Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hipnoterapis Siap Beri Layanan Gratis untuk LGBT

Fauziah Al Hakim - Jumat, 19 Februari 2016 - 23:58 WIB

Jumat, 19 Februari 2016 - 23:58 WIB

359 Views ㅤ

Foto: MINA
Foto: MINA

Foto: MINA

Isu kampanye Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang tengah marak di Indonesia mengundang keresahan berbagai pihak. Sejumlah hipnoterapis pun berinisiatif memberi layanan penyembuhan bagi penyandang LGBT secara gratis dalam “Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT”.

Gerakan ini berawal dari perkumpulan Pakar Mediasi Hypnosis Indonesia (PMHI) yang prihatin dengan maraknya LGBT pada saat ini. Layanan penyembuhan ini dibuka untuk seluruh mayarakat Indonesia dan diberikan secara gratis.

Para pelaku LGBT dapat mendaftarkan diri sejak 14 Februari hingga 31 Maret 2016 mendatang serentak di seluruh Indonesia. Dengan diadakannya gerakan ini, diharapkan dapat mengubah perilaku mereka dan dapat kembali ke fitrahnya.

Untuk mengungkap lebih jauh tentang Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT, berikut Wawancara Eksklusif dua Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Rohullah Fauziah Alhakim  dan Risma Tri Utami dengan Koordinator Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT, Mutya Dewi Pramardita.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Bagaimana awal pembentukan Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT ini?

Mutya: Ketika maraknya isu LGBT, saya merasa itu adalah tanggung jawab saya dan akhirnya saya tergerak untuk membentuk gerakan ini. Awalnya saya Broadcast lewat sosmed, kemudian ada salah satu media yang menghubungi saya, saya diwawancarai, kemudian keluar berita, sejak itulah gerakan ini booming. Akhirnya para hipnoterapis di Indonesia mengubungi saya menyatakan ingin gabung.

MINA: Apa saja syarat untuk gabung dalam gerakan ini?

Mutya: Minimalnya harus sudah sertifikasi hipnoterapis. Setiap yang ingin gabung, saya hanya minta identitas, aktivitas yang sedang dilakukan dan asal mereka. Karena kita siap menolong di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Saya juga memberi tahu para terapis untuk berhati-hati, karena ketika salah satu ingin kembali ke jalan yang benar, pasangan mereka itu sangat posesif. Kalau orang pacaran normal putus cinta itu biasa, paling galau-galau, tapi kalau LGBT itu sangat bahaya, bahkan psikopat. Mereka kalau tersinggung itu lebih marah daripada kita yang normal. Merasa pasangannya diambil mereka akan sangat marah dan berbahaya.

MINA: Apa saja program gerakan ini?

Mutya: Programnya selain menyembuhkan, sebetulnya bukan menyembuhkan ya, karena mereka tidak sakit, lebih tepatnya mengembalikan ke fitrahnya, mengembalikan ke yang seharusnya. Saya juga kurang setuju dengan kata sembuh, karena yang salah itu persepsi dan sudut pandang mereka.

Selain mengembalikan mereka ke fitrahnya, kami juga mengadakan sosialisasi, baik kepada anak-anak sampai kepada orang tuanya, karena orang tua bisa juga menjadi salah satu pemicu timbulnya LGBT, seperti labeling. Misalnya sebutan banci yang diberikan orang tua kepada anak laki-lakinya yang agak lembek/kemayu. Semakin sering diucapkan kata itu, si anak akan mensugesti dirinya sendiri bahwa ia adalah banci. Jadi sebagai orang tua harus mengubah cara bicara yang seperti itu.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

MINA: Sosialisasi ini dilakukan di mana saja?

Mutya: Saya lebih konsen memberikan pelatihan kepada anak-anak dan orang tua, karena anak-anak berperilaku seperti itu akibat orang tuanya. Save our generation, saya melakukan sosialisasi tidak peduli di gereja sekali pun, agama tidak membatasi. saya yakin semua agama juga melarang LGBT ini. Jadi saya melakukan sosialisasi di mana saja. Siapa saja yang membutuhkan saya, insya Allah saya siap melakukan sosialisasi.

