Darurat Kritis RS di Gaza, Ancam Kematian Tiap Menit

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

di Gaza berada dalam keadaan darurat kritis, karena pemadaman listrik, habisnya bahan bakar dan obat-obatan, akibat dari blokade ketat pendudukan Israel dan pengeb oman terus-menerus pasukan militer Israel.

Kementerian Kesehatan Palestina mengirimkan panggilan darurat mendesak kepada semua pemilik pompa bensin dan siapa pun yang memiliki solar untuk segera menghubungi Kementerian Kesehatan guna menyelamatkan nyawa orang yang terluka dan sakit, karena rumah sakit mulai beroperasi menggunakan bahan bakar generator listrik. Seperti dilaporkan Jaridah Al-Quds, Selasa (17/10).

Direktur Jenderal Urusan Administrasi Kementerian Kesehatan, Mahmoud Hammad, mengatakan terdapat kesulitan besar dalam menyediakan solar untuk tangki bahan bakar Kompleks Medis Rumah Sakit Asy-Syifa dan seluruh rumah sakit serta pusat kesehatan lainnya di Jalur Gaza.

Dia menjelaskan, kehabisan obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan bahan bakar merupakan pertanda bencana kemanusiaan, dan membuat pasien di perawatan intensif, inkubator, dan unit kritis berada dalam bahaya dan kematian yang tak terelakkan.

Dia menyebutkan, toko-toko yang berada dalam koordinasi Kementerian Kesehatan juga sudah kosong dari obat-obatan.

Dia menyerukan kepada mitra, lembaga donor, serta negara-negara Arab dan Islam untuk mendukung sektor kesehatan di Gaza guna mempertahankan penyediaan layanan kesehatan, demi menyelamatkan nyawa yang terancam.

Sementara itu, pejabat media pemerintah di Jalur Gaza, Salama Marouf, mengatakan kehabisan bahan bakar berarti hukuman mati bagi bayi yang sakit, terluka, dan prematur di rumah sakit, karena pihak Rumah Sakit tidak dapat bekerja tanpa listrik.

“Intervensi internasional untuk membuka penyeberangan Rafah guna memasok bahan bakar, bantuan medis, air, dan makanan ke Gaza, menjadi sangat penting dan mendesak,” ujar Marouf.

Selain itu, pemerintah kota juga bergantung pada bahan bakar untuk memompa air dan mengangkut limbah.

Langkanya bahan bakar juga menjadikan Jalur Gaza terancam bahaya kesehatan yang mengancam penduduknya.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan, cadangan bahan bakar di seluruh diperkirakan hanya bertahan selama 24 jam.

Petugas Medis Mulai Kelelahan

Dokter Asem Jabr mengatakan kepada Anadolu Agency, bahan bakar adalah kunci kelangsungan hidup pasien dan orang yang terluka.

“Kehabisan bahan bakar berarti menghentikan peralatan medis dan menghentikan layanan, yang berarti eksekusi ratusan atau ribuan pasien, termasuk bayi prematur di inkubator,” ujarnya.

Ia menyebutkan, tim medis saat ini sudah sangat kelelahan, tapi mereka tetap harus bekerja semaksimal mungkin menangani pasein yang diantar ke Rumah Sakit setiap menit.

Kekhawatiran semakin meningkat mengenai 350.000 orang di Gaza yang menderita penyakit kronis seperti diabetes, dan juga kesulitan mengakses layanan kesehatan, ujarnya.

Menteri Kesehatan Palestina Mai Al-Kulai sebelumnya telah memperingatkan runtuhnya sektor kesehatan di Jalur Gaza, dan mengatakan bahwa perang masih terus berlanjut.

Ini berarti masih akan lebih banyak pembunuhan, luka-luka dan kehancuran, dan dunia saat ini dituntut untuk bekerja serius dan cepat untuk menghentikannya, pintanya.

Dia menambahkan, kepadatan penduduk dan kekurangan listrik dan air menyebabkan penyakit menular dan epidemi yang dapat melintasi perbatasan dan dunia.

Ia memperingatkan, kegagalan untuk melakukan intervensi dan menyelamatkan sektor ini dengan air, listrik dan obat-obatan mengancam runtuhnya sektor kesehatan.

Dalam perkembangan terkait, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, mereka perlu segera mencapai Gaza untuk mengirimkan bantuan dan pasokan medis.

WHO juga memperingatkan akan adanya krisis kemanusiaan jangka panjang di Jalur Palestina.

