA, Nurhadis dapat mewawancarai Hassan Ghani di Istanbul, Turkiye. Berikut hasil wawancaranya:

Mengapa anda terlihat kurus sekali, apakah anda sakit?

Jadi berat badan saya turun sekitar 15 kilogram. Sejak serangan ke Gaza dimulai (7 Oktober 2023), saya harus bekerja tujuh hari dalam sepekan untuk mengumpulkan gambar dan rekaman dan mencoba membuat tulisan tentang apa yang terjadi di Gaza.

Sangat sulit ketika Anda setiap hari melihat gambar-gambar yang mengerikan ini, hal-hal yang belum pernah Anda lihat seumur hidup. Dan bahkan lebih sulit lagi ketika Anda melihat rekan-rekan yang pernah bekerja bersama dengan Anda menarik anak-anak mereka dari reruntuhan.

Anda tahu, menjadi seorang jurnalis dan membahayakan nyawa sendiri adalah satu hal, tapi ketika keluarga anda sendiri, ketika keluarga rekan-rekan (jurnalis) Anda dibunuh, dijadikan sasaran, itu adalah hal lain. Dan ketika Anda melihat gambar-gambar ini berulang-ulang, kemudian Anda mengeditnya, memburamkan bagian tubuh anak-anak. Hal ini sangat sulit untuk dihadapi. Jadi, sulit untuk menjalani kehidupan yang normal bagi saya saat ini.

Anda tahu, saya menunda pernikahan saya karena hal ini (tugas jurnalis untuk Gaza), karena saya tidak bisa melakukan apa pun, tidak bisa merasa bahagia dan saya bahkan terkadang tidak bisa makan. Bagaimana Anda bisa makan ketika melihat orang-orang kelaparan, mati kelaparan, ketika melihat orang-orang yang bekerja dengan Anda, menarik anak-anak mereka dari reruntuhan, saya tentu merasa mual.

Jadi berat badan saya turun sekitar 15 kilogram. Tapi itu tidak masalah, Anda tahu, itu tidak terlalu penting. Saya hidup dengan nyaman di Inggris. Siapa yang peduli? Jadi, tentu saja hal itu (memberitakan kondisi korban Gaza) berdampak secara psikologis pada saya. Tapi saya bukan siapa-siapa. Bayangkan jika Anda seorang jurnalis di Gaza, Anda tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan diri Anda sendiri, Anda juga mengkhawatirkan keluarga Anda.

Baca Juga:  UEA Peringatkan Israel tentang Eskalasi Regional di Timteng

Orang Israel, mereka menunggu para jurnalis pulang. Mereka bahkan tidak membunuh mereka di jalan. Mereka menunggu para jurnalis sampai di rumah kemudian menembakkan rudal ke dalam rumah dan membunuh semua orang. Jadi sangat sulit untuk dihadapi. Dan lebih sulit lagi, tentu saja, bagi orang Palestina. Saudara-saudara kita di Palestina, para jurnalis, mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari. Jadi, ya, tentu saja hal ini berpengaruh.

Anda baru saja menikah kurang dari dua pekan dan Anda memutuskan untuk pergi dengan armada ini. Kenapa?

Sebenarnya, saya memutuskan untuk ikut Freedom Flotilla sebelum menikah dan kami telah menunda pernikahan kami. Dan kemudian saya bilang padanya (istri), “Saya akan pergi, ini adalah pekerjaan saya dan tidak ada yang bisa menghentikan saya. Dan saya berkata kepadanya untuk menunda pernikahan sampai saya kembali, tapi mungkin tidak akan kembali. Jadi apa gunanya? Siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan pada kapal ini? Jadi apa gunanya kita menikah jika saya tidak kembali? Lebih baik kamu menunggu. Dan kalau saya tidak kembali, kamu dapat melanjutkan hidup.

Tapi dia bilang, tidak, kita harus menikah sekarang. Lakukan sekarang sebelum kau pergi. Dia bersikeras, dan saya berkata, tidak. Dia mulai menangis, jadi saya berkata, “Oke, kita menikah.” Kami melakukannya dengan sangat cepat, satu hari persiapan. Ibunya, saudara perempuannya, orangtua saya, hanya sebuah upacara kecil di rumah. Dan alhamdulillah kami menikah. Saya menghabiskan tiga hari bersamanya, dan kemudian saya datang ke sini.

Dan, Anda tahu, alhamdulillah, dia sangat pengertian, tapi tentu saja, itu sulit baginya. Tapi, itu tidak masalah. Saya tidak ingin membicarakannya terlalu banyak karena hidup saya seperti ini, saya baik-baik saja.

Bayangkan jika Anda berada di Palestina sebagai seorang jurnalis. Ya, semua jurnalis punya masalah. Saya pikir jika Anda seorang jurnalis, ini bukan pekerjaan biasa. Jika Anda benar-benar percaya pada jurnalisme, ini bukan pekerjaan biasa. Pekerjaan Anda adalah mengungkap ketidakadilan.

Baca Juga:  Jamaah Haji Wafat Dibadalhajikan dan Dapat Asuransi, Ini Ketentuannya

Ketika saya tumbuh sebagai seorang anak, ayah saya adalah seorang insinyur dan juru kamera. Dan, ya, saya ingin juga menjadi juru kamera. Dan dia berkata, jangan jadi juru kamera, jadilah seorang jurnalis, karena Anda memiliki lebih banyak kekuatan untuk menceritakan sebuah kisah, atau Anda bisa menjadi juru kamera dan jurnalis. Maksud saya, juru kamera adalah wartawan.

