ASEAN.png">ASEAN.png" alt="ASEAN" width="1" height="1" />Naypyidaw, 19 Muharam 1435/12 November 2014 (MINA) – Presiden Organisasi Nasional Arakan-Rohingya, Nurul Iman menyatakan anggota ASEAN memiliki kewajiban menemukan cara dan mencari solusi mengakhiri konflik yang menimpa Muslim Rohingya.
Nurul Iman dalam sebuah tulisannya, mendesak untuk mengagendakan hal tersebut pada pertemuan ASEAN mendatang yang untuk pertama kali diadakan di Naypyidaw, Myanmar.
“Penderitaan Muslim Rohingya harus dibahas dalam agenda,” kata Nurul seperti yang diberitakan oleh Rohingya News Agency dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Menurutnya kegagalan untuk membahas isu Rohingya merupakan upaya yang disengaja oleh Myanmar dengan tidak mengakui Rohingya dalam sensus kenegaraan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pengakuan (sensus) yang diadakan oleh pemerintah merupakan penentu nasib Muslim Rohingya di masa mendatang.
Pemerintah Myanmar mendapat pujian dari dunia internasional untuk reformasi politik dan ekonomi. Namun pada nyatanya, telah gagal melindungi Rohingya sejak pemerintah transisi pada 2012.
Setiap hari Muslim Rohingya ditolak hak asasi yang paling dasar mereka dan terus menghadapi kejahatankemanusiaan serta pembersihan etnis. Myanmar bukan hanya anggota dari badan regional, tetapi menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN pada 2014.
Perlakuan terhadap Rohingya merupakan tolak ukur sejauh mana negara-negara anggota ASEAN menganggap serius komitmen mereka untuk kerja sama regional dalam melindungi hak asasi manusia dan bertanggung jawab melindungi penduduk dari kejahatan massal.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Sejauh ini, negara-negara ASEAN dan komunitas internasional yang lebih luas gagal dalam komitmen ini,” tegasnya.
Menurutnya, selama beberapa dekade dunia internasional telah menutup mata terhadap penganiayaan yang ditujukan oleh Muslim Rohingya, yang menurut PBB merupakan minoritas teraniaya di dunia.(T/P004/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam