Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demonstran Tutup Akses Utama di Israel, Tuntut Pembebasan Sandera

Zaenal Muttaqin Editor : Widi Kusnadi - Senin, 2 September 2024 - 14:08 WIB

Senin, 2 September 2024 - 14:08 WIB

34 Views

Gelombang aksi protes terus melanda Israel (Foto: File/Qudsn)

Tel Aviv, MINA – Gelombang protes melanda hampir seluruh negeri di Israel setelah tentara pendudukan mengonfirmasi penemuan enam jenazah sandera dari Gaza, pada Ahad (1/9/) malam.

Para demonstran menutup pintu masuk utama serta jalan-jalan yang dilalui peti mati, memprotes dugaan “penelantaran para sandera” oleh pemerintah.

Protes yang semula berlangsung di Yerusalem segera menyebar ke Tel Aviv. Pasukan keamanan pendudukan terpaksa mengevakuasi jalan masuk ke Yerusalem setelah aksesnya tertutup selama lebih dari dua jam.

Menurut laporan dari Forum Keluarga Sandera, sekitar 300.000 orang berkumpul di Tel Aviv dalam aksi protes besar-besaran, menuntut segera diadakannya kesepakatan penyelamatan sandera sebelum lebih banyak korban jatuh.

Baca Juga: Genosida di Gaza: 44 Warga Palestina Syahid dalam 24 Jam

Para demonstran, seperti dilaporkan media Qudsn, memenuhi jalan-jalan dan menutup jalan raya, termasuk Jalan Raya Ayalon, sembari membawa poster besar bergambar para sandera.

Tentara Israel pada Ahad (1/9) mengungkapkan, Hersh Goldberg Bolin, Eden Yerushalmi, Carmel Gat, Almog Sarosi, Alexander Lobanov, dan Uri Danino telah disandera selama 11 bulan sebelum dibunuh di tempat persembunyian, menurut klaim mereka.

Aksi protes meluas ke puluhan lokasi, dengan demonstran menutup persimpangan jalan utama dan membakar ban di Tel Aviv, menuntut segera dilakukannya kesepakatan pertukaran tahanan untuk memulangkan para sandera.

Mereka juga memblokade Jalan Utara No. 2, menuntut pemerintah segera menandatangani perjanjian penyanderaan.

Baca Juga: Enam Pasien Luka dalam Serangan Terbaru Israel ke RS Indonesia

Di media sosial, berbagai klip video viral menunjukkan kekerasan aparat Israel dalam menekan demonstrasi yang dimulai di Yerusalem, termasuk aksi penutupan Jalan Ayalon oleh massa.

Sementara itu, sejumlah laporan media Ibrani menyebutkan bahwa keluarga tahanan Israel, Carmel Gat, menolak menerima panggilan telepon dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Dalam konferensi pers, keluarga Gat menyatakan, “Kami tidak akan membiarkan Netanyahu menggunakan kami untuk membenarkan pembunuhan lebih banyak tahanan.”

Dua keluarga lainnya dari enam tahanan yang dibunuh juga menolak berkomunikasi dengan Netanyahu, yang dilaporkan ingin meminta maaf kepada mereka.

Baca Juga: UNRWA: Hampir Satu Juta Pengungsi Gaza Hadapi Musim Dingin Ekstrem

Benny Gantz, mantan menteri pertahanan, turut hadir dalam aksi protes di Yerusalem, bersama ribuan orang yang memprotes penemuan enam jenazah tahanan tersebut.

Seiring situasi yang memanas, kepala Mossad, David Barnea, memberikan pernyataan yang mengejutkan terkait penanganan sandera.

Ia menilai masalah pengembalian sandera lebih kompleks dibandingkan persoalan “Poros Philadelphia”, dan menyarankan untuk mundur dari Philadelphia dan Netzarim guna memfasilitasi pembebasan sandera.

Akibat situasi yang memanas, sesi mingguan pemerintah Israel yang dijadwalkan pada hari ini dibatalkan.

Baca Juga: Suriah Bergolak, Tentara Israel Terobos Perbatasan

Sejumlah menteri bahkan mendorong pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan terkait “Poros Philadelphia” demi mempercepat kesepakatan pembebasan sandera Israel.

Surat kabar Haaretz mengutip seorang pejabat senior yang mengkritik Netanyahu, menyebut, sang perdana menteri bertindak brutal dengan darah di tangannya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mengenang Intifada Pertama Palestina 37 Tahun Lalu

Rekomendasi untuk Anda