Tapi, Anda tahu, dia ingin saya bisa bercerita karena dia bekerja di sana. Saya tidak akan menyebutkan namanya, tapi dia bekerja di sebuah perusahaan media barat dan dia sangat frustrasi dengan cara mereka meliput berita. Dan dia menanamkan hal itu kepada saya sebagai seorang anak. Tugas Anda sebagai jurnalis bukanlah untuk mendapatkan gaji. Tugasmu sebagai jurnalis adalah untuk mengatakan kebenaran, mengungkap ketidakadilan. Dan itu sudah ditanamkan dalam diri saya sejak kecil. Dan saya pikir setiap jurnalis, alasan Anda menjadi seorang jurnalis adalah untuk menyuarakan mereka yang tertindas, untuk mengungkap ketidakadilan. Dan hal itu tidak terjadi sampai sekarang.

Saya dibesarkan, dan belajar di Inggris, dan ini semua tentang cover both side, menceritakan kedua sisi cerita. Tapi, jika Anda melihat genosida dengan jelas, melihat kekejaman yang terjadi, maka Anda menceritakan kisahnya apa adanya. Ini bukan tentang 50:50. Jika seseorang, jika ada seorang pembunuh atau seorang pemerkosa dan ada seorang korban, Anda tidak mengatakan, oh, ini yang dikatakan oleh korban, tapi ini yang dikatakan oleh pemerkosa. Pemerkosa berkata, oh, saya melakukannya karena ini. Tidak, orang ini melakukan kejahatan. Mereka adalah kriminal.

Kadang-kadang, bahkan sebagai seorang jurnalis, ketika sudah sangat jelas apa yang terjadi, Anda harus memberitakannya. Saya tidak yakin apa kata yang tepat untuk mengatakannya, tapi Anda harus memberitakannya (Genosida oleh Zionis Israel yang terjadi di Gaza) apa adanya. Benar, kan?

Apa arti Gaza bagi Anda?

Ketika saya melihat foto kondisi Gaza sekarang, ada beberapa tempat, jalan-jalan yang pernah saya lalui, apartemen yang saya tinggali, beberapa orang Palestina yang sangat murah hati, baik hati, saat itu mereka membawa saya ke apartemen mereka, tinggal bersama mereka. Ada teman saya namanya Ahmed Hashim. Saat itu, saya tinggal di apartemennya. Saya melihat, ketika saya mengedit beberapa rekaman dari hari ke hari, saya melihat jalan yang sama dengan yang saya lalui. Saya melihat di mana apartemen-apartemen itu berada. Dan tidak ada apa-apa di sana. Itu benar-benar hilang (hancur dibombardir Israel). Dan itu menghancurkan hati saya.

Baca Juga:  Tuntunan Doa Berlindung dari Empat Jenis Fitnah

Dan Gaza yang kami kenal, sudah bukan tempat yang sama lagi. Tapi pada saat yang sama, Anda tahu, saya memiliki banyak masalah dalam hidup saya sebelum ini. Dan saya kesal dengan hal ini, dan depresi. Tapi ketika saya melihat cara orang-orang Palestina, mereka membela diri mereka sendiri, itu membuat saya sadar bahwa masalah saya tidak ada apa-apanya. Jadi bagi saya, orang-orang Palestina di Gaza adalah sebuah inspirasi.

Mereka menempatkan hidup saya dalam perspektif yang menyadarkan bahwa masalah saya tidak ada apa-apanya. Dan mereka juga menunjukkan kepada seluruh dunia siapa yang benar-benar berada di pihak kebenaran dan keadilan dan siapa yang hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri atau siapa yang dibeli, siapa yang terjual kepada kekuatan-kekuatan. Satu-satunya cara yang bisa saya gambarkan atas apa yang terjadi di Gaza adalah sebuah kejahatan.

Jadi bagi saya, orang-orang Gaza adalah sebuah inspirasi. Dan mereka juga telah menunjukkan kepada dunia, sungguh, wajah asli dari Presiden Biden, wajah asli dari pemerintah-pemerintah Barat. Dan saya pikir pemerintah-pemerintah Barat sekarang tidak bisa lagi berbicara tentang hak asasi manusia, tidak akan pernah, karena mereka telah terlibat dalam kejahatan terburuk yang pernah terjadi di zaman kita.

Saya telah meliput beberapa perang di Afghanistan, Somalia dan beberapa tempat lain. Saya belum pernah melihat kebiadaban seperti ini (yang terjadi di Gaza) dalam hidupku. Gaza, telah membuka mata seluruh dunia. Dan saya kagum dan sangat terinspirasi, tapi saya juga sangat sedih.

Warga Gaza benar-benar telah menunjukkan kepada kita kemulian dan betapa bermartabatnya mereka. Maksud saya, jika Anda membayangkan apa yang akan terjadi di negara lain jika terjadi kekacauan hukum dan ketertiban, orang-orang akan saling membunuh di jalanan. Orang-orang akan saling mencuri satu sama lain. Orang-orang Palestina, entah bagaimana mereka tetap mempertahankan martabat mereka dan mereka adalah contoh bagi kita semua. Dan saya berharap saya dapat memiliki tingkat ketekunan, kekuatan yang mereka miliki. Dan, Anda tahu, saya tidak menyalahkan mereka atas apa pun yang mereka lakukan sebagai tanggapan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Rudi Hendrik