Sanaa, 4 Rajab 1437/12 April 2016 (MINA) – Seorang fotografer AFP di Sanaa mengatakan, ibukota Yaman yang dikuasai oleh oposisi Houthi belum ditargetkan oleh pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi sejak Ahad (10/4), hari dimulainya gencatan senjata.
Perdana Menteri Yaman Ahmed bin Dagher telah mengabaikan pelanggaran terhadap gencatan senjata yang terjadi di Taiz yang dikuasai oleh Houthi sejak setahun lalu.
Setelah bertemu dengan Utusan Khusus PBB di Riyadh, Senin (11/4), Dagher mengatakan bahwa gencatan senjata “tampak baik”.
“Kami ingin perdamaian tahan lama,” katanya, demikian Al-Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan, kemajuan yang dicapai merupakan kesempatan nyata untuk membangun kembali negara yang telah menderita terlalu banyak kekerasan yang terlalu lama.
Houthi menguasai Sanaa pada 2014, setelah pemberontak itu maju ke daerah lain. Sementara Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan pejabat lainnya melarikan diri ke kota utama Aden di selatan hingga akhirnya berlindung di Riyadh, Arab Saudi.
Sebuah koalisi sekutu negara Arab kemudian melancarkan serangan udara terhadap Houthi pada Maret tahun lalu yang berlanjut pengiriman pasukan darat untuk mendukung pasukan pro-pemerintah.
Pasukan loyalis pemerintah berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah selatan dan membangun ibukota sementara di Aden, tapi mereka gagal mengusir Houthi dari Sanaa dan beberapa wilayah utama lainnya. (T/P001/R05)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)