Gaza, MINA – Gerakan perlawanan Palestina, Hamas telah menyatakan dukungannya kepada Iran setelah negara itu meluncurkan ratusan rudal dan drone ke Israel sebagai pembalasan atas serangan mematikan terhadap konsulatnya di ibu kota Suriah, Damaskus.
Dalam sebuah pernyataan resminya, Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina di Gaza, mengatakan pihaknya menegaskan bahwa apa yang dilakukan Iran adalah bentuk mempertahankan diri dari agresi Zionis.
“Operasi militer yang dilakukan Iran terhadap entitas Zionis adalah hak alami dan merupakan respons terhadap kejahatan yang menargetkan konsulat di Damaskus,” tulis pernyataan Hamas, mengutip Al Jazeera, Ahad (14/4).
Salvo Iran, yang ditembakkan ke Israel pada Ahad dini hari, terdiri dari lebih dari 300 rudal jelajah, rudal balistik, dan drone, menurut militer Israel.
Baca Juga: Satu-satunya Dokter Ortopedi di Gaza Utara Syahid Akibat Serangan Israel
Juru bicara Israel mengklaim, sekitar 99 persen proyektil berhasil dicegat dengan bantuan dari Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan pihaknya meluncurkan drone dan rudal di bawah Operasi True Promise sebagai bagian dari hukuman atas “kejahatan entitas Zionis yang menargetkan konsulat Iran di Suriah” pada 1 April 2024.
Serangan di Damaskus menewaskan 13 orang, termasuk dua jenderal senior di Pasukan Elit Quds IRGC.
Israel tidak membenarkan atau membantah bertanggung jawab atas serangan konsulat tersebut.
Baca Juga: Paraguay Resmi Kembalikan Kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem
Perwakilan Iran di PBB menyatakan bahwa mereka kini menganggap masalah ini sudah “selesai” dan memperingatkan Israel, Iran akan mengambil tindakan yang “jauh lebih parah” jika “rezim Israel melakukan kesalahan lagi.”
Sementara itu, Iran juga memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak ikut campur dalam masalah ini.
Mohammad Bagheri, kepala staf gabungan Iran, seperti dikutip oleh kantor berita Tasnim, mengatakan bahwa Teheran telah memperingatkan Washington bahwa pangkalannya akan menjadi sasaran jika mereka mendukung tanggapan Israel.
“Dalam gerakan Zionis yang lebih agresif melalui pangkalan atau aset militernya di seluruh wilayah, dan ini terbukti bagi kami, pangkalan, aset, dan personelnya di wilayah tersebut tidak akan memiliki keamanan,” kata Bagheri mengancam AS, melalui kedutaan AS di Swiss.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Peningkatan ini terjadi enam bulan setelah perang terbaru Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober 2023.
Serangan brutal Israel telah menewaskan sedikitnya 33.686 warga Palestina dan melukai 76.309 lainnya di Gaza, data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza per 13 April 2024.
Pertumpahan darah telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, menyebar ke garis depan dengan Lebanon dan Suriah dan memicu serangan jarak jauh ke sasaran-sasaran Israel, seperti dari Yaman dan Irak. (T/Ai/R1)
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Mi’raj News Agency (MINA)