Kondisi RS Indonesia

Kondisi kritis juga menghinggapi Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Ini seperti dilaporkan relawan MER-C di Jalur Gaza, Fikri Roiful Haq.

“Untuk pelayanan Rumah Sakit Indonesia ini masih terbuka 24 jam, di mana ambulans juga masih terus stay selama 24 jam di pintu darurat Rumah Sakit. Kondisi ini mngakibatkan tenaga medis di Rumah Sakit Indonesia mengalami kelelahan karena mereka terpaksa 24 jam bekerja, mengingat jumlah korban yang masih terus bertambah khususnya di Rumah Sakit Indonesia,” kata Fikri kepada Minanews, Selasa (17/10).

Ia mengatakan, saat ini RS Indoneisa juga mengalami krisis obat-obatan karena sejauh ini belum ada bantuan obat-obatan atau bantuan logistik yang bisa masuk.

“Pihak Rumah Sakit Indonesia berharap obat-obatan dan bantuan segera masuk ke jalur Gaza untuk membantu para medis menangani korban yang terkena serangan,” katanya.

Fikri melaporkan, sejauh ini setidaknya ada 470 lebih orang syahid dan 1.800 lebih warga luka-luka yang dirujuk ke RS Indonesia tersebut. Sementara puluhan dari mereka masih menjalani rawat inap.

Bukan hanya itu, RS Indonesia pun mengalami serangan udara dari militer pendudukan Israel pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023. Serangan itu mengakibatkan satu staf lokal MER-C bernama Abu Romzi, yang tengah berada di dekat lokasi syahid akibat serangan tersebut.

“Kami sedang berada di Wisma dr. Joserizal Jurnalis, tiba-tiba terdengar ledakan yang kuat sekali. Ternyata tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh dekat sekali dengan lokasi kami dan menghancurkan mobil operasional MER-C yang berada di depan Wisma dr. Joserizal Jurnalis,” ucap Farid, salah satu relawan Indonesia di RS tersebut.

Serangan juga membuat kerusakan di Wisma dr. Joserizal Jurnalis, tempat tinggal relawan yang berada di dalam area RS Indonesia.

Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad, mengutuk serangan brutal Israel ke Jalur Gaza yang menyasar Rumah Sakit Indonesia.

“Kami mengutuk serangan Israel ke Gaza yang menyasar Rumah Sakit!” ujar Sarbini.

Rumah Sakit Pun Dibom

Kondisi terkini, diperparah dengan pengeboman Rumah Sakit Al-Ahly Gaza tengah, oleh pesawat militer ppendudukan Israel, pada Selasa malam (17/10), yang mengakibatkan sekitar 500 tewas, dan beberapa lainnya terluka.

Kepala kantor media pemerintah di Gaza, Salama Marouf, mengatakan, “Pendudukan melakukan kejahatan perang baru dengan mengebom halaman Rumah Sakit Al-Ahly Arab.” Quds Press melaporkan.

Kebanyakan dari korban adalah pasien dan anak-anak. Termasuk ratusan lainnya yang terluka,” ujar Marouf.

“Tidak ada tempat yang aman lagi di Jalur Gaza,” lanjutnya.

Tindakan pengeboman Rumah Sakit yang dikecam banyak pihak dan negara, karena melanggar aturan internasional.

Termasuk apa yang dikatakan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, bahwa pengeboman sebuah rumah sakit di Gaza tidak sah dan menyebut situasi tersebut “sama sekali tidak dapat diterima.”

Dunia yang masih mempunyai hati nurani, tentu tidak akan membiarkan nyawa melayang begitu saja, di Rumah-Rumah Sakit di Gaza yang seharusnya menjadi tempat pertolongan utama. Namun menjadi sasaran penyerangan pasukan pendudukan Israel, dan terhambat pekerjaan medisnya karena kehabisan bahan bakar, obat-obatan dan kelelahan tenaga medsinya.

Dermawan yang terketuk hatinya untuk membantu mereka yang memerlukan di Jalur Gaza, khususnya di Rumah Sakit Indonesia, yang berjarak hanya sekitar 25 km dari perbatasan wilayah pendudukan Israel, dapat menyalurkannya melalui :

BCA: 686.0153678
Bank Mandiri: 124.000.8111.925
BSI: 700.1352.061
BRI: 033.501.0007.60308
Mega Syariah: 1000.209.400
Semua rekening atas nama : Medical Emergency Rescue Committee
Call Center : 0811 99 0176
Facebook: MER-C Indonesia
Instagram, Tiktok & Twitter: @mercindonesia

(T/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.