Catatan Hari Perempuan Internasional: Pelanggaran terhadap Tahanan Perempuan Palestina Semakin Parah

Perempuan Palestina di penjara pendudukan Israel. (Foto: Ma'an News Agency)

Gaza, MINA – Jumat, 8 Maret 2024, menandai Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day). Namun nasib tahanan perempuan di penjara pendudukan semakin parah.

Pusat Informasi Palestina melaporkan, penangkapan terhadap perempuan, termasuk anak-anak di bawah umur, merupakan tindakan paling menonjol yang dilakukan oleh pendudukan Israel dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sejak tanggal 7 Oktober, karena jumlah yang ditahan Israel mencapai sekitar 240 tahanan. Termasuk di Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki, dan perempuan dari wilayah yang diduduki pada tahun 1948.

Menurut Klub Tahanan Palestina, jumlah tahanan perempuan Palestina di antaranya 2 anak di bawah umur, 24 ibu-ibu, dan 12 tahanan administratif. Termasuk seorang pengacara dan seorang jurnalis, 12 pelajar perempuan, dan 11 orang yang menghadapi penyakit.

Perempuan lainnya, termasuk dua orang tahanan perempuan yang terluka, dan satu orang tahanan perempuan yang merupakan istri dan ibu dari para tahanan. Termasuk saudara perempuan para syuhada, serta ibu seorang syahid di antara para tahanan.

Sementara tidak ada perkiraan yang jelas mengenai jumlah tahanan perempuan tersebut yang ditangkap dari Gaza.

Memang ada beberapa dari mereka kemudian dibebaskan, dan mungkin ada tahanan perempuan di kamp-kamp pendudukan, dan mereka dapat dihilangkan secara paksa.

Pasukan pendudukan Israel terus meningkatkan operasi penangkapan sistematis terhadap perempuan Palestina di seluruh wilayah Palestina, tidak terkecuali anak di bawah umur. Termasuk menahan perempuan sebagai sandera, dengan tujuan menekan anggota keluarga yang menjadi sasaran pendudukan agar menyerahkan diri. Namun kaum perempuan itu tidak mau menunjukkan di mana keberadaan para pejuang dari kalangan pemuda, suaminya, pamannya atau anaknya yang laki-laki.

Aksi penyanderaan ini merupakan salah satu kejahatan paling menonjol yang meningkat secara signifikan setelah tanggal 7 Oktober 2023. Bahkan beberapa di antara kaum perempuan itu, sudah lanjut usia dan berusia di atas tujuh puluh tahun.

Mengingat aksi penyanderaan ini tidak berdampak bagi tujuan pendudukan, kaum perempuan yang disandera itu menerima perlakuan penyiksaan dan ancaman, sampai pada ancaman akan membunuh anak laki-laki atau suaminya yang menjadi sasaran.

Selain itu, pasukan Israel juga melakukan intimidasi terhadap anak-anak kaum perempuan, serta merampas uang dan perhiasan emas mereka.

Dari semua itu, kejahatan paling nista adalah penyerangan seksual, termasuk pelecehan, penggeledahan telanjang, dan ancaman pemerkosaan terhadap perempuan tahanan Palestina.

Ada laporan mengenai tahanan perempuan dari Gaza yang menjadi sasaran pemerkosaan. Laporan ini mengkonfirmasi kesaksian para tahanan perempuan yang dibebaskan secara khusus selama gelombang pembebasan yang berlangsung pada bulan November lalu, serta kesaksian para tahanan perempuan di dalam penjara, dan para perempuan yang kerabatnya menghadapi penangkapan dan penuntutan.

Penjara Hasharon, sebagai tempat penampungan sementara untuk menahan tahanan perempuan, sebelum mereka dipindahkan ke Penjara Damon, menjadi saksi penggeledahan telanjang yang dilakukan pasukan Israel terhadap sebagian besar tahanan perempuan Palestina. Demikian menurut puluhan kesaksian yang didokumentasikan oleh lembaga-lembaga yang peduli dengan urusan tahanan.

Kesaksian yang mengejutkan Organisasi hak asasi manusia Palestina mendokumentasikan kesaksian dari salah satu tahanan perempuan yang ditangkap setelah tanggal 7 Oktober. Dia membenarkan, selama proses penangkapan dan penyelidikan, dia menjadi sasaran penyerangan dan pelecehan seksual dan verbal, ketika salah satu tentara Israel pria menyentuhnya di bagian kepala dan kaki dengan cara yang tidak pantas,

Tentara itu juga menghinanya dengan istilah-istilah yang tidak senonoh, dan mengancamnya lebih dari satu kali.

