Firma Industri Pertahanan SWEDIA Tampilkan Produk Unggulan di Indo Defence 2018

Jakarta, MINA – Firma industri pertahanan asal Swedia, Saab, menawarkan beberapa produk unggulan serta prospek kerja sama transfer teknologi kepada Indonesia, guna memperkuat kapabilitas pertahanan dan keamanan Tanah Air.

Presiden Saab Indonesia Anders Dahl mengatakan, Indonesia mempunyai wilayah yang luas, terutama wilayah maritim mereka.

“Sudah jadi kewajiban bagi pemerintah dan militer Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara serta menjamin keamanan warga. Oleh karenanya, Saab siap membantu Indonesia untuk hal tersebut,” kata Dahl kepada sejumlah wartawan dalam Indo Defence 2018 Expo & Forum di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (8/11).

Lima produk unggulan Saab yang dipamerkan di Indo Defence 2018 yakni Sistem Pertahanan Udara Saab RBS 70-NG, pesawat peringatan dini Saab 2000 Erieye Airborne Early Warning & Control (AEW&C), pesawat tempur multiperan Gripen, dan sistem pertahanan titik Very Short Range Air Defence RBS 70 NG.

Baca Juga:  Ketua PWI DKI Jakarta Siapkan Pakta Integritas Kepengurusan 2023-2029

Saab juga memperkenalkan produk set sistem komunikasi dan sistem air-traffic untuk penggunaan militer dan sipil di Indonesia.

Dahl menyatakan, Saab mendukung misi Indonesia untuk memodernkan angkatan bersenjatanya dan memajukan industri berteknologi tinggi dalam negeri.

“Apalagi dengan diperkenalkannya Undang-Undang 16/2012 tentang industri pertahanan, Indonesia sedang berjalan menuju kemandirian kapabilitas pertahanan dan Saab siap untuk menaati segala kewajiban dan seluruh aturan pengadaan yang ketat,” ujar Dahl.

Menurut dia, Indo Defence 2018 memberikan kesempatan bagi Saab untuk menunjukan solusi unggul yang termasuk sistem Airborne Early Warning & Control dan VSHORAD paling modern, RBS 70 NG.

“Teknologi ini tidak hanya dapat memperkuat kapabilitas TNI, tetapi juga dengan program Transfer of Technology yang ekstensif, hal ini memberikan nilai yang lebih untuk industri pertahanan Republik Indonesia,” tambahnya.

Baca Juga:  Santri Aceh Ramaikan Aksi Bela Palestina

Saab bukan pemain baru dalam industri pertahanan. Berdiri tahun 1937, perusahaan itu telah membuat sejumlah teknologi pertahanan yang digunakan Swedia dan sejumlah negara dunia.

Produk mereka, mulai dari pesawat hingga sistem komunikasi peperangan, telah teruji di lapangan dan digunakan pada sejumlah kesempatan, mulai dari Perang Dunia II hiingga konflik modern.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang menggunakan teknologi Saab. Mulai dari sistem pertahanan udara jarak sangat pendek (VSHORAD) RBS 70 yang digunakan sejak 1987 dan sistem civilian air-traffic di Bandara Internasional Djuanda sejak 2018.

Saab mendirikan kantor di Indonesia sejak 2013 dan sudah menjadi rekan industri pertahanan lokal, badan pemerintahan dan institusi akademis termasuk Badan Pengaplikasian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia dan Universitas Pertahanan (Unhan).

Baca Juga:  Wahdah Islamiyah se-Indonesia Gelar Aksi Solidaritas Palestina

Kepala Divisi Komunikasi Sub Asia Pasifik Saab Robert Hewson menjelaskan, Tentara Nasional Indonesia memiliki sembilan unit RBS 70 dan dua sistem radarnya, yang telah dioperasikan sejak lebih dari 30 tahun lalu dan masih berfungsi sampai sekarang.

“Itu bagus bukan? Tapi, mereka perlu melakukan peremajaan,” kata Hewson.

Oleh karenanya, lanjut dia, Saab ingin kerjasamanya dengan Indonesia meningkat dan tak hanya terbatas RBS 70
dan sistem civilian air-traffic saja.

“Indonesia perlu menambah jumlah alat pertahanan, meningkatkan kapabilitas mereka, serta meremajakan
apa yang mereka punya selama ini,” tambahnya.

Indo Defence adalah pameran pertahanan dan keamanan terbesar di Indonesia dan salah satu acara utama di Asia Pasifik untuk keamanan kawasan udara, laut dan darat.(L/R01/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan