Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Islam Mengatur Cinta Dan Cemburu

Nur Hadis - Ahad, 26 Februari 2017 - 23:17 WIB

Ahad, 26 Februari 2017 - 23:17 WIB

2491 Views

ilustrasi

cinta-dalam-diam-21-300x188.jpg" alt="" width="300" height="188" /> ilustrasi

Oleh: Nia Kurniati Nurlaila, Mahasisiwi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah, UIN Lampung.

Siapapun insan dapat merasakan kehadiran cinta dalam setiap langkah hidupnya. Hadirnya cinta akan membawa kebahagiaan dan rasa nyaman  bagi setiap hamba-hamba-Nya. Namun, karena cinta pula lah manusia biasa dapat berbuat di luar batas fitrahnya untuk memperibadati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan mendurhakai-Nya.

Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya:

الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Artinya: “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. Az-Zukhruf: 67).

Cinta yang indah hadir di kalangan kaum Muslimin. Ia berlandaskan iman dan taqwa yang senantiasa membuat pemiliknya menjadi bahagia tanpa gundah gulana. Namun sering kita jumpai cinta menimbulkan rasa cemburu, baik di kalangan remaja maupun dewasa. Inilah yang kekuasaan yang Allah berikan dalam diri manusia, yang menaruh rasa cemburu kepada hamba-Nya,untuk menjaga martabat dan harga dirinya.

Cemburu Terpuji karena Cinta Ilahi

Telah hadir kisah cinta yang mulia dari ‘Aisyah kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam, Dalam kisahnya, ‘Aisyah pun pernah mencemburui Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wassalam, Ia berkata, “Aku mencemburuinya karena jangan-jangan beliau mendatangi salah satu istrinya. Lalu datanglah beliau dan melihat keadaanku. Beliau berkata, ‘Apakah engkau cemburu?, Jawabku, Apakah orang sepertiku tidak pantas untuk cemburu terhadap orang sepertimu?’ Rasulullah berkata, ‘Sungguh, setanmu telah datang.’ (HR. Muslim dan Nasa’i)

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Rasa cemburu tentu sering melanda kebanyakan manusia, anak-anak maupun remaja, dewasa ataupun  tua.

Jabir bin ‘Atik meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, ‘Cemburu itu ada yang dicintai Allah dan ada pula yang dibenci-Nya. Adapun yang dicintai Allah adalah cemburu terhadap hal-hal yang bias menimbulkan tuduhan dan keragu-raguan. Sedangkan cemburu yang dibenci Allah adalah cemburu terhadap hal-hal yang tidak menyebabkan tuduhan dan keragu-raguan. (HR. Abu Dawud)

Nabi bersabda, “Tiga golongan yang tidak akan masuk syurga dan Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, yaitu orang yang durha kepada kedua orangtuanya, wanita yang menyerupai pria dan dayuts”

Dalam hal ini, Dayuts adalah suami yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. Dengan adanya rasa cemburu inilah seorang suami ataupun istri dapat menjaga harga dan martabat mereka.

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Bahagia: Kunci Kesuksesan Muslimah di Rumah

Namun, berbicara tentang cinta dan hadirnya rasa cemburu yang terpuji, Islam memberikan solusi tentang cinta yang datang di mana waktu kurang tepat, pelaku pun sering terjebak ke dalam cemburu yang tiada berharga dan berguna. Karena yang Ia cemburui bukanlah seseorang yang terikat dalam ikatan yang kuat dan kokoh yakni akad. Hingga dikatakan cemburu buta dan tuli yang tak terikat.

Bukan cinta dan Bukanlah cemburu yang tak terikat

Aneh namun nyata, Allah lah yang berkuasa terhadap segala sesuatu, termasuk saat remaja beranjak dewasa. Cintapun datang menghampiri seperti musim cheri yang tak diminta, tapi hadir dengan sendirinya.

Lalu bagaimana jika remaja yang sedang bersemi dalam cinta namun tak kuasa untuk menolaknya tapi tak sanggup pula untuk menikah, secara ekonomi.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

Berkaitan dengan hal tersebut Islam memberikan kesempurnaan dengan penjelasan dalam firman-firman-Nya dan contoh utusan Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wassalam.

وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَـٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّـٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآٮِٕڪُمۡ‌ۚ إِن يَكُونُواْ فُقَرَآءَ يُغۡنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ۬

Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”(QS. An-Nuur [24]: 32).

Dalam Tafsir Jalalayn, (Dan kawinkanlah orang-orang yang sendiri di antara kalian) baik permpuan atau janda, dan laki-laki yang tidak mempunyai istri. Hal ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan yang merdeka (dan orang-orang yang layak kawin) yakni yang mukmin (Dari hamba sahaya). (Jika mereka) yakni orang-orang yang merdeka itu (miskin Allah akan memampukan mereka) berkat adanya perkawinan itu (dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas) pemberian-Nya kepada makhluk-Nya (lagi maha mengetahui) mereka.

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Adapun kata وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَـٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّـٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآٮِٕڪُمۡ‌ۚ إِن yakni atinya, “Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya (An-Nur 32), sampai akhir ayat.

Ali ibnu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Ababas, bahwa makna ayat ini mengandung anjuran kepada mereka untuk kawin. Allah memerintahkan orang-orang yang merdeka dan budak-budak untuk kawin, dan Dia menjajnikan kepada mereka untuk memberikan kecukupan. Untuk itu Allah Swt. Berfirman: “Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. “ (Q.S. An-Nur [24]: 32)

Takutlah hanya kepada Allah

Telah menjadi sunnatullah ketika seorang hamba mulai merasakan kehadiran cinta yang memikat hatinya, dan telah menjadi ketetapan Allah lah cinta dan cemburu dapat hadir di dalam diri seorang hamba.

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Cinta yang dilakukan seorang hamba kepada Rabb-Nya, tidak lain untuk mendapatkan Syurga-Nya, dan merasa takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Karena cinta tumbuh atas kuasa Allah di dalam hati setiap mu’min dan menjadikannya terasa indah.

Ketika cinta timbul dalam keluarga, mahligai hidup suami istri, yang terjalin atas ikatan yang kuat dan kokoh tentu akan membentengi godaan syaitan yang senantiasa ingin menjerumuskan manusia dalam keadaan hina yang menjerumuskan ke dalam pertikaian kehidupan suami istri.

Adapun Rasulullah Sallahu’alaihi Wassalam bersabda, “Berwasiatlah kalian dengan kebaikan sehubungan dengan wanita, karena sesungguhnya kalian mengambil (memperistri) mereka dengan amanat dari Allah dan kalian halalkan farji mereka dengan menyebut kalimat Allah.”

Semoga cemburu yang dapat membelenggu tanpa alasan yang benar dan cinta yang tak dihalalkan kehidupan kaum muslimin dan muslimat tak dapat hadir untuk mengotori dan meruntuhkan iman juga taqwa  kita semua. Amiin. (Nia/RS2)

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
MINA Millenia
Tausiyah
Palestina
Breaking News