Para tentara juga melemparkan puntung rokok dan sisa makanan kepadanya untuk menghinanya.

Tahanan tersebut juga dipukuli lebih dari satu kali oleh tentara, yang menyebabkan rasa sakit di tubuhnya, dan tidak ada pengobatan yang diberikan padanya.

“Saya dan tahanan perempuan lainnya tiba di Penjara Hasharon. Mereka (petugas ) memasukkan kami ke dalam sel yang lantainya lembab penuh air. Lalu kami dipindahkan ke sel lain dan digeledah oleh penjaga wanita. Salah satu penjaga wanita memukul wajah saya, setelah saya dipukuli dengan kejam selama penangkapan,” ujar salah seorang tahanan perempuan, tanpa menyebut namanya, usai pembebasannya.

Dalam kesaksian lainnya, “Tiga penjaga penjara wanita datang dan memperlakukan saya dengan brutal dan dengan cara yang sangat memalukan. Mereka menghina saya dengan kata-kata terburuk sepanjang waktu tanpa henti. Mereka memaksa saya berjalan dengan anggota tubuh terikat dan mata saya ditutup. Dan sepanjang waktu saya dipindahkan, sipir penjara wanita berkata, ‘Ini bukan negaramu. Tinggalkan saja.’”

, ketika pendudukan Israel melakukan invasi darat ke Gaza, sejak tanggal 27 Oktober lalu, mereka melakukan penangkapan secara luas terhadap perempuan dari Gaza, termasuk anak perempuan di bawah umur dan orang lanjut usia. Kaum perempuan itu kemudian ditahan di kamp-kamp, selain di penjara Damoun.

Di penjara Damoun, masih ada dua tahanan perempuan dari Jalur Gaza yang masih ditahan di sana secara terpisah dari tahanan perempuan dari wilayah Palestina lainnya.

Tahanan perempuan itu juga menderita kelaparan yang diterapkan oleh administrasi penjara setelah tanggal 7 Oktober, dengan melarang tahanan laki-laki dan perempuan mendapatkan pasokan makanan tambahan. Serta tidak mendapatkan perawatan medis.

Kini, banyak kondisi penahanan yang tragis di dalam Penjara Damoun, karena poenyakit yang dialami tahanan. Banyak tahanan perempuan yang terpaksa tidur di lantai, dengan kondisi yang parah, tanpa selimut. Ditambah ketika gelombang musim dingin yang ekstrem.

Beberapa tahanan perempuan tetap mengenakan pakaian saat mereka ditangkap, dan tidak pernah menggantinya dengan pakaian lain, karena tidak disediakan.

Para tahanan perempuan juga menderita karena pihak administrasi penjara Israel sengaja menyediakan air yang tidak dapat diminum. Kalaupun ada airnya kotor.

Perempuan Palestina, serta seluruh lapisan masyarakat Palestina, menjadi sasaran operasi penahanan administratif (tanpa dakwaan), yang meningkat dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.

Jumlah tahanan administratif itu, pada akhir Februari mencapai 3.558 orang, termasuk 12 tahanan perempuan. Termasuk dari perempuan itu adalah jurnalis, pengacara, dan mahasiswi.

Sebagian besar dari mereka dipenjara tanpa persidangan dengan tuduhan melakukan penghasutan di situs jejaring sosial. Sebuah dalih paling menonjol yang digunakan oleh pendudukan Israel untuk menangkap warga Palestina.

Di tengah peringatan dunia menadai Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang diperingati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya, sejak tahun 1977. Masih banyak tugas besar bagaimana menyelamatkan kaum perempuan dari balik penjara pendudukan Israel yang tak berperikemanusiaan itu.

PBB, dunia internasional, dunia Islam, dan lembaga hak-hak nasai manusia, tentu tidak boleh tinggal diam tanpa gerakan berarti menyelamatkan nasib kaum perempuan Palestina, terutama yang mendekam di balik penjara, untuk menikmati kebebasan mereka dengan adil. (T/RS2/R1)

Sumber : Palinfo.

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.