AGAR HUJAN TURUN

Yakhsallah Mansyur

Yakhsallah MansyurOleh: Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا(12)

Mintalah ampun kalian kepada tuhan kalian, sesungguhnya Dia maha pengampun, Dia-lah yang menurunkan dari langit untuk kalian dengan begitu derasnya, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan [pula di dalamnya] untukmu sungai-sungai. (12).” (QS Nuh [71]: 10-12)

Disebutkan dalam sebuah atsar bahwa seorang laki-laki pernah mengadukan kepada seorang tokoh tabiin, Hasan Al-Bashri tentang musim paceklik yang terjadi, lalu ia menasehatkan, “Beristighfarlah (mohon ampun) kepada Allah”, kemudian orang lain mengadukan tentang kemiskinannya lalu ia pun menasehatkan “Beristighfarlah (mohon ampun) kepada Allah”. Kemudian orang lain mengadu lagi tentang kekeringan  kebunnya, Hasan Al-Bashri menasehatkan, “Beristrighfarlah (mohon ampun) kepada Allah.” Kemudian orang lain mengadu lagi tentang dirinya yang belum dikaruniai anak, ia menasehatkan, “Beristighfarlah (mohon ampun) kepada Allah.” Kemudian setelah itu Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas.

Ketika menafsirkan rangkaian ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Jika kalian bertaubat kepada Allah, minta ampun (beristighfar) kepadanya dan mentaati-Nya, niscaya kalian akan mendapatkan banyak rizki, akan diberi keberkahan hujan dari langit, akan diberi keberkahan dari tanah dengan ditumbuhkannya berbagai tanaman, akan dilimpahkan air susu, akan dilapangkan harta dan dikaruniakan anak, akan dijadikan kebun-kebun dengan berbagai buah-buahan di dalamnya sungai-sungai yang mengalir di tengah-tengahnya.”

Dari uraian, di atas kita ketahui bahwa istighfar merupakan salah satu solusi bagi berbagai problematika kehidupan termasuk terjadinya kekeringan yang berkepanjangan dan kabut akibat kebakaran hutan dan ketiadaan turun hujan.

Pada ayat ini Allah berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al-Anfal: 33)

Berkenaan dengan ayat ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda yang artinya “Allah menurunkan dua alat pengaman kepadaku untuk umatku (Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam lalu membaca Qs. Al-Anfal: 33 di atas). Selanjutnya beliau bersabda, “Ketika aku meninggal dunia maka aku tinggalkan pengaman di tengah-tengah mereka berupa istighfar sampai hari kiamat.” (HR Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam juga bersabda,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Siapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud)

Oleh karena itu, istighfar (mohon ampun) kepada Allah adalah cara ampuh untuk istisqa’ yaitu permintaan kepada Allah untuk diturunkan hujan.

Di samping itu ada beberapa cara ampuh lainnya untuk meminta hujan, yaitu;

Pertama, meninggalkan maksiat, khususnya tidak berzakat

Dalam hadis yang menjelaskan tentang kemaksiatan-kemaksiatan yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan hidup, Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “… dan tidaklah mereka enggan membayar zakat kecuali hujan akan ditahan dari langit dan andaikata bukan karena hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun.” (HR. Ibnu Majah)

Kedua, konsisten dalam menjalankan syariat

Firman Allah:

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

 Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan”
(memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Qs. Al-Jin: 16)

Sebagian ahli tafsir menjelaskan ayat ini, “Seandainya mereka berpegang teguh dengan ajaran Islam dan terus menjalaninya, maka mereka akan diberi minum air segar, artinya rizki yang lapang”.

Ketiga,  minta hujan

Shalat minta hujan yang disebut shalat istisqa’ hukumnya adalah sunnah muakkad. Shalat istisqa’ dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendirian boleh di dalam masjid atau di luarnya. Hanya lebih utama dilakukan secara berjamaah dan dilakukan di luar masjid.

Imam Syafii berpendapat, tempat shalat itisqa’ adalah di tanah lapang karena itulah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam.

Adapun waktunya, menurut Jumhur Ulama  boleh dilakukan kapan saja, asalkan bukan waktu dilarang utnuk shalat. Sedang caranya adalah sebagaimana shalat  Ied, dilaksanakan dua rakaat, pada rakaat pertama takbir sebanyak 7 kali dan pada rakaat kedua, takbir sebanyak 5 kali. Hal ini berdasarkan hadist dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan shalat istisqa’ dua rakaat sebagaimana melaksanakan shalat Ied.” (HR. Bukhari Muslim).

Keempat, imam shalat Jumat berdoa minta hujan dalam khutbah

Hal ini berdasarkan hadis dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu,

أن رجلا دخل المسجد يوم الجمعة ، من باب كان نحو دار القضاء ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب ، فاستقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما ، ثم قال : يا رسول الله ، هلكت الأموال وانقطعت السبل ، فادع الله يغثنا . فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه ، ثم قال :اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا . قال أنس : ولا والله ، ما نرى في السماء من سحاب ، ولا قزعة ، وما بيننا وبين سلع من بيت ولا دار . قال : فطلعت من ورائه سحابة مثل الترس ، فلما توسطت السماء انتشرت ثم أمطرت . فلا والله ما رأينا الشمس ستا

Seorang lelaku memasuki masjid pada hari jum’at melalui pintu searah dengan Daarul Qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah dengan posisi berdiri. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x).

Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun”.

Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’.” (HR. Bukhari no.1014, Muslim no. 897)

Kelima, berdoa minta hujan

Para ulama sepakat akan bolehnya berdoa minta hujan tanpa didahului dengan melaksanakan shalat, baik dilakukan dengan berjamaah atau sendiri, boleh di dalam masjid atau di luarnya. Berdoa meminta hujan dapat dilakukan dengan lafadz dan bahasa apa saja, asalkan dapat dimengerti maksudnya. Namun lebih baik jika kita mengikuti doa yang bersumber (ma’tsur) dari Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam.

Di antara doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً ,سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ،

Ya Allah siramlah kami dengan hujan yang menyelamatkan, yang mudah, nyaman lagi menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, dan menyeluruh, yang lestari sampai hari kiamat. Ya Allah siramilah kami dengan hujan dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang berputus asa. (H.R Muslim)

Oleh karena itu, mari kita banyak membaca doa ini terutama setelah shalat wajib, karena dia termasuk waktu yang mustajab.(P004/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0