AFGHANISTAN MENANDAI HARI PEREMPUAN PEDESAAN DENGAN AGRO-ADIL

(foto: blogs.worldbank)
(foto: blogs.worldbank)

Kabul, 4 Muharam 1437/17 Oktober 2015 (MINA) – Bibi Nabila, seorang petani perempuan di , sangat gembira ketika presiden negaranya, Mohammad Ashraf Ghani, mengatakan padanya bahwa semua susu buatannya akan dibeli oleh pemerintah dalam pertemuan tak terduga.

Pada Kamis (15/10) Afghanistan bergabung dengan seluruh dunia dalam merayakan hari internasional untuk wanita pedesaan, yang ditandai dengan agro-adil besar yang diadakan di ibukota Kabul.

Agro adil adalah sebuah kebijakan pemerintah setempat untuk meningkatkan hasil pertanian dan warganya serta membelinya secara langsung. Ekonomi warga sempat terpuruk sebagai akibat konflik yang akhir-akhir ini terjadi.

Nabila bersama dengan petani lainnya mendapat kesempatan untuk menampilkan produk mereka di jantung ibukota. Ribuan warga Afghanistan berbondong-bondong datang ke acara tersebut yang hanya diselengarakan selama tiga hari, mengingat situasi genting di Kabul yang telah dua kali di bom dalam 36 jam terakhir.

“Saya dari daerah Kama Nangarhar. Kami adalah sekelompok wanita yang menjaga ayam. Telur yang kami pamerkan disini adalah apa yang kami jual, kami meminta anda untuk membantu mempromosikan usaha kami,” kata Nabila dengan berani kepada Ghani di tengah keramaian yang disebabkan oleh kerumunan penjaga keamanan.

Terkesan dengan keberanian Nabila dan dagangannya yang disusun dengan rapi, Ghani menjawab, “Terus bekerja dengan baik. Saya akan membeli produk anda untuk pasukan keamanan. Itu adalah janji.”

Beberapa menit setelah berbicara dengan Ghani, dia mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ini adalah hal yang fenomenal dan aku sangat bahagia.

Meskipun hal itu termasuk persepsi populer, namun kegiatan bekerja di ladang sendiri atau dalam kelompok adalah suatu hal normal bagi perempuan di desa-desa yang ada di Afghanistan. Perempuan bertanggung jawab untuk proporsi yang signifikan dari angkatan kerja di wilayah pedesaan negara tersebut, namun partisipasi mereka jarang dihargai.

Hal yang membuat para petani perempuan untuk membawa produk mereka agar di pamerkan adalah karena penyebab kurangnya sumber daya teknis yang kronis, sumber daya keuangan dan akses pasar.

Namun, ada juga petani yang sukses dalam usahanya. Seperti Fehmeda Shareef yang mendirikan kios yang dibantu oleh suami serta anak perempuannya untuk menjual acar, susu buatan sendiri dan kerajinan. Keuntungannya, ia menandatangani dua kontrak dengan distributor lokal di Kabul.

“Wanita dapat melakukan hal yang jauh lebih baik di bidang pertanian, kerajinan dan bidang lainnya jika mereka dirorong oleh pemerintah,” katanya.

Ibu negara Rula Ghani, juga melakukan hal yang sama. Dia melakukan kunjungan ke setiap kios bersama dengan suaminya. Sangat berbeda dengan mantan presiden Hamid Karzai yang jarang terlihat bersama isterinya di depan umum.

Ini adalah salah satu alasan mengapa beberapa pengamat berpendapat bahwa pemerintah Kabul yang sekarang lebih baik dalam hal melindungi hak-hak perempuan dalam masyarakat Afghanistan yang konservatif.

Mehbooba Siraj selaku penyeru hak kampanye perempuan adalah salah satu dari pengamat tersebut. “Ini adalah kesempatan terbaik untuk perempuan pedesaan untuk meminta haknya,” katanya sambil menanggapi beberapa pertanyaan peserta di pameran tersebut.

Konflik yang terjadi selama sepuluh tahun terkahir telah menghancurkan sebagian segmen masyarakat Afghanistan, termasuk masyarakat pertanian.

Ketenangan yang berkurang selama dekade terakhir telah memungkinkan banyaknya petani untuk mendapatkan dana untuk proyek-proyek mereka yang dirancang untuk menghidupkan kembali ekonomi berbasi agro yang selama ini ditahan di negara mereka.

Proyek-proyek tersebut meliputi pembentukan rumah kaca, penyimpanan dingin bagi petani yang berada di iklim yang keras, menyediakan dana dan pelatihan untuk mengembangkan serta mengelola unggas dan susu di peternakan.

Khawatir akan donor asing yang sewaktu-waktu bisa saja menghilang, Mehbooba Sirah mendesak masyarakat internasional untuk turun tangan untuk menyelesaikan proyek-proyek tersebut.

“Para petani perempuan harus memastikan bahwa mereka mampu untuk mencapai tujuan akhir untuk pertanian yang berkelanjutan,” ujarnya kepada peserta. (T/mar/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0