MINA: Apa saja tahapan-tahapannya dalam mengembalikan LGBT ke fitrahnya?

Mutya: Tahapan-tahapannya adalah kita akan petakan dulu klien berada di mana. Kemudian saya akan berikan nomor telepon terapis yang ada di daftar yang berada di sekitar keberadaan klien, karena untuk gerakan ini metodenya sama.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Terus kita akan cari faktor pencetusnya, karena dengan kita mengetahui faktor pemicu itu bisa dengan cepat untuk menanganinya. Lalu kita akan melakukan tahap dengan teknik-teknik kita, teknik hipnoterapi dan kemudian nanti ada tahap pendampingan.

Sebelumnya, kami akan melakukan perjanjian, jadi kita terikat oleh perjanjian di awal setelah dia memberikan data pribadi. Kemudian kalau klien sudah benar-benar yakin, maka kami akan mengajak klien bertemu. Karena hipnoterapi ini harus face to face, yang kami lihat itu mata, kesungguhan itu bisa dibaca dari mata, dari gesture tubuh.

Teknik hiporetapi itu baru bisa dilakukan ketika orang itu mau, tapi ketika orang itu tidak mau terus kita paksa untuk sembuh, itu tidak bisa. Karena modelnya menginstal ulang otak, prosesnya cukup lama, bahkan bisa dilakukan beberapa kali, dua atau tiga kali ketemu, tidak bisa sekali datang.

Kemudian nanti ada sistem pengawasan, mereka harus bisa meninggalkan lingkungannya, konsekuensinya itu. Bahkan, bisa sampai harus pindah kota, jika memang benar-benar sulit meninggalkan lingkungannya. Dia harus jadi orang yang baru dengan dibekali teknik-teknik yang telah kami berikan dan kami harus tetap pantau dia

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

MINA: Seberapa yakin program ini akan berhasil?

Mutya: Yakin, 80 persen saya yakin. Karena kami free, sehingga banyak yang tertarik. Saya berfikiran ketika kita memberikan apa yang kita bisa dengan ikhlas, insya Allah, Allah ada di niat baik kita dan di niat baik klien.

MINA: Apa saja yang ibu lakukan untuk mendalami tentang LGBT?

Mutya: Saya pernah terjun ke dunia mereka, saya membuat Whatsapp samaran, pakai foto cowok macho, dengan nama yang agak Islami. Saya juga bikin Twitter, Instagram, Facebook dengan nama itu dan gabung ke komunitas mereka. Saya selami dunia mereka itu seperti apa sih, akhirnya setelah empat bulan ada yang naksir saya, tapi saya tidak pernah kopdar, karena saya perempuan sedang menyamar. Dan akhirnya saya pura-pura pacaran dengan laki-laki yang naksir saya dan dia itu sangat posesif. Nah itulah kenapa saya tahu mereka itu posesif dan psikopat, karena saya pernah menyelami dunia mereka.

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

MINA: Apakah program ini dilakukan hanya untuk para LGBT?

Mutya: Program ini dilakukan hanya untuk para pelaku LGBT yang ingin kembali kepada fitrahnya. Kalau memang yakin ingin kembali, kami dengan senang hati dan free. Tapi kami tetap sosialisasi ke sekolah-sekolah dan komunitas supaya terhindar dari LGBT.

MINA: Sejak awal gerakan ini dibentuk hingga sekarang, kira-kira sudah berapa banyak klien yang ditangani?

Mutya: Sudah lebih dari 100 klien yang kami tangani di seluruh Indonesia.  Karena gerakan ini masih sangat baru, jadi kami masih dalam tahap awal. Kami masih dalam tahap pendataan dan pemetaan klien untuk dikondisikan dengan terapis terdekat.

Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap

Satu klien itu kami beri beberapa nomer para terapis terdekat, klien akan memilih sendiri, lebih nyaman kepada terapis yang mana. Silahkan hubungi sendiri para terapis. Dan saya bilang kepada klien bahwa datanya sudah di sana, jadi klien cukup bilang rekomendasi dari saya, bu Mutya. (L/P006/Ima/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 3)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
MINA Millenia
Indonesia