Haji dan Kesatuan Umat Islam Sedunia

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ratusan ribu jamaah asal Indonesia akan bergabung dengan jutaan tamu-tamu Allah pada bulan Dzulhijjah tahun ini untuk menunaikan rukun Islam kelima, ibadah haji ke Baitullah.

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin melepas calon jamaah haji pemberangkatan kloter pertama Embarkasi Jakarta di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (9/8/2016).

Tentu, semua memerlukan pengorbanan fisik, material, mental, jiwa, dan raga, yang sudah, sedang dan akan ditunaikan oleh calon jamaah haji guna menggapai mabrur karena Allah.

Kedudukannya yang tinggi sebagai puncak rukun Islam yang lima, senantiasa mengundang rindu umat Islam. Sehingga walaupun sudah pernah pergi menghadap Allah langsung di depan Ka’bah, berkunjung ke tempat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Masjid Nabawi, keinginan itu terus saja muncul. Mengingat begitu besarnya pahala keridhaan-Nya, yakni syurga. Seperti dikatakan di dalam hadits Nabi:

 اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ اِلاَّ الْجَنَّةَ

Artinya : “Haji mabrur itu tidak lain balasan baginya kecuali surga.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Ibadah haji pun menjadi kewajiban setiap Muslim yang mempunyai kemampuan melaksanakannya, seperti Allah seebutkan di dalam firman-Nya:

 وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya : “….. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu [bagi] orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari [kewajiban haji], maka sesungguhnya Allah Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam”. (QS. Ali Imran [3] : 97).

Pada ayat lain disebutkan bagaimana calon jamaah haji datang dari berbagai penjuru dunia, baik yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Disebutkan di dalam ayat:

وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِّيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi faqir.” (QS Al-Hajj [22] : 27-28).

Islam

Ibadah haji, di samping sebagai ibadah yang bersifat individu, di dalamnya juga kental dengan nilai-nilai sosial, kebersamaan dan kesatuan umat.

Ritual-ritual sarat makna yang dilakukan sebagai kesempurnaan ibadah haji, seperti memakai kain ihram, mengucapkan talbiyah, melakukan thawaf mengitari Ka’bah, Sa’i dari Shafa ke Marwah, wuquf di Arafah, dan lempar jumrah, sarat dengan makna keberjamaahan.

Berpakaian Ihram yang sama putih tak berjahit, yang dikenakan jamaah laki-laki, menandakan bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat. Semua memiliki derajat sama di hadapan Allah, kecuali takwanya.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “….. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat [49] : 13).
prosesi lainnya, lempar jumrah, merupakan pertanda penumpasan terhadap segala bentuk kezaliman, penjajahan, dan penindasan antar sesama.

Ini pun dapat memberi makna bahwa segala bentuk kezaliman dan permusuhan terhadap Islam dan Muslimin, tidak akan dapat dikalahkan hanya dengan satu atau dua orang berpecah-belah. Tetapi hanya dapat ditaklukkan dengan cara hidup berjamaah, bersatu dalam kepemimpinan yang mengikuti jejak kenabian, atau yang disebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kehidupan “Jamaa’atul Muslimiina wa imaamahum” (bersatunya kaum Muslimin di bawah pimpnan seorang Imaam). Atau juga dikatakan sebagai “Khilafah ‘alaa minhaajin nubuwwah” (kepemimpinan yang mengikuti jejak kenabian).

Kesatuan umat (wihdatul ummah) inilah hikmah terbesar dalam seluruh rangkaian ibadah haji, di mana jamaah dari seluruh dunia larut dalam satu kesatuan pakaian serba putih. Para hujjaj pun thawaf mengelilingi Ka’bah yang satu, menyembah Tuhan yang satu, mengikuti manasik dari Nabi yang satu, membaca talbiyah dan berdzikir dalam bahasa yang satu.

Lewat perhelatan akbar haji kaum Muslimin sedunia, Allah mengingatkan bahwa sesungguhnya umat Islam di seluruh dunia adalah umat yang satu. Sebagaimana Firman Allah,

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Artinya : “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (Q.S. Al-Anbiya [21] : 92).

Memang, kewajiban kaum Muslimin hidup berjama’ah merupakan syari’at Allah. Karena itu, mengamalkannya sama dengan menegakkan syari’at Allah di permukaan bumi ini.

Sesuai dengan firman Allah di dalam ayat-Nya :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai…..” (QS. Ali Imran [3] : 103).

Juga diperkuat di dalam perintah Nabi:

تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْا

Artinya : “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Momentum ibadah haji, dapatlah kiranya dipergunakan oleh pimpinan Umat Muslim sedunia untuk bertemu dan berdialog atau saling berbagi risalah dakwah bermuatan ukhuwwah islamiyyah, dan tentang masalah umat Muslimin pada umumnya. Serta bagaimana mempersatukan seluruh potensi, bagaimana memberdayakan kemampuan yang ada, serta bagaimana secara berjama’ah menegakkan dinus Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Semoga dengan perjalanan ibadah haji kaum Muslimin sedunia dapat menjadi semacam muktamar Muslimin sedunia, membangkitkan kesadaran sosial akan pentingnya kesatuan dan persatuan sesama umat Islam.

Serta momentum utama menjauhkan diri dari pertikaian, perpecahan, dan pertumpahan darah sesama Muslimin. Amin Yaa Robbal ‘Alamin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)