Jakarta, MINA – Perwakilan tetap dari delapan negara anggota Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melakukan kunjungan lapangan ke Indonesia selama empat hari sejak tanggal 31 Oktober lalu.
Misi tersebut disambut oleh Perwakilan Pemerintah Indonesia di Jakarta sebelum mengunjungi Jawa Tengah dan Bali untuk meyaksikan dukungan FAO terhadap upaya Pemerintah dalam meningkatkan pembangunan pertanian. Delegasi tersebut berasal dari Aljazair, Australia, Chili, Yordania, Nigeria, Norwegia, Thailand, dan Amerika Serikat.
“Dalam kunjungan lapangan ini Perwakilan Tetap FAO dapat menyaksikan langsung bagaimana kerja FAO di lapangan dan bagaimana kami berusaha bekerja dengan baik dengan penerima manfaat dan partner kami,” ungkap Stephen Rudgard, Perwakilan FAO di Indonesia, seperti dalam keterangan resmi Perwakilan FAO di Indonesia, Rabu (7/11).
Misi ini disambut di Jakarta oleh Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia A.M Fachir di Kementerian Luar Negeri, didampingi oleh perwakilan dari empat kementerian teknis. Delegasi tersebut juga bertemu dengan kepala beberapa badan PBB dan mitra pembangunan internasional untuk mendengar kesan mereka tentang kerja-kerja FAO di Indonesia.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Para delegasi pergi ke Jawa Tengah untuk mengunjungi demonstrasi padi-ikan (mina-padi) di Sukoharjo di mana FAO bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah untuk mengembangkan praktik-praktik mina pada inovatif. Para peserta bergabung dengan panen besar beras dan ikan bersama para petani dan kepala kabupaten Sukoharjo, Wardoyo Wijaya.
Setelah Sukoharjo, rombongan delegasi pergi ke Yogyakarta, untuk mempelajari program Departemen Pertanian yang didukung oleh FAO dan USAID untuk mendeteksi dan memberantas wabah penyakit unggas yang juga mengancam populasi manusia. Misi tersebut melakukan kunjungan ke pasar unggas dan Balai Besar Veteriner di Wates yang merupakan focal point dari program tersebut.
Pada hari terakhir, misi mengunjungi desa Sibetan, Karangasem, Bali, untuk mempelajari proyek Agroforestri Salak (Ular Buah), yang diajukan pemerintah sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia (GIAHS).
Situs GIAHS yang diusulkan mencakup lanskap yang kaya akan keanekaragaman hayati penting, yang telah berevolusi dan beradaptasi secara selaras dengan komunitas di lingkungannya. Petani Salak di Sibetan mengelola sistem agroforestri memanfaatkan generasi kearifan lokal dan filosofi yang telah diwariskan selama lebih dari 14 abad dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Kepala delegasi, Wakil Tetap Nigeria, Dr. Yaya Adisa Olaitan Olaniran di akhir kunjungan mengatakan “Kami meninggalkan Indonesia dengan kenangan yang cukup baik bagaimana kerjasama itu harus dilakukan, dan kami benar-benar menghargai Pemerintah, rakyat dan staf FAO di Indonesia.” (R/R11/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan